Puluhan Pemuda Suwung Kauh Denpasar Selatan kembali beraksi.
Pada akhir tahun kemarin, mereka kembali memasang Baliho bertuliskan Tolak Reklamasi Berkedok Revitalisasi Teluk Benoa dan Batalkan Perpres 51 Tahun 2014.
Pemasangan baliho berukuran 4 X 3 meter ini merupakan ke-13 kalinya mereka lakukan. Sebelumnya, spanduk mereka dirobek oleh orang yang tak bertanggung jawab.
Baliho yang baru hasil dari uang urunan pemuda Suwung Kauh ini dipasang di dua titik lokasi di Jalan By Pass Ngurah Rai, tepatnya di dekat Bendungan dan di Jalan Griya Anyar Suwung Kauh, Pemogan, Denpasar Selatan.
Kadek Bobby Susila selaku koordinator pemuda Suwung Kauh mengungkapkan bahwa baliho tersebut merupakan hadiah akhir Tahun. “Ini kado akhir tahun untuk penguasa dan pengusaha sekaligus sebagai bentuk konsisten kami untuk terus berjuang hingga Jokowi membatalkan Perpres 51 Tahun 2014,” tegasnya.
Disinggung mengenai perobekan Baliho sebelumnya, Bobby pun sangat menyayangkan tindakan anti demokrasi yang dilakukan oleh orang yang tak bertanggung jawab tersebut. “Tentu disayangkan yah, terlebih biasannya perobekan atau perusakan baliho dilakukan pada saat moment pejabat mau lewat, nah itu pasti Baliho kami rusak,” kesalnya.
Bahkan, lanjut Bobby menjelaskan, di tempat pemasangan Baliho kali ini paling sering dilakukan pengerusakan. “Udah berkali-kali tapi kami tidak gentar, bahkan ada juga di satu titik lokasi sampai tujuh kali dirobek,” herannya.
Desa Suwung Kauh merupakan daerah yang berdekatan dengan rencana reklamasi di Teluk Benoa. “Sebagai daerah terdampak langsung, tentu kami merasa terancam dengan rencana reklamasi tersebut, terlebih dari berbagai riset yang dilakukan, menyebutkan Suwung Kauh akan tenggelam jika reklamasi itu dilakukan,” terang Bobby.
Adi Widiadinata selaku pemuda Suwung Kauh pun mengungkapkan kekhawatiran sama. Adi mengatakan selaku generasi muda patut serta memperjuangkan daerahnya. “Ini kan rencana yang dipaksakan, lihat saja bagaimana proses dari awal yang penuh kebohongan, bagaimana kami bisa percaya jika ini akan berdampak baik bagi masyarakat,” terangnya.
Terlebih, lanjut Adi menjelaskan, kawasan Bali selatan sudah over kapasitas dari pembangunan. “Sudah banyak hotel berbintang di sini, jika ingin membangun Bali, bangunlah secara merata, kami tak butuh proyek reklamasi di teluk benoa seluas 700 ha” tegasnya.
Teluk Benoa juga merupakan wilayah tampungan air yang berasal dari lima daerah aliran sungai (DAS) besar di sekitarnya yakni DAS Badung, DAS Mati, DAS Tuban, DAS Sama dan DAS Bualu.
“Ini juga menjadi dasar kami untuk tegas menolak dari tiga tahun yang lalu, jika di urug maka akan mengancam daerah pesisir seperti kami” pungkasnnya. [b]