Minggu, 19 Maret 2023. Hari ketiga dan terakhir dari Joyland Fest 2023. Saya lagi-lagi datang ‘kepagian’ dengan alasan yang entah apa sebabnya. Awalnya saya pikir akan sampai di tujuan tepat waktu, tapi kondisi selama perjalanan yang ternyata cukup lowong – mengingat hari itu adalah hari Minggu – membuat saya sampai di tujuan jauh lebih awal dari perkiraan. Alhasil, venue yang masih sepi dan cuaca yang benar-benar terik membuat saya tidak punya pilihan lain selain ngadem di Media Center. Yah, kira-kira begitulah gambaran Nusa Dua di siang bolong.
Matahari masih di atas, panggung dimulai dari comeback-nya Polka Wars setelah sekian tahun di Joyland Stage. Membawakan beberapa lagu dari album Bani Bumi sampai ke single barunya, saya agak menyayangkan Rangkum yang ternyata tidak ada dalam setlist.
Selepas Polka Wars, saatnya untuk Assia Keva naik ke Plainsong Live Stage. Cuaca sudah sedikit lebih teduh dari beberapa jam sebelumnya, membuat penonton lebih betah untuk berdiam di depan panggung. Seperti penampil yang sudah dan akan saya tulis selanjutnya, ini juga pertama kali saya mendengar Assia Keva, baik di streaming platform dan juga secara langsung. Mengintip sedikit ke ciri khas Assia Keva, menarik karena saya pikir semakin banyak musisi lokal yang mampu menawarkan keberagaman pilihan musik, terutama di lingkup Bali. Untuk hal ini, kita memang harus berterimakasih pada kemajuan teknologi informasi, sebagai salah satu faktor kemudahan akses yang kita nikmati saat ini.
Berikut sedikit obrolan yang berlangsung dengan Assia Keva, selepas penampilan di Joyland Fest 2023:
Felixrio (FR): Untuk para pendengar pertama, bagaimana caramu mendeskripsikan karyamu sendiri?
Assia Keva (AK): Yang pasti RnB, kadang ada Pop dan Blues-nya, tapi masih dalam koridor RnB.
FR: In general, RnB ya berarti?
AK: RnB, yes.
FR: Lewat lirik-lirik di musikmu, pesan apa yang mau kamu sampaikan?
Ak: Yang pasti, aku selalu menulis dari pengalaman pribadi, tapi aku juga mau membuat apa yang kutulis tetap relevan untuk lebih banyak orang. Aku juga ingin berpesan ke semua orang bahwa you’re not going through everything alone, di dunia ini akan ada juga orang-orang yang melewati hal-hal yang sama seperti kamu. Kurang lebih begitu.
FR: Sejauh ini berarti lagumu tentang apa? Cinta?
AK: Keluarga, cinta.
FR: Karena di dalam keluarga pasti ada cinta juga kan, haha
AK: Iyaa, begitulah.
FR: Kamu mulai bermusik dari umur berapa ya?
AK: Jadi tahun 2018 aku sempat masuk ajang kompetisi, namanya The Voice Kids Indonesia 3, waktu itu aku umur 12 atau 13 tahun. Aku dapat juara, tapi setelah itu dihujat mati-matian, makanya aku sempet mental breakdown, mungkin karena masih kecil jadi mentalnya belum kuat. Lalu aku memutuskan untuk rehat dari tahun 2019 akhir sampai pertengahan 2021, hampir 2 tahun. Jadi benar-benar menghilang dari media sosial dan musik.
FR: Berarti kamu comeback lagi setelah 2021?
AK: Ya, 2021. Mulai dari membuat cover, baru 2022 rilis debut single.
FR: Selain hujatan, pengalaman apalagi yang pernah hadir selama bermusik? Yang lucu atau aneh, mungkin?
AK: Ada, jadi pas aku nulis debut single, aku baru tau kalo aku diselingkuhin malam itu juga. Jadi sebenernya lagu itu ga direncanain. Jadi kayak ‘ooo diselingkuhin’ terus besoknya workshop untuk bikin lagu selama 3 bulan. Jadi pas lagi meeting buat workshop, aku baru tau diselingkuhin malamnya, akhirnya jadilah lagu ‘Goodbye’. Itu sebenernya ga direncanain buat jadi debut single tapi ya begitulah.
FR: Ketika kamu rilis single dalam kondisi kamu tau kamu diselingkuhin, kamu bisa memisahkan kehidupan percintaan dan profesionalmu?
AK: Bisa dong. The good thing about being an artist mau itu pelukis, penulis, musisi, apapun itu, kita bisa menceritakan kisah kita lewat karya.
FR: Aku setuju. Itu keren banget sih.
AK: Tapi jadinya karya kan. Jadi buat dia, makasih ya udah nyelingkuhin aku, hahaha.
FR: Hahaha, lalu, base musikmu kan RnB, siapa sih referensimu dalam membuat musik?
AK: Ella Mai, Jazmine Sullivan, Snoh Aalegra, H.E.R, Anderson Paak, gitu-gitu sih
FR: Kalo yang Indonesia?
AK: Kalo yg aku suka banget, Cantika Abigail, Teza Sumendra, banyak lah.
FR: Biasanya lahir dari playlist di Spotify, ga sih?
AK: Iya kayaknya deh. Tapi kalo zaman sekarang tuh lebih sering Tiktok ga sih, itu kayak langsung nyantol gitu di otak.
FR: Wah iya lagi. Tinggal liat FYP terus wah banyak banget. Terus menyoal Bali, ada ga sih hal-hal yang menjadi keresahan buatmu sebagai warga Bali.
AK: Kayaknya engga deh… karena dari Bali gitu kan? Sepertinya belum sih… belum kepikiran…
FR: Hahaha, baiklah. Terima kasih!
AK: Sama-sama!