• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Saturday, July 19, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Ketika Musisi dan Seniman Ikut Perlawanan

Luh De Suriyani by Luh De Suriyani
11 November 2013
in Berita Utama, Kabar Baru, Lingkungan, Sosial
0 0
0

pasar-mini

Dunia aktivisme di Bali tak melulu milik aktivis.

Inilah yang terasa seiring dengan tetap gencarnya gerakan warga yang menolak rencana reklamasi Teluk Benoa, Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Gerakan bernama Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBali) tersebut menjadi tempat berbagai kelompok yang menolak eksploitasi terhadap kawasan konservasi tersebut.

Sabtu malam lalu, giliran para seniman dan musisi yang ambil bagian dalam Pasar Mini. Kegiatan di Penggak Men Mersi Jalan WR Supratman Denpasar itu untuk penggalian dana ForBali.

Salah satunya I Wayan Damai. Pria difabel ini melelang karya lukisanya yang berjudul “Pasar”. Dalam karya realisnya di atas kanvas ini terlihat dua orang, laki dan perempuan berkursi roda berbelanja di pasar. Ada juga gambar toilet dengan undakan yang tak bisa dilalui kursi roda. Keduanya termenung di depan toilet itu.

Agaknya, pria yang bekerja sebagai resepsionis di kantor perusahaan kerajinan ini ingin memperlihatkan tantangan keseharian difabel. “Itulah hidup saya. Saya sedang melukis dan menuangkan pikiran saya ke kanvas,” kata Damai. Ia mengaku mulai menyenangi melukis ketika belajar di Jogjakarta.

pasar-mini03

Ada juga dua lukisan Anak Tangguh. Dua lukisan floral ini dibuat anak-anak yang berkegiatan di sanggar belajar alternatif ini untuk mendukung pendanaan ForBALI.

Tak hanya lukisan, ada juga kaos, foto, instalasi dari Komunitas Pojok, dan lainnya. Lelang dalam Pasar Mini ini berlangsung meriah dikunjungi banyak ibu rumah tangga dan anak-anak juga.

I Nyoman Angga, musisi band Nosstress yang mendukung ForBALI dalam bahasa santai mengampanyekan lelang ini menjadi bagian gerakan kesadaran bersama. Tak hanya pada isu reklamasi yang masih diperdebatkan di Teluk Benoa tapi juga ancaman lingkungan lain seperti alif fungsi lahan hijau.

Dalam lagunya yang menjadi jingle ForBALI dan mulai banyak dihafal anak-anak ini, Nosstress memang tak hanya menyinggung soal reklamasi tapi juga dukungan pada petani karena banyak lahan produktif menghilang.

“Bangun Bali, Subsidi petani. Kita semua makan nasi, bukannya butuh reklamasi,” salah satu liriknya.

“Gara-gara lagu ini saya ditanya saudara, “kude maan pis uli Puspoyoga?” sergah Gunawarma alias Kupit, salah satu pencipta lagu ini. Ia diduga mendapat uang dari PDIP karena saking banyaknya baliho PDIP yang mendompleng aksi tolak reklamasi ini.

Kupit dan bandnya Nosstress bahkan mencurahkan tenaga, pikiran, dan suaranya gretongan dalam sejumlah aksi dan konser kampanye sekaligus penggalian dana. Termasuk dalam lelang Pasar Mini ini.

pasar-mini02

Mati
Dewa Keta, salah satu pelukis dari Komunitas Pojok melelang lukisan berjudul Bulung. Bulung atau rumput laut dalam bahasa Bali menurutnya sumber penghasilan masyarakat pesisir Pulau Bali, Nusa Penida, dan sekitarnya. “Akan makin banyak petani bulung yang mati kalau Bali tak memedulikan pesisirnya,” kata Keta.

Selain karya seni dari para pelukis amatir, gerakan ForBALI makin diikuti oleh komunitas underground seperti punker. Mereka beberapa kali ikut aksi demonstrasi ke DPRD Bali.

