• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Thursday, June 12, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Kisah Pura Segara Ulun Danu Batur yang Tak Lagi Terapung

Hanif Sulaeman by Hanif Sulaeman
28 May 2025
in Kabar Baru, Lingkungan, Sejarah, Travel
1 0
0

Perjalanan menuju Pura Segara Ulun Danu Batur dimulai dengan menyusuri lereng Gunung Batur menggunakan motor. Sepanjang jalan, terlihat bangunan-bangunan pengepul pasir yang memanfaatkan material sisa letusan gunung. Udara segar pegunungan dengan lalat yang beterbangan sesekali menabrak muka. Saya sempat bertanya kepada Oka Agastya, teman saya sekaligus pemandu geowisata, “Kenapa di sini banyak lalat beterbangan?”

“Di sini memang banyak truk pupuk kandang yang lewat,” jawab Oka. “Kebanyakan petani di kawasan Gunung Batur menggunakan pupuk kandang mentah, yang langsung ditebar di lahan tanpa diolah dulu. Pupuk kandang mentah ini jadi tempat ideal bagi lalat untuk bertelur dan berkembang biak.”

Sesampainya di Pura Segara Ulun Danu Batur, Oka menceritakan sejarahnya, pura ini diperkirakan mulai dibangun sejak zaman Empu Kutura pada abad ke-10 hingga ke-11. Pada masa itu, kawasan di kaki Gunung Batur dipenuhi banyak bangunan dan pemukiman, termasuk pura ini sebagai tempat ibadah umat Hindu yang khusus memuja Dewi Danu, dewi penjaga danau dan sumber air.

Pada tahun 1849, letusan Gunung Batur menyebabkan kerusakan parah pada sebagian besar bangunan di sekitar kaki gunung, termasuk pura ini. Namun, meskipun mengalami kerusakan, bangunan Pura Segara Ulun Danu Batur tetap kokoh berdiri dan tidak hancur total. Kemudian pada letusan besar yang mengakibatkan Masyarakat Desa Batur lama berpindah di tahun 1926, kawasan ini kembali dilanda bencana yang lebih dahsyat, merusak hampir seluruh bangunan di sekitarnya. Meski demikian, Pura Segara Ulun Danu Batur tetap tidak mengalami kehancuran berarti, menandakan ketahanan dan nilai spiritual yang tinggi dari pura ini.

Pura Segara Ulun Danu Batur terletak di pinggir Danau Batur, sehingga pengunjung dapat menikmati pemandangan danau yang luas dan indah. Salah satu daya tarik utama adalah pura yang tampak seperti terapung di atas permukaan air danau, menciptakan pemandangan yang sangat memukau dan menjadi momen favorit bagi wisatawan untuk berfoto.

Foto penampakan Pura Segara Ulun Danu Batur yang masih terapung di Danau Batur.

Luas hamparan Danau Batur juga menjadi magnet bagi para wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam dan budaya Bali secara bersamaan.

“Walaupun Pura Segara Ulun Danu Batur sudah terbukti kuat bertahan dari dua letusan besar Gunung Batur pada tahun 1849 dan 1926, sekarang pura ini justru menghadapi tantangan baru,” jelas Oka.
“Apa tantangannya?” tanya saya yang baru pertama kali berkunjung ke sini
“Perubahan iklim” jawab Oka. “Akibat perubahan iklim, volume air Danau Batur terus menurun. Kalau dulu, pura ini benar-benar terlihat seperti terapung di atas permukaan danau. Tapi sekarang, air danau sudah jauh berkurang, jadi pemandangan ‘pura terapung’ itu sudah jarang terlihat seperti dulu lagi.”

Setelah selesai mendengarkan penjelasan Oka, saya lanjut berjalan menuju area dalam Pura Segara Ulun Danu Batur. Sesampainya di tepi danau, saya memperhatikan perbedaan warna yang mencolok pada tembok dan jembatan apung yang menuju ke bangunan utama mandala. Tembok yang dulunya terendam air kini tampak jelas, sedangkan jembatan yang dulunya seolah mengambang di atas permukaan air kini justru terlihat lebih tinggi dari permukaan danau.

Pura Segara Ulun Danu Batur pada tahun 2024 yang mulai mengalami penurunan muka air di Danau Batur.

Saya baru benar-benar mengerti penjelasan Oka setelah menyaksikan langsung perbedaan ini. Air danau yang surut akibat perubahan iklim telah mengubah lanskap sekitar pura, sehingga bekas batas air pada tembok dan posisi jembatan menjadi bukti nyata bahwa Danau Batur memang sudah jauh berbeda dari masa lalu.

Penurunan permukaan air danau ini mengubah pemandangan dan pengalaman pengunjung, sekaligus menjadi peringatan akan dampak perubahan iklim terhadap lingkungan dan warisan budaya di Bali. Kondisi ini juga berdampak pada ekosistem dan ketersediaan air bagi masyarakat yang sangat bergantung pada danau sebagai sumber kehidupan.

Dengan demikian, Pura Segara Ulun Danu Batur bukan hanya situs bersejarah dan spiritual yang penting, tetapi juga simbol ketahanan masyarakat menghadapi bencana alam dan kini menghadapi tantangan perubahan iklim yang memengaruhi lanskap danau serta keberlangsungan pura itu sendiri.

Penulis: Hanif Sulaeman (Secretary General U-INSPIRE Alliance) dan Oka Agastya (Batur UNESCO Global Geopark)

sangkarbet sangkarbet sangkarbet legianbet
Tags: sejarah gunung batursejarah pura segara ulun danu baturwisata geologi batur
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Hanif Sulaeman

Hanif Sulaeman

Related Posts

Menemukan Kembali Pura Ulun Danu Batur Lama: Warisan di Balik Lava

Menemukan Kembali Pura Ulun Danu Batur Lama: Warisan di Balik Lava

27 May 2025
Next Post
There Is ‘Book’ in ‘Bukit’: Library Movement from Jimbaran

There Is 'Book' in 'Bukit': Library Movement from Jimbaran

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Temu Teknologi di Serangan

Temu Teknologi di Serangan

12 June 2025
Gumi Serombotan: Industri Kain Tradisional Melaju, Anak Mudanya Berlayar

Gumi Serombotan: Industri Kain Tradisional Melaju, Anak Mudanya Berlayar

12 June 2025
Kesehatan Gigi dan Mulut Belum Inklusif, Anak Disabilitas Sulit Mengakses

Kesehatan Gigi dan Mulut Belum Inklusif, Anak Disabilitas Sulit Mengakses

11 June 2025
Merespons Minimnya Ruang Seni Publik di Gianyar

Merespons Minimnya Ruang Seni Publik di Gianyar

10 June 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia