
Merayakan hari kasih sayang atau valentine, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di Bali bekerja sama dengan Rumah Sakit Kasih Ibu Denpasar mengadakan talk show kesehatan bertajuk “Valentine dengan Cinta yang Menyembuhkan: Menjaga Jantung dalam Setiap Detik”. Acara ini berlangsung di Fortunate Bistro pada Jumat, 14 Februari 2025.
Bincang-bincang diisi oleh Ni Wayan Lena Agustini, dokter spesialis jantung di Rumah Sakit Kasih Ibu. Sebelum acara bincang-bincang, peserta diberikan kesempatan untuk skrining kesehatan gratis, mulai dari cek tekanan darah, konsultasi kesehatan, cek kolesterol, hingga cek gula darah.
Jantung tidak pernah istirahat
Penyakit jantung menjadi salah satu penyakit paling mematikan dengan penyebab kematian kedua tertinggi di Indonesia. Dilansir dari Tempo.co, angka kematian akibat penyakit jantung sekitar 95.68 per 100.000 penduduk Indonesia.
Jantung merupakan organ yang sangat istimewa. Ukurannya hanya sekepal genggaman tangan orang dewasa, tetapi memiliki sistem kerja yang sangat utama dalam kehidupan manusia. “Dia adalah mesin utama yang memberikan suplai oksigen dan darah ke seluruh organ,” ungkap Lena dalam sesi diskusi.
Ketika jantung bermasalah, organ lain akan ikut terkena efeknya karena tidak ada yang mensuplai darah ke organ lain dalam tubuh. Jantung manusia tidak memiliki waktu istirahat, setiap detiknya terus berdetak.
Di antara penyakit-penyakit jantung, Lena menyebutkan bahwa penyakit jantung koroner dan gagal jantung merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia. Saat ini terjadi pergeseran paradigma di masyarakat. “Kalau dulu dipercaya atau dikenal bahwa ‘oh yang kena jantung biasanya yang sudah tua-tua’. Terus kalau dia ada hipertensi, jadi wajar dia kena jantung. Cuma sekarang paradigma itu bergeser. Saat ini banyak sekali usia-usia produktif 30 sampai 40 tahun sudah kena serangan jantung,” terang Lena.
Salah satu penyebab banyaknya usia produktif terkena penyakit jantung adalah kebiasaan merokok. Rokok memiliki efek yang sangat besar ke pembuluh darah. Bukan hanya rokok konvensional dari tembakau, rokok elektrik juga memiliki risiko yang sama. “Bukan berarti sekarang ada rokok baru model vape itu menurunkan risiko serangan jantung, sama aja risikonya,” ujar Lena.
Lena menambahkan saat ini lebih banyak penyakit jantung yang diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak terjaga, seperti aktivitas fisik yang berkurang. Selain itu, masyarakat juga memiliki ketakutan untuk melakukan skrining kesehatan lebih awal. Padahal ketika mengetahui lebih awal, manajemen yang diberikan untuk mengatasinya akan jauh lebih baik sebelum penyakit tersebut memberikan komplikasi.
Ada pula mitos yang menyebutkan obat penyakit jantung sangat banyak dan berpotensi memberikan pengaruh pada ginjal. “Justru ketika kita sudah mendiagnosis penyakit jantung, obat itu kan kita berikan atas indikasi. Ketika kita tidak diberikan treatment atau terapi, justru itu akan memberikan efek ke ginjal jauh lebih awal atau lebih cepat,” ungkap Lena.
Faktor risiko penyakit jantung
Pencegahan penyakit jantung dapat dimulai dari diri sendiri. Ada dua kelompok utama faktor risiko penyakit jantung. Kelompok pertama adalah faktor yang tidak bisa dimodifikasi, yaitu usia, gender, dan riwayat keluarga. Laki-laki dengan usia di atas 40 tahun memiliki risiko dua kali lipat terkena penyakit jantung koroner.
Sementara itu, perempuan berisiko lebih rendah. Sebelum menopause, perempuan memiliki hormon estrogen yang dapat melindungi dari penyakit jantung koroner atau serangan jantung. Hormon ini dapat menjaga elastisitas pembuluh darah. Namun, saat mencapai menopause, risikonya akan naik sampai sama dengan laki-laki.
Pada orang yang memiliki riwayat keluarga penyakit jantung koroner, risikonya akan diturunkan ke keturunan pertamanya. “Misalnya ayah ibunya punya riwayat penyakit jantung koroner, anak-anaknya juga akan kena risikonya,” ungkap Lena. Tingkat risiko akan lebih rendah jika yang terkena penyakit jantung adalah kakek, nenek, paman, atau bibi.
Kelompok kedua adalah faktor yang bisa dimodifikasi atau yang dapat dikendalikan, yaitu hipertensi, diabetes, kolesterol, obesitas, rokok, dan stres. Penanganan pasien penyakit jantung biasanya berkolaborasi dengan spesialis kejiwaan karena kondisi psikososial atau psikis pasien sangat penting.
Ketika masuk dalam kelompok yang memiliki risiko, ada baiknya medical check-up atau skrining dilakukan jauh lebih awal sebelum ada keluhan. “Karena biasanya pada pasien dengan penyakit jantung kalau sudah ada keluhan, dia penyakitnya sudah berjalan jauh sampai ke pembuluh darah atau bahkan sudah ada komplikasi,” terang Lena.
Deteksi gejala penyakit jantung
Keluhan pasien penyakit jantung biasanya ada tiga, yaitu nyeri dada, sesak napas, dan berdebar. Nyeri dada untuk jantung memiliki ciri khas. Pada penyakit jantung koroner atau gejala awal serangan jantung, nyeri dada yang dialami seperti tertindih benda berat, seperti ditekan atau diremas di dada tengah atau dada kiri disertai penjalaran ke leher, pinggang, bahkan mengalami keringat dingin dan mual atau muntah.
Pada perempuan, nyeri pada area payudara terkadang tidak spesifik berhubungan dengan jantung. Begitu pula dengan rasa panas di dada karena bisa saja rasa panas itu dibawa oleh refluks dari asam lambung ke dada.
Sementara itu, sesak napas merupakan gejala awal dari gagal jantung atau penurunan fungsi pompa jantung. “Pasien itu kalau naik tangga dikit aja udah ngos-ngosan banget, udah berdebar sekali. Jadi udah cepat sering lelah, padahal aktivitas itu ringan,” ungkap Lena.
Pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan adalah rekam jantung atau elektrokardiogram (EKG). Melalui rekam jantung dapat dilihat adanya perubahan gelombang jantung yang bisa memprediksi penyakit jantung koroner. Ada pula treadmill stress test untuk melihat kerja jantung. “Jadi treadmill itu pasiennya diajak lari dengan alat treadmill sampai mencapai peak exercise berdasarkan usia. Nanti kita lihat ada perubahan gelombang atau nggak,” terang Lena.
Selain itu, juga ada Coronary Calcium Score, salah satu skrining sederhana yang digunakan untuk mendeteksi plak di dinding pembuluh darah. Namun, tes ini tidak dapat mendeteksi persentase penyumbatan. Penyumbatan dapat dideteksi dengan CCTA atau CT Angiogram. Jika terdapat penyumbatan lebih dari 50%, akan dilakukan tindakan kateterisasi atau pemasangan ring.
Upaya preventif dengan pola hidup sehat

Menjaga kesehatan jantung harus dilakukan sedini mungkin mulai dari memperbanyak aktivitas fisik dengan intensitas ringan. Misalnya, aktivitas jalan kaki 30 menit sebanyak dua atau tiga kali seminggu. Pekerja kantoran yang kebanyakan duduk bisa sekali-kali berjalan beberapa langkah mengelilingi kantor untuk menjaga aliran darah. Bisa juga melakukan aktivitas intensitas sedang hingga berat, seperti membersihkan rumah, berkebun, bersepeda, hingga jogging
Pola makan bisa dijaga dengan mediterranean diet, yaitu lebih banyak mengonsumsi buah dan sayur, makanan rendah garam, makanan rendah lemak, serta makanan yang direbus. Selain itu, psikososial dan psikis juga harus dijaga. “Ada salah satu penyakit jantung namanya stres induksi kardiomiopati, di mana dia gagal jantung yang terjadi akibat stres akut yang berat sekali pada pasien. Itu langsung menyerang ke otot jantung,” terang Lena.
Lena juga memperingatkan untuk menghentikan kebiasaan merokok, bukan mengurangi rokok. Adapun upaya preventif terbaru, yaitu mengurangi konsumsi alkohol karena alkohol sudah masuk ke salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner. Konsumsi alkohol yang diperbolehkan hanya 100 gram per minggu.
Apabila Anda mengalami gejala penyakit jantung, segera periksakan diri di puskesmas atau rumah sakit terdekat. Begitu pula jika keluarga Anda memiliki riwayat penyakit jantung, periksa sejak awal dan mulai tumbuhkan pola hidup sehat.