• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Saturday, June 14, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Mengenal Tujuh Penulis Muda Perempuan Bali

I Gusti Ayu Septiari by I Gusti Ayu Septiari
25 April 2025
in Kabar Baru, Sosok
0 0
0
Carma Mira (kiri) dan Wangsa Loka (tengah) dalam acara Bali Berkisah 2025

Anda mungkin mengenal penulis-penulis perempuan ternama asal Bali, seperti Oka Rusmini, Sonia Piscayanti, Mas Ruscitadewi, dan penulis senior lainnya. Sementara itu, penulis muda perempuan asal Bali jarang tersorot. Padahal, banyak penulis muda perempuan yang kerap hadir dan mengisi berbagai acara. Karyanya pun beragam, mulai dari puisi, novel, hingga cerpen yang mengangkat tema dan latar Bali. Berikut tujuh penulis asal Bali dan karyanya.

Wangsa Loka

Wangsa Loka dengan nama lengkap Wangsa Ayu Prasanti Loka merupakan seorang travel content creator asal Bali yang telah berkarir selama tiga tahun. Kisah perjalannya ia tuangkan dalam buku KELANA. Pada bukunya kali ini, Wangsa Loka merangkai kisah setiap perjalanannya ke tempat baru dan bertemu orang-orang yang menginspirasi dirinya. Perjalanan tersebut ia tulis dengan penuh cinta tentang bagaimana perjalanan tersebut mengubah kacamatanya memandang dunia.

Putu Tiwi

Ni Putu Sri Pratiwi yang akrab disapa Tiwi merupakan seorang akademisi, public speaker, dan content creator. Melalui bukunya yang berjudul Melawan Bahasa Patriarki, Tiwi menghadirkan kontekstualisasi dan relevansi pemikiran Luce Irigaray, seorang feminis kelahiran Belgia. Buku ini membahas tentang pembebasan perempuan dari bahasa patriarki di era kontemporer. Pemikiran tersebut ditujukan agar dapat menggerakkan hati banyak perempuan untuk melawan bahasa patriarki dalam kehidupan sehari-hari.

Wulan Dewi Saraswati

Wulan Dewi Saraswati merupakan penulis, sutradara, dan pendiri sekaligus creative director komunitas Aghumi. Salah satu karyanya berjudul Seribu Pagi Secangkir Cinta diterbitkan oleh Mahima Institute Indonesia pada tahun 2017. Buku ini merupakan buku kumpulan puisi dengan salah satu subtemanya, yaitu kerinduan. Ia juga menyampaikan beberapa puisi cinta melalui kisah-kisah yang sudah dikenal dari cerita rakyat dan sejarah.

Ni Made Purnama Sari

Perempuan kelahiran Klungkung ini merupakan penulis puisi, cerpen, dan esai. Beberapa tulisannya telah diterbitkan di sejumlah surat kabar, seperti Kompas, Tempo, Media Indonesia, Jawa Pos, dan Bali Post. Bukunya berjudul Kawitan merupakan manuskrip buku puisi Dewan Kesenian Jakarta. Dewan Juri DKJ pada saat itu menyebutkan bahwa dalam buku kumpulan puisi tersebut, penyair membiarkan alusi menjadi alusi, tidak ketakutan, dan menjadikannya sekadar catatan kaki.

Frischa Aswarini

Sama seperti Purnama Sari, Frischa Aswarini merupakan seorang penulis karya jurnalistik, karya ilmiah, esai, puisi, maupun cerita pendek. Beberapa karyanya tergabung dalam antologi Temu Penyair Muda Lima Kota (2008), Temu Sastrawan Indonesia II Pedas Lada Pasir Kuarsa (2009), Temu Sastrawan Indonesia IV Sauk Seloko (2012), Dendang Denpasar Nyiur Sanur (2012), dan antologi puisi lainnya.

Carma Citrawati

Dewa Ayu Carma Citrawati merupakan seorang penulis kelahiran Klungkung. Pada tahun 2016, ia menerbitkan buku kumpulan cerpen berjudul Kutang Sayang Gemel Madui. Buku ini memuat 13 cerpen. Salah satu cerpennya berjudul Sira Sane Iwang mengisahkan tentang Dewa Ayu Ratih dan Gede Yuda yang tidak mendapatkan restu orang tua.

Carma Mira

Carma Mira merupakan seorang dosen Sastra Jawa Kuno dan penulis cerita anak berbahasa Bali. Salah satu buku kumpulan cerpennya yang terbaru berjudul Blabur Ring Pasisi Sanur. Melalui antologi tersebut penulis mengajak pembaca menyelami berbagai sisi kehidupan orang Bali yang begitu dekat dengan kenyataan.

tokohpmurah.com vanujacoffee.com sangkarbet sangkarbet chrishondrosfilm.com sangkarbet
Tags: penulis asal balipenulis balipenulis muda
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
I Gusti Ayu Septiari

I Gusti Ayu Septiari

Berkutat menjadi jurnalis muda di pers mahasiswa selama masa kuliah. Berkelana dua tahun di Semarang hingga memutuskan untuk kembali pulang ke Bali.

Related Posts

No Content Available
Next Post
Melali ke Kota Semarapura, Melongok Kerajinan Songket, Endek, dan Kekayaan Sejarahnya

Melali ke Kota Semarapura, Melongok Kerajinan Songket, Endek, dan Kekayaan Sejarahnya

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

[Matan Ai] Bali dan Pembusukan Pembangunan

Penciptaan Ancaman di Pulau Para Jagoan

14 June 2025
Menimbang Program Ecobrick di Sekolah Jembrana

Menimbang Program Ecobrick di Sekolah Jembrana

13 June 2025
Budaya Ngayah Makin Langah

Budaya Ngayah Makin Langah

13 June 2025
Temu Teknologi di Serangan

Temu Teknologi di Serangan

12 June 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia