Oleh Astiti dan Septi
Ketut Rumastika adalah salah satu petani mangga di Desa Tembok. Ia memulai pertanian mangga sejak tahun 80-an. Untuk mencari kebun mangga Ketut Rumastika kira-kira 1 kilometer dari rumahnya. Lahan kebun mangganya luas tetapi hanya ada satu saja jenis mangga yaitu mangga harumanis.
Di tempat perkebunan mangga tersebut beragam karena kita dapat menemukan berbagai macam tanaman contohnya seperti tanaman mente, lontar, nangka, dan juga ada tanaman jambu air.
Sampai di sana kami langsung berbincang-bincang dengan Ketut Rumastika tentang perkebunan mangga. Dimulai dari jenis-jenis mangga, cara membedakan mangga yang sudah bisa dipanen dan yang belum bisa dipanen.
Setelah dijelaskan beberapa penjelasan tentang pohon mangga, di sana kami menyiapkan membuat rujak dengan menggunakan daun pisang sebagai alas. Kami sudah membawa pisau dan bumbu rujak. Tinggal petik mangga dari pohon karena pohon tidak terlalu tinggi akibat dirawat dengan cara memotong dahannya. Rumastika mengatakan cara menentukan mangga yang sudah siap petik adalah dengan melihat ujung tangkainya. Jika sudah kecokelatan, itu tanda mangga sudah wayah atau siap petik.
Ia juga menjelaskan jika Kepala Desa memiliki program merevitaliasasi kebun mangga saat pandemi agar warga yang kembali pulang kampung ada pekerjaan dan pohon mangga lebih sehat. Desa membeli semua hasil panen petani yang kerjasama dengan harga pasar. Biasanya kebun-kebun mangga diijon atau dipajekin tengkulak. Sebagian besar warga Tembok memiliki kebun mangga. Inilah pemandangan yang terlihat di kebun ketika jalan-jalan di tengah desa. Musim panen sekitar Oktober-November setiap tahun, karena satu pohon bisa dipetik beberapa kali.
Ketika menuju perjalanan ke salah satu pembeli besar di desa, di pertengahan jalan kami bertemu warga yang sedang memanen buah mangga di salah satu kebunnya. Di sana kami dapat mengetahui alat yang digunakan untuk memetik buah mangga.
Beranjak dari kebun, kami melanjutkan ke tempat pengepul mangga milik salah satu warga Desa Tembok yang bernama Mastri. Di sana dijelaskan berbagai jenis mangga. Paling banyak mangga harum manis dan lila jiwa.
Mastri menjual mangga dengan harga perkilonya sekitar Rp10 ribu. Di tempat pengepul mangga kami sempat mencicipi rasa mangga. Di tempat Mastri kami dapat mengetahui berbagai jenis buah mangga dan rasa-rasa mangga yang ia jual ke pasar-pasar di kota. Jika mangga matang pohon, rasanya sangat manis. Daging mangga di desa Tembok padat dan ukurannya besar.