
Anda mungkin mengenal penulis-penulis perempuan ternama asal Bali, seperti Oka Rusmini, Sonia Piscayanti, Mas Ruscitadewi, dan penulis senior lainnya. Sementara itu, penulis muda perempuan asal Bali jarang tersorot. Padahal, banyak penulis muda perempuan yang kerap hadir dan mengisi berbagai acara. Karyanya pun beragam, mulai dari puisi, novel, hingga cerpen yang mengangkat tema dan latar Bali. Berikut tujuh penulis asal Bali dan karyanya.
Wangsa Loka
Wangsa Loka dengan nama lengkap Wangsa Ayu Prasanti Loka merupakan seorang travel content creator asal Bali yang telah berkarir selama tiga tahun. Kisah perjalannya ia tuangkan dalam buku KELANA. Pada bukunya kali ini, Wangsa Loka merangkai kisah setiap perjalanannya ke tempat baru dan bertemu orang-orang yang menginspirasi dirinya. Perjalanan tersebut ia tulis dengan penuh cinta tentang bagaimana perjalanan tersebut mengubah kacamatanya memandang dunia.
Putu Tiwi
Ni Putu Sri Pratiwi yang akrab disapa Tiwi merupakan seorang akademisi, public speaker, dan content creator. Melalui bukunya yang berjudul Melawan Bahasa Patriarki, Tiwi menghadirkan kontekstualisasi dan relevansi pemikiran Luce Irigaray, seorang feminis kelahiran Belgia. Buku ini membahas tentang pembebasan perempuan dari bahasa patriarki di era kontemporer. Pemikiran tersebut ditujukan agar dapat menggerakkan hati banyak perempuan untuk melawan bahasa patriarki dalam kehidupan sehari-hari.
Wulan Dewi Saraswati
Wulan Dewi Saraswati merupakan penulis, sutradara, dan pendiri sekaligus creative director komunitas Aghumi. Salah satu karyanya berjudul Seribu Pagi Secangkir Cinta diterbitkan oleh Mahima Institute Indonesia pada tahun 2017. Buku ini merupakan buku kumpulan puisi dengan salah satu subtemanya, yaitu kerinduan. Ia juga menyampaikan beberapa puisi cinta melalui kisah-kisah yang sudah dikenal dari cerita rakyat dan sejarah.
Ni Made Purnama Sari
Perempuan kelahiran Klungkung ini merupakan penulis puisi, cerpen, dan esai. Beberapa tulisannya telah diterbitkan di sejumlah surat kabar, seperti Kompas, Tempo, Media Indonesia, Jawa Pos, dan Bali Post. Bukunya berjudul Kawitan merupakan manuskrip buku puisi Dewan Kesenian Jakarta. Dewan Juri DKJ pada saat itu menyebutkan bahwa dalam buku kumpulan puisi tersebut, penyair membiarkan alusi menjadi alusi, tidak ketakutan, dan menjadikannya sekadar catatan kaki.
Frischa Aswarini
Sama seperti Purnama Sari, Frischa Aswarini merupakan seorang penulis karya jurnalistik, karya ilmiah, esai, puisi, maupun cerita pendek. Beberapa karyanya tergabung dalam antologi Temu Penyair Muda Lima Kota (2008), Temu Sastrawan Indonesia II Pedas Lada Pasir Kuarsa (2009), Temu Sastrawan Indonesia IV Sauk Seloko (2012), Dendang Denpasar Nyiur Sanur (2012), dan antologi puisi lainnya.
Carma Citrawati
Dewa Ayu Carma Citrawati merupakan seorang penulis kelahiran Klungkung. Pada tahun 2016, ia menerbitkan buku kumpulan cerpen berjudul Kutang Sayang Gemel Madui. Buku ini memuat 13 cerpen. Salah satu cerpennya berjudul Sira Sane Iwang mengisahkan tentang Dewa Ayu Ratih dan Gede Yuda yang tidak mendapatkan restu orang tua.
Carma Mira
Carma Mira merupakan seorang dosen Sastra Jawa Kuno dan penulis cerita anak berbahasa Bali. Salah satu buku kumpulan cerpennya yang terbaru berjudul Blabur Ring Pasisi Sanur. Melalui antologi tersebut penulis mengajak pembaca menyelami berbagai sisi kehidupan orang Bali yang begitu dekat dengan kenyataan.
tokohpmurah.com vanujacoffee.com sangkarbet sangkarbet chrishondrosfilm.com sangkarbet