Suatu pagi, Oktober 2022, kami berdua menyusuri aktivitas dalam keberagaman Desa Tembok tepatnya di Dusun Yehbau dan Dusun Tembok. Pertama saya memasuki Dusun Yehbau, tepatnya perkampungan masyarakat muslim. Hal pertama yang saya lihat adalah Masjid Al-ihsan yang kubahnya berkilau diterpa sinar matahari pagi.
Semakin saya memasuki daerah perkampungan beragamnya aktivitas yang dilakukan warga. Dimulai dari kegiatan kegiatan mematok kayu untuk dijadikan tempat asahan pisau, ada juga warga yang sedang membersihkan lingkungan rumahnya dan memasak. Sebagian besar pendapatan warga di sana rata-rata berdagang. Ada yang membuka warung di depan rumah, menjual sate, dan berjualan keliling. Di sana juga terdapat madrasah Ibtidayah Al-ihsan tepatnya di sebelah selatan masjid.
Setelah kami selesai menyusuri perkampungan muslim, kami melanjutkan perjalanan menuju pantai, di perjalanan di sebelah kiri kami melihat kuburan muslim di sepanjang jalan menuju pantai yang berdampingan dengan pura segara Yehbau. Nuansa tersebut mengingatkan kami ketika setiap melakukan upacara melasti masyarakat Tembok khususnya yang beragama Hindu melewatu jalan tersebut sehingga masyarakat muslim dapat menyaksikan dengan penuh suka cita untuk menghargai perbedaan agama di Desa Tembok
Setelah kami menelusuri Dusun Yehbau, kami melanjutkan perjalanan ke barat menuju Dusun Tembok. Kami mendapati warga-warga sedang melakukan aktivitasnya masing-masing. Kegiatannya berbeda-beda sangat cocok dalam menggambarkan keberagaman dalam perbedaan. Indahnya Pura Bale Agung Tembok terpampang jelas dari awal kami memasuki Dusun Tembok diiringi dengan warga yang sedang memahat kayu dan melakukan yadnya di pagi hari.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Pura Bale Agung Tembok. Point pertama yang kami lihat adalah canang sari yang lengkap dengan dupanya yang harum semerbak mengeruak hidung, dan kami juga melihat api cakep di dekat canang sari itu. Semakin kami memasuki area pura banyak hal yg kami temui yaitu sajen berupa canang sari, pohon beringin yang begitu besar sampai-sampai hampir menutupi area depan Pura Bale Agung
“Keberagaman pastinya sudah beda-beda untuk saling menghargai, bagaimana kita lebih menyikapi satu agama dengan yang lain agar tidak terjadi benturan. Sistem gotong royong kita harus jalani seperti yang dipertanyakan tadi, kita berbeda tetapi kita tetap satu,” ungkap Kelian Banjar Dinas Yehbau, Wahyu Pebrian.
“Selain melakukan silaturahmi pada saat hari-hari tertentu seperti pada saat Hari Raya Galugan, masyarakat muslim berkunjung ke pura dan sebaliknya ketika Hari Raya Idul Fitri dan hari-hari besar lainnya masyarakat hindu berkunjung ke masjid untuk melakukan silaturahmi. Namun, silaturahmi tersebut tidak hanya pada saat hari tertentu saja masyarakat di sini juga melakukan silaturahmi degan kenalannya yang beragama lain di saat ada pernikahan dan berduka,” tambah Wahyu Pebrian.
Yang menyebabkan toleransi tinggi antar agama adalah umat hindu menjunjung tinggi toleransi antar agama di antaranya menghargai umat yang lain dan tidak mau menjelekkan umat lain dan tidak memojokan umat lain. Menurutnya umat Hindu mngajak umat-umat lain bersatu. “Toleransi antar umat yang sangat besar,” ujar Kelian Banjar Dinas Tembok, Ketut Suanjaya.
Keduanya mengatakan sejarah Hindu dan Islam yang ada di kampung ini sebenarnya tidak bisa dipisahkan karena umat Muslim yang ada di Yehbau itu termasuk umat muslim tertua yang ada di Desa Tembok. Kegiatan silaturahmi itu sudah dilakukan oleh tetua dari jaman terdahulu walau sempat terhenti namun pada kepemimpinan Perbekel Tembok sekarang kegiatan itu kembali dilestarikan.
Dari semua yang paparkan di atas kita dapat lihat betapa pentingnya bagi warga tembok mengetahui berbagai macam keberagaman dan perlunya untuk meningkatkan rasa toleransi antar umat beragama karena kita hidup dalam konteks yang berdampingan.
.