Saya menunggu Yogik salah seorang personel Kadapat untuk membicarakan Kepus Pungsed. Bukan perayaan atau akan punya anak. Bukan. Tapi itu adalah nama acara yang kami (Studio IF) inisiasi bersama Gorong-Gorong record label, pada 12 Januari 2023.
Ini acara perdana Studio IF, (isi koma setelah kata if) pada divisi musik. Studio IF, merupakan kolektif muda di Denpasar, bergerak cair dalam perlintasan kebudayaan dan kesenian. Formula geraknya masih dalam perancangan, mungkin juga sedang meraba, sedang menyusur per-skena-an yang begitu banyaknya.
Kendati demikian, isu menjadi daya tarik bagi kolektif ini. Isu-konteks-gagasan dipresentasikan entah bentuknya apa. Salah satunya ialah presentasi Kepus Pungsed. Kami menyebutnya presentasi bukan konser sebab sebelum tercetusnya Kepus Pungsed kami menilik isu bagaimana para seniman gamelan berbenturan dengan gaya kontaminasi di luar lingkarannya. Tentu satu kebudayaan tidak akan diam pada satu kondisi, dia akan terus mengalir, mengikuti kondisi resesif yang menemuinya.
Jika merunut, mungkin 5 tahun terakhir, sependek pengetahuan saya beberapa kawan seniman gamelan sedang melakukan perjalanan keluar “rumahnya”. Kosa kata gamelan hendak dikembangkan, arah perkembangan ini menjadi bahan-bahan diskusi yang menarik, yang sering kami perbincangkan di studio.
Sebut saja Srayamurtikanti dari Celuk, yang mencoba mengakomodir ingatan-ingatan publik Celuk terhadap ruang kerja pembuatan perak. Gamelan hadir menangkap itu, kemudian dipentaskan di tempat kerja yang sudah tidak digunakan lagi. Temuannya tidak hanya pada bunyi, tapi pola laku tubuh, serta pendedahan-pendedahan ingatan.
Atau WOS karya Putu Septa dan Janurangga di lomba Baleganjur Pesta Kesenian Bali 2022. Saat itu kami berkelakar panitia kecele masuknya Putu dan kelompoknya untuk lomba. Benar saja pada ajang bergengsi itu komposisi Baleganjur Putu tidak lagi menyoal SOP perlombaan untuk mendapatkan juara, tapi presentasi kemurnian pada objek gamelan untuk menangkap sungai di Ubud.
Kebetulan saya di sana menyaksikan pementasan itu, penonton banyak yang susah untuk bertepuk tangan, atau sukeh mesuryak karena pakem-pakem dan tempo pada baleganjur samar, bahkan tidak ada. Setelah pentas jangan ditanya, berapa orang akan menggerutu atas sajiannya, tapi tidak sedikit juga yang memberi perhatian padanya. Seni kan subjektif pasti banyak pro dan kontra, polemik, intrik, dan saling sikut. Ah biasa.
Yogik datang, senyum sumringahnya nyantol di wajahnya.
“Kalau otonan itu kan berulang, kalau kepus pungsed itu sekali saja seumur hidup manusia (manusia hindu-Bali),” ujarnya sejurus pantatnya menyentuh kursi.
Benar, kepus pungsed biasanya satu rentetan peristiwa kelahiran manusia Bali. Ari-ari yang awalnya menjadi selang nutrisi ibu kepada anak yang dikandungnya diputus. Ada sisa saluran yang masih ada diudel, ini kemudian ditunggu mengering, lepas dengan sendirinya. Bagian kering digunakan sebagai jimat-pasikepan. Sementara ari-ari ditanam di halaman rumah, di atasnya terdapat batu kali. Di atas batu dihaturkan sesajen atau saiban.
“Ditempatku tidak ada acara khusus dalam pelepasan ari-ari kering itu, biasa saja, ya nanti kalau telung bulanin dan seterusnya barulah upacara,”ujar Yogik.
