Oleh Anton Muhajir
Kelelahan Ketut Ariana terbayar sudah. Warga banjar Taman Sari, Denpasar Utara itu akhirnya bisa menyelesaikan pekerjaan Minggu ini. Kacat, panggilan akrabnya, sejak tiga hari lalu sibuk membantu persiapan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di banjarnya. Minggu (21/10) ini, sebagian besar warga Denpasar memang menggunakan hak pilihnya dalam Pilkades. Jumlah pemilih berkisar 238.324 orang dengan jumlah TPS sebanyak 551 TPS.
Namun meski dilaksanakan hari ini, persiapan Pilkades sudah menyita perhatian warga Denpasar. Di beberapa desa, para calon sudah menempelkan selebaran berisi foto dan data diri di berbagai tempat strategis. Rumah-rumah di sepanjang Jl Letda Kajeng Yangbatu misalnya sudah penuh dengan gambar calon-calon tersebut. Selain di rumah-rumah warga, selebaran itu juga digantung seperti halnya di Jalan Suli.
Lain lagi dengan kesibukan panitia, termasuk Kacat. Sejak tiga hari sebelum pelaksanaan, bapak satu anak itu sudah sibuk ikut rapat persiapan, menyebarkan undangan dan kartu pemilih, serta menyiapkan tempat di balai banjarnya.
“Ya, demi masa depan yang lebih baik,” katanya percaya diri.
Sebanyak 63 calon Kades bersaing dalam Pilkades serentak di 25 desa di Kota Denpasar hari ini. Demokrasi ala warga Denpasar ini berlangsung hampir di semua desa. Mereka antara lain di Kecamatan Denpasar Barat 21 orang, Denpasar Utara 17 orang, Denpasar Timur 16 orang, dan Denpasar Selatan 9 orang. Dari 63 calon Kades tersebut, dua di antaranya adalah perempuan yakni Desa Pemecutan Kaja dan Desa Padangsambian Kaja.
Karena itu kesibukan memilih juga bukan hanya milik Kacat. Made Cock Wirawan pun demikian. Warga banjar Medura Desa Sanur Kauh itu menggunakan hak pilihnya di balai banjar.
Ini pengalaman ketiga bapak dua anak yang berprofesi sebagai dokter tersebut. Dia sudah pernah mengikutinya enam dan 12 tahun lalu. “Jadi biasa saja. Cuma enaknya karena jalanan agak sepi,” katanya ketika ditanya lewat Yahoo Messenger.
Dari tiga calon Kades yaitu I Made Dana (kepala desa sekarang), I Wayan Mudana, dan I Made Suparta, Cock mengaku memilih kelian banjarnya sendiri, I Wayan Mudana. Meski yang menang akhirnya calon incumbent, Cock yang juga blogger ini mengaku tidak kecewa.
Soal pemilihan kelian banjarnya sendiri, Cock mengaku karena ini ingin membantu perjuangan kelian banjarnya tersebut. Namun alasan ini mungkin karena kelian banjar sendiri lebih dikenal dibanding calon lain. Sebab menjelang Pilkades di desa Cock memang tidak ada kampanye dan pengerahan massa. Di desa wisata ini hanya ada pemaparan visi dan misi calon pada tiga hari sebelum hari H.
Lain Cock, lain lagi Agung Sumantri. Pegawai swasta ini memilih asal nyoblos. “Aku tidak kenal sama sekali dengan semua calon,” katanya. Menurut Agung, hal itu dia lakukan karena tidak ada kampanye sama sekali di desanya. Apalagi dia sudah tinggal di tempat baru, bukan tempat dia memilih sekarang.
“Aku tahunya cuma ada banyak gambar di banjarku. Tapi aku tidak kenal mereka sama sekali,” ujarnya santai. [b]