Hal unik dari kain tenun Ranrang adalah, kita bisa mengenakannya di kedua sisi. Tak seperti kain lain, jika dijahit hanya kelihatan bagus di satu sisi.
Potensi Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali sebagai penghasil Kain Tenun Rangrang kini makin tenggelam. Rangrang merupakan kain bebali berwarna-warni terang dengan inspirasi motif berasal dari keadaan geografis wilayahnya yaitu daerah pegunungan dan perbukitan. Menurut I Made Tanglad salah satu perajin Kain Tenun Rangrang asal Nusa Penida, tidak ada bukti tertulis yang berkaitan dengan sejarah keberadaan Kain Tenun Rangrang.
Ia juga menambahkan bahwa dahulu hanya terdapat 3 penenun Kain Tenun Rangrang. Seiring berlalunya waktu mereka mengajarkan teknik menenun tersebut ke beberapa sanak saudara mereka hingga akhirnya banyak masyarakat sekitar yang tertarik dan mulai belajar menenun. Kegiatan menenun selain untuk menunjang perekonomian juga untuk melestarikan kebudayaan tradisional.
Pada awalnya kain ini disebut kain cerik bolong, kemudian berkembang menjadi kain nyrangnyang yang memiliki arti bolong-bolong/tembus pandang. Seiring berjalannya waktu, kemudian pada akhirnya berkembang menjadi nama rangrang. Kain tenun motif Rangrang ini konon memiliki arti jarang-jarang atau berlubang. Maksudnya jarang-jarang adalah motif antara warna yang satu dengan yang lain berjauhan.
Sedangkan berlubang maksudnya adalah jumlah benang yang digunakan pun lebih sedikit sehingga terkesan lebih renggang atau bolong-bolong. Hingga sekarang terdapat berbagai macam jenis motif pada Kain Tenun Rangrang, antara lain: motif hias wajik, motif hias iled, motif hias bianglala, motif hias jalur, motif hias kotak-kotak, motif hias silang, dan motif hias sirang. Adapun tenun yang dihasilkan menggunakan dua jenis pewarnaan, yaitu pewarna alam dan pewarna sintetis.
Warna alam di antaranya dihasilkan dari: 1) babakan poh (kulit batang mangga) menghasilkan warna kuning, 2) babakan akar mengkudu menghasilkan warna merah, 3) babakan kayu santen menghasilkan warna abu-abu tua, 4) babakan juwet menghasilkan warna kecoklatan, dan 5) daun indigo menghasilkan warna hitam.
Kain Tenun Rangrang ini nyaris punah karena mulai sedikitnya penenun Kain Tenun Rangrang yang masih aktif. Beberapa upaya dilakukan untuk melestarikan Kain Tenun Rangrang ini misalnya dengan munculnya kelompok-kelompok yang mewadahi kerajinan tradisional. Tepatnya pada pertengahan tahun 2011, Kain Tenun Rangrang mulai ada geliat di pasaran, setelah beberapa kali melakukan upaya promosi dengan mengikuti pameran-pameran.
Kemudian sejak tahun 2011 kain tenun Rangrang mulai diproduksi dan dikembangkan kembali, dan sampai saat ini mengalami perkembangan pada motif-motifnya. Kain Tenun Rangrang ini sebenarnya pada zaman dahulu sangat disakralkan karena digunakan hanya pada saat upacara keagamaan seperti banten gebogan, busana tari gambuh, dan lain-lain. Namun seiring dengan berjalannya waktu, Kain Tenun Rangrang ini digunakan sebagai kebutuhan fashion dan lain-lainnya.
“Pada tahun 2013-2014 Kain Tenun Rangrang berada dalam puncak kejayaanya. Harga Perlembarnya bisa mencapai jutaan rupiah. Bahkan dahulu kita sampai kewalahan untuk memenuhi pesanan konsumen yang terus menerus datang. Dulu kain ini bisa sampai ke Luar Negeri mengikuti festival Kain Internasional juga. Akan tetapi mulai 2015 kain ini mulai sedikit peminatnya, karena kurangnya pemasaran dan mulai banyaknya jenis-jenis kain yang ada di pasaran,” terang Made Tanglad perajin Kain Tenun Rangrang asal Dusun Ampel, Desa Pejukutan, Nusa Penida saat dikonfirmasi lewat telepon, Sabtu (15/2).
Gairah Kain Rangrang kini terjun bebas tidak seperti sebelumnya yang sempat booming. Kemungkinan merosot disebabkan tren fashion berubah, jumlah perajin pun kian berkurang. Kondisi seperti ini perlu konsolidasi semua kalangan terutama yang bergelut di bidang Kain Rangrang baik itu perajin, pengepul maupun yang lainnya. Saya melihat para perajin di daerah Nusa Penida kebanyakan menganggur, alias tidak lagi melanjutkan aktivitasnya seperti biasa sebagai penenun lantaran harga Kain Tenun Rangrang menurun drastis, sedangkan harga benang tetap mahal. Disamping itu, jarang pemasok yang datang untuk membeli kainnya.
Dikatakan bahwa semenjak promosi baik online dan offline, konsumen kembali tertarik ingin membeli Kain Tenun Rangrang tersebut. Dengan kemajuan teknologi, saya berusaha mempromosikannya melalui medsos. Agar kain yang sempat vakum ini bisa eksis kembali sehingga semakin banyak masyarakat Bali mengenal dan memakai Kain Tenun Rangrang di setiap kesempatan. Selain itu, apabila memungkinkan harapan saya kepada Pemerintah agar mengeluarkan peraturan bagi pegawai di lingkungan Bali dapat mengenakan pakaian dari Kain Tenun Rangrang pada hari tertentu. Untuk mendapatkan selembar kain ataupun sekadar bertanya-tanya tentang Kain Tenun Rangrang, bisa hubungi saya di nomor whatsapp 087762205669 atau di facebook I Gede Arnawa Riana.
Comments 1