Saya dan Yogik menyepakati walau peristiwanya sederhana tapi kandungan makna lepasnya menjadi penting. Peristiwa pemisahan ibu dan anak itu, seperti memberikan daya kemampuan anaknya untuk hidup dengan menggunakan semua komponen tubuhnya, termasuk cara berfikir, cara adaptasi, cara berlaku. Walaupun bayi sepenuhnya akan dirawat oleh kedua orang tuanya.
Premis yang sederhana inilah yang jika dilekatkan dalam proses kekaryaan bermusik Yogik menjadi begitu berarti. Begini kronologinya, anggap saja gamelan adalah ibu, dan Yogik adalah anaknya yang belajar gamelan. Sekarang Yogik sudah besar ia lahir dengan berbagai kemungkinan teknologi, kemungkinan interaksi yang cepat, dan cara belajar yang hanya sehembusan nafas.
Kenallah ia dengan musik elektronik yang kemudian sangat mempengaruhinya dalam bekerja dan berkarya. Tapi gamelan sebagai ibunya tidak ia lupakan begitu saja, ia masih mengormatinya dengan penuh jiwa. Hanya saja dalam tubuh Yogik ada berbagai percampuran yang ingin ia racik menjadi satu varian yang hanya ia miliki. Lahirlah Kadapat, hasil hybrid itu. Kleee adi care film Avatar nah, keturunan campuran misi lima jari di tangannya.
Diskusi lain dalam diskusi lepas dengan Tisha Sara, saat membuat kostum untuk Kadapat manggung di Denpasar Festival 2022. Teman-teman yang sealiran ini, yang avatar keturunan campuran ini, memang harus hadir sekarang, di tahun-tahun ini, dengan berbagai asupan nutrisi musik yang bisa dijangkau.
Mungkin saja kalau mereka hadir 30 tahun yang lalu, atau saat keadaan belum seperti sekarang, tidak ada yang ngeh dengan mereka. Jangan lupa kawan-kawan, peristiwa keberlanjutan hingga sampai di Kepus Pungsed ini, sangat panjang. Coba diingat, ada Artisan di Plataran Canggu yang digawangi oleh Mamen Fauzy, ada Ravepasar dari Ican Harem, ada presentasi musik New Gamelan di Bentara Budaya Bali. Ada juga Fraksi Epos dengan keriuhan multa-multinya, belum lagi kawan-kawan seniman luar daerah yang cela-celu memasuki ruang kekaryaan seniman di Bali.
Kepus Pungsed tidak berdiri sendiri. Kalau kata Lajos Egri seorang teaterawan asal Rusia, dalam perumusan Watak, watak tidak bisa dibaca hari ini, tapi juga endapan pengalaman yang ia alami sepanjang hidupnya. Nah, setidaknya dalam pengalaman itu dapat nanti kita saksikan di Kepus Pungsed akan ada Kadapat, Rule Kabatram, Graung, Putu Septa dan Nata Swara, Rollfast, dan visual mapping oleh Apemotion.
Sekiranya begitulah kami Studio IF, membaca Kepus Pungsed. Yen jawat ye pelih, ampurayang gen malu, yen agak beneh dadi bahan perenungan lah dia.
Datanglah kawan-kawan untuk melihat endapan pengalaman para musisi ini. saya belum tahu aliran apa mereka ini semua, mungkin musisi yang lebih khatam dalam kesejarahan musik yang dapat melabelinya. Kalau aku kasi nama “darah avatar campuran mejari lima gen nyak?”
Acara akan dilaksanakan di Studio IF, di Jalan Gunung Lumut 80, Padangsambian Klod, Denpasar Barat pada hari Kamis, 12 Januari 2023 pukul 18.00 Wita dengan tiket masuk seharga Rp 30.000 dengan kondisi parkiran terbatas, sangat disarankan untuk naik motor atau ojek online
Sekian dalam cuah cauh saya untuk Kepus Pungsed.