
Foto oleh: Kresnanta
Keluarga kami baru saja kehilangan anabul kucing kesayangan, Oyen, yang mati karena terserang penyakit. Ukuran badannya yang besar membuat kami bingung. Pasalnya, rumah kami tidak memiliki lahan untuk tempat penguburannya. Di sisi lain, kami merasa kurang etis jika menempatkan jasad Oyen di sembarang tempat, terlebih karena kami telah menganggapnya seperti bagian keluarga sendiri.
Kami meminta saran ke dokter hewan yang sempat merawat Oyen, dan pihak dokter hewan pun menyarankan opsi kremasi hewan di Bali Pet Burial Cremation. Sebelumnya, kami belum pernah mengkremasi hewan peliharaan. Saya pun teringat video yang pernah lewat di laman For Your Page (FYP) TikTok saya tentang kremasi hewan di Bali. Walau kurang ingat lokasi persisnya, namun video proses kremasi hewan tersebut tampak mirip dengan prosesi Ngaben oleh umat Hindu — melalui proses memandikan jasad, upacara dengan banten, hingga kremasi dan proses melarung abu.
Setelah menghubungi lewat pesan Whatsapp, kami memutuskan untuk mengkremasi Oyen di Bali Pet Burial Cremation. Menariknya, tempat ini tidak mematok harga untuk proses kremasi, hanya bersifat donasi sukarela. Tempat kremasi hewan ini juga melayani penjemputan, namun karena kami ingin melihat tempat tersebut secara langsung maka kami langsung mendatangi lokasinya. Sekitar pukul 9 pagi, saya bersama adik saya pun menempuh perjalanan dari Denpasar ke daerah Marga, Tabanan.
Bali Pet Burial Cremation terletak di Banjar Bunutin, Payangan, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali. Ketika mengikuti rute Google Maps, kami diarahkan ke jalanan yang cukup curam dan terjal namun masih bisa dilalui oleh mobil dan motor matic. Ternyata, ada jalan lain yang beraspal mulus, melewati pertigaan kecil sekitar 1,8 km setelah Puri Ageng Marga. Di setiap cabang jalan akan terlihat penanda banner kecil dengan logo anjing dan kucing yang bertuliskan “Pet Cremation Bunutin”.

Foto oleh: Kresnanta
Sampai di lokasi, kami disambut oleh sepasang suami istri bernama I Made Darsana dan Ni Wayan Sesiasih, yang juga akrab dengan panggilan Pak Yoga dan Bu Yoga. Tempat kremasi Bali Pet Burial Cremation bisa dibilang cukup sederhana namun terkesan sangat homey. Alunan musik gamelan angklung yang diputar lewat speaker mengiringi proses kremasi, serta meja telah tersusun dengan rangkaian banten, bunga, dan dupa layaknya kremasi umat Hindu pada umumnya. Pak Yoga dan Bu Yoga langsung memandikan jasad Oyen di tempat pemandian khusus hewan peliharaan dengan telaten, lengkap dengan sabun, shower air, dan handuk.
Sejak awal dibentuk di bulan Maret 2021, Bali Pet Burial Cremation melayani jasa burial (pemakaman) dan kremasi hewan peliharaan. “Saya sendiri yang jemput, nanti saya juga yang antar balik abunya setelah proses kremasi. Tergantung request dari owner,” ungkap Darsana (29/9) saat menyiapkan kremasi sembari berbagi cerita pengalamannya selama mengelola kremasi hewan ini. Dalam sehari, ia biasanya menerima sekitar 2-3 order antar jemput kremasi hewan yang menghubungi via telepon. “Ada owner hewan peliharaan dari Jimbaran, Canggu. Kuta, sampai Uluwatu. Kebanyakan orang luar atau tamu, tapi pernah ada juga owner lokal dari Klungkung. Sekitar daerah sini juga mulai banyak yang kremasi hewan. Kalau di Denpasar sering (menjemput) ke daerah Jalan Kebo Iwa Padangsambian, Hampir setiap hari tiang ke sana,” sambungnya.
Proses kremasi dilanjutkan dengan menata jasad Oyen yang sudah dimandikan di atas kain putih kuning dengan hiasan bunga segar, lengkap dengan canang dengan sesari, dupa, dan percikan tirta. Kami dipersilakan untuk mendoakan Oyen sebelum dibungkus dan dibakar. Entahlah, ada perasaan haru sekaligus kagum. Kagum atas lengkapnya proses kremasi hewan yang ternyata jauh di atas ekspektasi kami, memperlakukan hewan peliharaan kesayangan layaknya manusia sebagai sesama makhluk hidup dengan jiwanya masing-masing.
“Kanggeang nggih, tempatnya sederhana sekali di sini,” ucap singkat Sesiasih dengan nada halus sembari menjalankan seluruh upacara kremasi lalu izin meninggalkan lokasi kremasi terlebih dahulu untuk mempersiapkan alat-alat kremasi hewan selanjutnya. Ternyata, masih ada antrian proses kremasi hewan lainnya di siang hari itu.


