• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Wednesday, May 21, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Budaya

Mengapa Film Horor Indonesia Didominasi oleh Hantu-Hantu Perempuan?

Rama Paramahamsa by Rama Paramahamsa
24 August 2023
in Budaya, Film, Kabar Baru
0 0
0
Gambar 1. Film Pengabdi Setan. Sumber: Cinema Poetica.

Terhitung sejak film horor pertama di Indonesia tayang, yaitu Lisa (1971), hantu-hantu dalam periode selanjutnya selalu didominasi oleh perempuan sebagai hantu. Setidaknya dalam periode 1970 hingga 2019. Penelitian oleh Annisa dan Justito (2022) berusaha menjawab apa yang melatarbelakangi hal tersebut.

Nyatanya, dominasi perempuan sebagai hantu di film horor tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi telah menjadi pola di dunia perfilman. Di Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Singapura misalnya, ada hantu ‘puntianak’, yang di Indonesia disebut sebagai kuntilanak, turut mendominasi dunia perfilman di negara tersebut. Atau Jepang dengan series Ju On yang terkenal dengan sosok hantu perempuan yang keluar dari sebuah televisi. 

Di Indonesia sendiri, banyak film horor yang populer pada masa Orde Baru. Sebut saja Beranak dalam Kubur (1971), Sundel Bolong (1981), Nyi Blorong (1982), Malam Jumat Kliwon (1986), Malam Satu Suro (1988), Ratu Buaya Putih (1988), Wanita Harimau (1989), Guntur Tengah Malam (1990), Gadis Misterius (1996). Annisa dan Justito menjelaskan bahwa sebagian besar film-film horor di Indonesia, terutama pada era tersebut menampilkan perempuan sebagai unsur dominan dalam ketakutan.

Gambar 2. Perbandingan karakter protagonis dalam film horor di Indonesia setiap periode. Sumber: Annisa dan Justito (2022).

Annisa dan Justito dalam jurnalnya menyebut bahwa kehadiran perempuan sebagai sosok dengan motivasi balas dendam, seperti hantu, psikopat, makhluk supernatural mungkin adalah hal-hal yang tidak akan pernah berubah dalam film horor. Bagan di atas menunjukkan bahwa pada setiap periode pun, perempuan selalu mendominasi sebagai tokoh protagonis. 

Peneliti menyebutnya sebagai pola naratif yang cenderung seragam dengan melihat cerita yang diakhiri dengan pesan moral: kebaikan selalu menang melawan keburukan. Hal yang kemudian membuat produksi film pada periode 1970-1999 meningkat, terutama pada periode 1980-an adalah karena adanya dominasi adegan-adegan yang mengeksploitasi perempuan, seperti menonjolkan bagian tubuh perempuan, hingga penggambaran perempuan sebagai sosok yang seksi dan agresif. Kemudian, perempuan dalam film-film horor akan dieksploitasi di hadapan budaya patriarki dan menempatkan perempuan sebagai sumber masalah, objek hasrat laki-laki, hingga mengalami kekerasan. Hal itu kemudian menjadikan perempuan yang semula berkarakter protagonis berubah menjadi sosok hantu yang berusaha membalaskan dendamnya dahulu.

Masyarakat yang tidak terbiasa melihat perempuan sebagai pembunuh, akhirnya dikonstruksikan untuk melihat perempuan sebagai orang yang tertindas semasa hidupnya dan hanya dapat membalaskan dendamnya ketika sang perempuan telah menjadi hantu. Walaupun sebagian besar kematian laki-laki (pelaku) dalam film-film horor tidak serta merta disebabkan oleh sang hantu, melainkan oleh kepanikan mereka sendiri, seperti tertabrak, bunuh diri, atau terpatuk ular.

Maka dari itu, hantu perempuan kemudian digambarkan sebagai peneror yang tindakan-tindakannya berada di luar kebiasaan masyarakat, seperti tertawa melengking. Hal ini bukan tanpa alasan, Annisa dan Justito menjelaskan bahwa tertawanya hantu perempuan yang menakutkan dan mengganggu para pria ini adalah bentuk penyimpangan bagi perempuan semasa hidupnya, seperti Sundel Bolong, Kuntilanak, dan hantu perempuan lainnya. Hal itu ditunjukkan sebagai bentuk pembalasan atas represifitas yang perempuan alami semasa hidupnya.

Dengan kata lain, dalam film horor di Indonesia, segala bentuk ketidaknormalan atau penyimpangan yang tidak dapat dilakukan perempuan semasa hidupnya, hampir selalu dilakukan ketika mereka telah berubah menjadi hantu atau monster.

Akhir kata, Justito dan Annisa menjelaskan bahwa salah satu cara untuk mengurangi praktek misoginis dalam proses produksi film adalah dengan menyeimbangkan sutradara perempuan yang terjun ke dalam produksi film horor di Indonesia. Akan tetapi, mereka juga menyadari bahwa hal tersebut tidak cukup karena pada periode pasca 2010, film-film yang disutradarai oleh perempuan tidak dapat benar-benar lepas dari kungkungan budaya patriarki dan misoginis. Maka dari itu, bagi Justito dan Annisa, dibutuhkan lebih banyak pemikiran perempuan yang lebih progresif guna mewarnai wacana horor di Indonesia.

Tags: film hororpatriarkiriset hantu perempuan
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Rama Paramahamsa

Rama Paramahamsa

Manusia biasa dengan hidup biasa-biasa saja.

Related Posts

No Content Available
Next Post

Aktivis Mendorong Transisi Energi untuk Pertemuan Energi ASEAN di Bali

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

21 May 2025
Menghidupkan Jaje Sengait, Melestarikan Pohon Aren Pedawa

Menghidupkan Jaje Sengait, Melestarikan Pohon Aren Pedawa

21 May 2025
Warisan Kuliner dan Talenta Lokal dalam Ubud Food Festival 2025

Warisan Kuliner dan Talenta Lokal dalam Ubud Food Festival 2025

20 May 2025
Melihat Hukum dari Lubang Toilet

Melihat Hukum dari Lubang Toilet

19 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia