Kerajinan bambu telah menjadi bagian dari budaya Indonesia selama berabad-abad. Hutan bambu sebagai sumber bahan baku alam yang melimpah, telah digunakan oleh warga desa untuk memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari, termasuk perumahan, perlengkapan sembahyang, dan juga kerajinan tangan. Di Desa Geriana Kauh, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem Bali, kerajinan bambu telah menjadi kreativitas dan juga bentuk pelestarian dari hutan bambu yang melingkari setengah dari luas desa.
Bambu dipilih karena sifatnya yang kuat, fleksibel, dan tahan lama, menjadikannya bahan yang sempurna untuk menciptakan berbagai produk. Masyarakat di Geriana Kauh telah mewarisi teknik-teknik tradisional ini dari generasi ke generasi. Teknik-teknik tersebut mencakup pemotongan, pelunakkan, pembentukan, dan penyatuan bambu untuk menciptakan beragam produk seperti perabotan rumah tangga, perlengkapan keagamaan, kerajinan tangan, dan masih banyak lagi.
Salah satu kerajinan bambu yang masih lestari dan eksis hingga saat ini khususnya di Desa Geriana Kauh adalah besek. Besek adalah keranjang yang terbuat dari anyaman bambu yang oleh masyarakat Geriana Kauh memiliki fungsi yang sangat beragam mulai dari segi keagamaan dan juga kebutuhan sehari-hari seperti digunakan sebagai tempat Banten Pejatian dan juga bisa digunakan sebagai tempat buah salak. Besek adalah tempat yang cukup higienis dan tidak mengandung bahan kimia.
Salah satu pengerajin Besek di Desa Geriana Kauh Ni Komang Ayu Widiningsih (29) yang kami temui di kediamannya menuturkan pembuatan dari awal sampai terbentuknya satu buah besek. Ia menuturkan kerajinan ini bagian dari keseharian dan melestarikan hutan bambu di Desa Geriana Kauh.
“Anyaman Besek juga ramah lingkungan dan tidak akan mengotori lingkungan apabila sudah selesai digunakan, juga bisa digunakan sebagai alat pembakaran atau bahan bakar. Hal ini akan mengurangi sampah yang ada. Tentu saja hal ini berbeda dengan plastik yang lebih susah untuk hilang,” imbuhnya.
Teknik mengeringkan dan tahapan menganyam
Ia menuturkan cara pembuatannya dari awal yaitu mencari bambu di Hutan Bambu yang dimilikinya secara pribadi, kemudian bambu tersebut di potong menjadi bagian yang lebih kecil. Potongan-potongan ini dikeringkan di perapian untuk menghasilkan bambu yang lebih bagus untuk digunakan sebagai bahan pembuatan Besek.
Bambu yang sudah dikeringkan sekarang masuk ke proses “Penyebitan” setelah itu bambu yang sudah disebit sudah siap untuk di anyam menjadi sebuah besek. Proses penganyaman dimulai dengan “Nampak” dalam Bahasa bali yang berarti membuat alas dari besek tersebut.
Kemudian proses selanjutnya yaitu “Mucuin” dalam istilah balinya yang artinya membuat sudut dari besek tersebut. Setelah sudah memiliki sudut proses selanjutnya yaitu “Mibihin” atau membuat tepi dari besek tersebut.
Setelah terbentuk sebuah besek proses yang terakhir adalah merapikan sisa-sisa bambu yang masih panjang. Sembari menuturkan proses pembuatannya, Ia juga mengatakan bahwa Mang Ayu sudah memulai untuk melestarikan kerajinan bambu ini dari SMP hingga sekarang sudah menikah dan sudah memiliki dua orang anak. Ia juga menambahkan memilih pembuatan besek ini selain bahannya yang mudah dicari, pembuatannya juga mudah, Ia juga bisa sambil mengasuh dua orang anaknya sembari mengerjakan besek.
Dalam kesehariannya Mang Ayu (29) bisa memproduksi 10 buah besek dalam sehari. Besek tersebut di kirim ke pengepul di Desa Lusuh yaitu salah satu desa tetangga dari Desa Geriana Kauh. Harga per satu buah besek yang diproduksi adalah Rp3000 sehingga dalam sehari bisa memiliki penghasilan sebesar Rp30.000.
Dengan proses yang mudah dan juga bahan yang melimpah yang tersedia di Desa Geriana Kauh membuat pelestarian budaya dan juga kreativitas menjadi lebih maksimal. Tak hanya besek, bambu juga jadi arsitektur tradisional yang indah di desa.
Silakan datang langsung ke Desa Geriana Kauh, Duda Utara, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangsem Bali. Atau bisa kalian kepoin IG dari Desa Geriana Kauh @yowana_satyagunadharma.