“Banyak ormas yang nampang di jalanan mengaku menjaga Bali, kenyataannya yang berbuat nyata punker-punker ini atau musisi bercelana pendek,” sebut Termana, salah seorang anak muda kritis.

Pria muda ini merasa terusik dengan makin banyaknya baliho pejabat atau ormas yang memakai symbol-simbol agama dan budaya mengklaim menjaga tanah Bali namun di belakang malah mengeksploitasi.

Sementara itu di Yunani, seorang seniman street art Bali asal Nusa Penida membuat mural raksasa di tembok Unversitas Polytechniupoli di kota Athena. Mural ini memuat pesan sangat jelas. Terlihat ombak tinggi yang dilukiskan berbentuk tangan menangkis tangan terbuat dari besi, seperti mesin.

“Suatu hari, lewat social media saya sempat dikontak oleh seorang kawan, bahwa di Bali lagi ramai terkait rencana reklamasi di wilayah tanjung Benoa,” kata si seniman jalanan ini.

bali tolak reklamasi2

Lewat internet Ia kemudian membaca sebagian informasi media terkait ini dan diskusi di forum-forum socmed. “Saya menolak segala bentuk “kebijakan” yang sebenarnya mengabaikan nasib dan masa depan masyarakat banyak serta proyek-proyek megah pariwisata yang mengatasnamakan pelestarian budaya Bali yang ternyata sama sekali tidak melestarikan alam Bali,” kata WD, kependekan dari wild drawing, nickname street artist ini.

WD yang kuliah di kampus lain di Yunani lalu membuat sebuah mural dengan menggunakan simbol-simbol yang dapat dan mudah dimengerti oleh semua orang.

Pria ini mengatakan kota-kota Eropa khususnya Athens terkenal dengan karya-karya grafiti dan street art yang bermuatan politik dan kritis. “Dunia barat sekarang ini lagi terjangkit krisis global, fenomena ini menginspirasi banyak street artis untuk memberikan pandangan kritisnya,” sebut WD. [b]

Tags: BaliForBaliGerakanLingkungan
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Luh De Suriyani

Luh De Suriyani

Ibu dua anak lelaki, tinggal di pinggiran Denpasar Utara. Anak dagang soto karangasem ini alumni Pers Mahasiswa Akademika dan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Pernah jadi pemimpin redaksi media advokasi HIV/AIDS dan narkoba Kulkul. Menulis lepas untuk Mongabay.

Related Posts

Budaya Ngayah Makin Langah

Budaya Ngayah Makin Langah

13 June 2025
Apakah Awig-awig Masih Bertaji Mengadang Alih Fungsi Lahan?

Apakah Awig-awig Masih Bertaji Mengadang Alih Fungsi Lahan?

28 March 2025

Bali Hampir Habis, Semenjana dan Tergantikan

4 January 2025
Over Development Bali di UWRF 2024

Over Development Bali di UWRF 2024

23 October 2024
Yang Lalu Jangan Biarkan Berlalu, Tuturkan di Indonesia Bertutur

Yang Lalu Jangan Biarkan Berlalu, Tuturkan di Indonesia Bertutur

13 August 2024
Menelaah Pembungkaman PWF 2024 dari Berbagai Perspektif Hukum

Menelaah Pembungkaman PWF 2024 dari Berbagai Perspektif Hukum

7 June 2024
Next Post
Agar Pura Tetap Sakral, Tidak Diobral

Agar Pura Tetap Sakral, Tidak Diobral

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Identifikasi Sederhana Serangan Siber

Identifikasi Sederhana Serangan Siber

19 July 2025
Igniting Jimbaran’s Literary Scene from Pasar Republik Buku

Igniting Jimbaran’s Literary Scene from Pasar Republik Buku

18 July 2025
Dampak Pancingan Phishing yang Meruntuhkan Fisik, Mental, dan Material

Dampak Pancingan Phishing yang Meruntuhkan Fisik, Mental, dan Material

17 July 2025
Krisis Air Bersih dari Kacamata Anak Muda

Krisis Air Bersih dari Kacamata Anak Muda

16 July 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia