Teks dari Bentara Budaya Bali
Sandyakala Sastra #27 akan digelar pada 14 November 2012 pukul 18.00 WITA.
Kali ini, kegiatan berkala di Bentara Budaya Bali (BBB), Jl. Prof IB Mantra 88 A, Ketewel tersebut bertajuk “Tradisi Lisan dan Aksara: Sebuah Tinjauan Sastra”. Pembicaranya Binhad Nurrohmat, pemerhati sastra budaya sekaligus sastrawan.
Sandyakala Sastra kali ini akan membahas secara khusus perihal tradisi lisan dan aksara di Nusantara ditinjau dari sisi kesusastraan. Pada permulaan masehi, aksara Palawa dari India masuk ke jazirah Nusantara. Proses ini kemudian menjadi cikal bakal munculnya sejumlah varian lokal di Jawa dan Sumatera serta melahirkan berbagai mahakarya sastra.
Khasanah tersebut kian diperkaya setelah masuknya Islam ke negeri ini dengan membawa aksara Arab. Hal ini juga mendorong terciptanya karya-karya lokal di Jawa dan Melayu. Kedatangan Bangsa Barat, terutama pada masa kolonialisme, memperkenalkan huruf latin yang hingga kini menjadi sarana komunikasi nasional. Selain diskusi, acara ini juga dimaknai dengan pembacaan karya sastra klasik dan mutakhir.
Lahir di Lampung, 1 Januari 1976, Binhad Nurrohmat menimba pengetahuan di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, Akademi Komunikasi Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta. Puisinya dibukukan dalam antologi Kuda Ranjang (2004), Bau Betina (2007) dan Demonstran Sexy (2008) serta diterjemahkan ke Bahasa Inggris dan dibukukan dengan tajuk The Bed Horse (dwi-bahasa, 2008).
Buku kumpulan esainya yakni Sastra Perkelaminan (2007). Filmnya, Poetry on the Road dirilis pada 2009 dan telah ditayangkan di beberapa kota di Indonesia.
Binhad pernah menjadi editor tri-wulan Jurnal Cipta yang diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta, koordinator Bale Sastra Kecapi, dan sekarang pemuka Majelis Kata Indonesia. Pada musim panas, musim gugur, dan musim dingin 2008 menjadi International Visiting Writer di semenanjung Korea.
Binhad akan menjawab pertanyaan, benarkah tradisi lisan di Indonesia cenderung lebih mengemuka tinimbang budaya beraksara?
Menurut staf BBB, Juwitta K. Lasut, bahasan ini menarik karena sebuah sastra tidaklah bisa ditinjau dari segi tradisi lisannya saja. Perlu diingat, terdapat aksara yang juga merupakan bagian penting dari sebuah sastra. “Maka akan menjadi ulasan yang menarik bila sastra bisa ditinjau dari berbagai segi,” ujar Juwita. [b]