![Dokumentasi pribadi](https://balebengong.id/wp-content/uploads/2023/11/WhatsApp-Image-2023-11-02-at-17.04.57-480x360.jpeg)
Awalnya daerah Bali Selatan seperti Jimbaran dan sekitarnya memiliki akses pantai terbuka untuk publik. Warga sekitar bermata pencaharian sebagai nelayan, petani rumput laut, mencari seafood, lobster, coral dan abalone.
Derasnya investasi pariwisata mendorong sejumlah warga menjual atau menyewakan tanah mereka pada investor. Warga sekitar pun beralih pekerjaan menjadi buruh bangunan/konstruksi untuk pembangunann hotel, villa atau resort. Setelah bangunan tersebut selesai dibangun, pekerjaaan di pesisir turut hilang. Inilah latar belakang didirikannya Bali Wise.
Saya berkesempatan mewawancarai Handoko Rama selaku Chief Operating Officer Bali Wise untuk berbicara lebih jauh. Bali Wise didirikan untuk memberikan sejumlah pelatihan pada warga. Misalnya menenun pada para perempuan yang telah kehilangan pekerjaan. Zero Waste didirikan untuk memberikan pelatihan mengenai pengolahan sampah (waste management) kepada para laki-laki. Namun, pelatihan menenun ini nampaknya tidak bisa menjadi solusi mata pencaharian warga karena tidak adanya penjualan.
Pada tahun 2012 Bali Wise hampir tutup karena tidak berkembang. Kemudian, salah satu pegawai yang memang lulusan pariwisata merombak Bali Wise mengarah ke bidang hospitality karena melihat perkembangan pariwisata di Bali. Hal inilah yang membuat Bali Wise masih berdiri hingga saat ini.
Bali Wise memberikan pelatihan pendidikan hospitality perhotelan secara gratis. “Siswi di sini kita kasi pelatihan front office, waitress, house keeping, bartender, spa dan lain-lain,” katanya. Handoko melanjutkan, “selama 3 bulan itu teori dulu dan 3 bulan sisanya para siswi itu kita turunkan untuk training langsung di hotel hotel yang sudah kita ajak kerjasama,“ jelas Rama.
Pelatihan di Bali Wise gratis dan berlangsung selama kurang lebih 6 bulan. Ada dua subjek yang bisa dipilih peserta yang telah terpilih yaitu Hospitality dan Ditigal Marketing. Para peserta yang terpilih untuk mengikuti kegiatan akan mendapatkan asrama dan uang saku.
Peserta yang mengikuti pelatihan Bali Wise biasanya adalah anak anak panti asuhan setelah berumur 18 tahun. Mereka telah dilepas oleh panti asuhannya, jadi bisa bergabung ke Bali Wise untuk mengikuti pelatihan sebelum terjun langsung ke dunia kerja. Namun, Bali Wise juga membuka peluang besar bagi semua perempuan di Indonesia yang berumur 17-24 tahun atau lulusan SMA.
Peserta juga harus memiliki BPJS Kesehatan. “Pembukaan dibuka 3 bulan sekali yaitu Januari, April, Juli, dan Oktober setiap tahunnya, adapun tahapannya yaitu daftar di website, wawancara offline, atau lewat telpon, tes motivasi, dan tes bahasa Inggris,” tutur Rama. Pendaftar biasanya mencapai 150 orang, namun yang diterima per batch maksimal 35 orang.
“Pendaftar tidak hanya dari Bali juga dari Sumatra, Kalimantan, dan daerah lain di Indonesia, tapi memang kebanyakan dari Bali yang mendaftar,” lanjut Rama.
Pak Rama juga menjelaskan syaratnya. “Kalau seumpama resign/mundur setelah bulan kedua atau ketiga bayar denda Rp18 juta karena uangnya dari sponsor jadi harus ada pertanggungjawaban.”
Selain hospitality dan digital marketing para siswi juga diajarkan bela diri dasar . Hal ini dikarenakan pernah ada kasus siswi yang hampir dilecehkan di jalan raya waktu magang. Para sisi juga memiliki ibu konseling jika anak siswi yang perlu konseling seperti merasa homesick pasca merantau. Sebelum terjun ke dunia kerja, para siswi ketika masih masa magang juga diberikan Program Vokasi setiap Senin atau Sabtu untuk pelatihan interview dan penulisan resume.