Foto oleh: Kresnanta


Foto oleh: Kresnanta
Keseluruhan proses kremasi hewan memakan waktu kurang lebih satu jam. Prosesi ini bersifat fleksibel tergantung permintaan dari owner hewan peliharaan. Ada yang disemayamkan terlebih dahulu (biasanya owner mengundang kerabat terdekat untuk mengikuti proses kremasi), ada yang langsung dikubur, diupacarai lalu dibakar, dan sebagainya. Semua dilakukan dengan perlakuan dan tujuan yang sama. Di area kremasi juga terdapat area khusus dengan meja, kursi, air mineral, dan hand sanitizer yang dipersiapkan untuk kerabat owner yang ingin menjenguk atau melayat.
Sambil menghaluskan abu kremasi, Darsana melanjutkan perbincangan tentang pengalaman awalnya menghadirkan jasa kremasi hewan ini di tengah masa Covid-19. Berlatar belakang pekerja bidang transport di kawasan Jimbaran, ia menjadi salah satu pekerja yang terdampak pandemi sehingga harus kembali ke rumah dan mencari peluang usaha. Di sisi lain, pengaruh ekonomi yang anjlok saat itu membuatnya enggan mematok tarif agar para pet owner tidak merasa terbebani. “Musim Covid luar biasa dampaknya, penuh hikmah juga. Banyak orang yang mengeluh masalah harga, ingin kremasi hewan tapi tidak sesuai kondisi ekonomi mereka, sehingga kami tidak mematok harga. Jangan memikirkan dananya dulu, kami siap membantu secara sukarela.” ungkapnya.
Darsana juga menjelaskan alasan dirinya mencantumkan keterangan Bali Pet Burial Cremation buka 24 jam. “Banyak yang tanya kenapa kami bisa buka 24 jam. Kami cantumkan buka 24 jam di Google karena biasanya lebih dari jam 7 malam, owner merasa sungkan menelpon. Tiang walaupun dihubungi lewat telepon malam-malam tetap diangkat. Eksekusi (proses kremasi) kan bisa besok paginya,” jelasnya. Ia menambahkan, karena terdapat keterangan buka 24 jam, dirinya pernah menerima pesanan di waktu dini hari. “Pernah ada tamu dari Jimbaran ke sini jam 3 pagi. Tentu saja tidak enak dengan penduduk sekitar sini, jadi kami persilahkan untuk tidur menginap dulu, jam 6 pagi baru dieksekusi. Paling malam sekitar jam 8 masih bisa saya terima, selebihnya akan dieksekusi keesokan harinya.”
Bali Pet Burial Cremation juga menyediakan lahan bagi yang ingin menguburkan jasad hewan peliharaan. Selain itu, akan disediakan nisan dan bunga segar untuk proses penguburan. Setelah prosesi kremasi Oyen selesai, kami dipersilakan untuk berkeliling area kuburan hewan. Terdapat nisan bertuliskan nama peliharaan, ada pula owner yang membuat custom nisan sendiri beserta foto peliharaannya.

“Kami ingin memanfaatkan lahan kosong (teba) di sebelah rumah, kebetulan masih tanah milik keluarga, sebelumnya ini kebun dan ada kandang sapi. Karena kurang memadai untuk dikelola, kami ubah menjadi area yang bermanfaat. Biasanya bule pet owner suka suasana di sini. Suasana di desa, banyak pohon-pohon tinggi, jadi mereka betah. Bahkan ada yang melayat sampai ikut menginap beberapa hari,” tambah penjelasan Darsana sambil mengantar kami berkeliling dan berpamitan. Kami pun lanjut melarung abunya ke pantai.
“and same to all of us, the beautiful souls are back.”
Akhir kata, terdapat sumber tulisan yang menyatakan bahwa kremasi hewan menjadi salah satu ungkapan penghormatan sekaligus kasih sayang pemilik anabul. Mungkin pengalaman ini akan menjadi sebuah pembelajaran sekaligus pengingat, terlepas dari unsur agama dan kepercayaan, maka perwujudan rasa hormat dan kasih sayang bisa dalam bentuk apapun, kepada siapapun.