• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Saturday, November 8, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Opini

Jangan Terlalu Serius Beragama

I Nyoman Winata by I Nyoman Winata
12 June 2008
in Opini
0 0
0

Oleh I Nyoman Winata

Beragama yang taat sangatlah dianjurkan. Tetapi ada pula anjuran; Jangan Terlalu Serius Beragama!! Terlalu serius beragama lebih banyak menyimpan akibat yang tidak selalu bermanfaat. Orang yang terlalu serius beragama lebih sering terjebak pada kehilangan akal sehat bahkan hati nuraninya. Rasa kemanusiaan pun rentan terpupus habis dihati mereka yang terlalu serius beragama dan takut secara berlebihan terhadap Tuhannya.

Sejarah dunia sudah mencatat apa akibatnya ketika umat manusia terlalu serius beragama. Ratusan ribu bahkan mungin puluhan juta nyawa manusia melayang akibat orang terlalu serius beragama dan merasa begitu takut dengan Tuhan. Perang Salib adalah sejarah besar tentang perang atas nama agama yang dicetuskan oleh manusia-manusia yang menganggap agama adalah segala-galanya.

Hingga kinipun masih banyak nyawa manusia yang harus meregang karena kuatnya paham-paham keagamaan. Memang semua perang atas nama agama ini tidak sepenuhnya demi agama, karena toh kepentingan kekuasaan dan politik sangat kental terasa didalamnya.

Apa yang kita saksikan beberapa waktu belakangan di Indonesia adalah akibat jika beragama itu dianggap segala-galanya. Kekerasan justru menyeruak deras dan pelakunya bertindak sambil menganggungkan nama Tuhan!! Di mana hati nurani dan rasa kemanusiaan mereka? Wajah kebencian kepada sekelompok orang yang memiliki keyakinan berbeda ditebar seakan-akan kebenaran adalah miliknya seorang bersama kelompoknya. Kalau sudah begini, rasanya pilihan untuk tidak beragama akan jauh lebih bijak. Buat apa beragama jika karena agama itu kita merasa lebih dianjurkan dan direstui melakukan kekerasan.

Negara-negara yang sudah berusia ratusan tahun di belahan eropa, nampaknya bisa belajar dengan baik dari pengalaman mereka di masa lalu. Ketika agama mereka jadikan dasar negara, hanya kekerasan dan perang yang mereka tuai. Kini agama di negeri-negeri itu tidak lagi dijadikan yang utama dan ternyata kita bisa melihat banyak kemajuan yang mereka raih. Hidup dengan lebih sejahtera dengan teknologi yang maju pesat jauh lebih baik dari negeri kita Indonesia. Dunia juga memberi kita realitas bahwa tidak satupun negara yang sejahteraa saat ini, menggunakan agama sebagai acuan utama atau dasar negara. Justru negara yang menganggungkan agama, berada pada pertikaian tiada akhir.

Tetapi tidak berarti kemudian agama harus ditinggalkan. Agama tetap penting untuk kedalam diri kita sendiri. Agama penting agar kita bisa lebih mendengar suara hati kita. Agama penting agar kita punya tuntunan untuk tidak menyakiti sesama manusia atas nama apapun. Agama penting agar kita punya rasa hormat dan terima kasih pada Tuhan.

Dan jika ada yang bertanya pada saya, apa agamamu? Saya akan menjawabnya “Agama saya adalah agama yang mengajarkan Cinta” [b]

Liputan Mendalam BaleBengong.ID
I Nyoman Winata

I Nyoman Winata

I Nyoman Winata lahir dan besar Denpasar tahun 1975. Pernah kuliah di Fakultas Ekonomi Unud sampai wisuda. Di tahun 2013 lulus kuliah di Magister Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro dengan predikat cumlaude. Bekerja di sebuah Media massa yang berkantor pusat di Bali. Dari akhir tahun 2004 lalu bekerja di Semarang Jawa Tengah. Tidak punya hobi pasti, dulu suka olahraga, sekarang tidak pernah jelas. Rumah di depan Terminal Ubung persis, disebelah rumah makan padang "Minang Ubung".

Related Posts

Warisan Pasca Kolonialisme dalam Film Roots

Warisan Pasca Kolonialisme dalam Film Roots

7 November 2025
Ini Cerita Arsa, Remaja Rasa Anak-anak

Pengalaman Orang Tua dengan Anak Neurodiversitas

6 November 2025
BaleBio, Prototipe Arsitektur Regeneratif

BaleBio, Prototipe Arsitektur Regeneratif

6 November 2025
Pelatihan Olah Limbah Bambu di Bamboo Academy

Pelatihan Olah Limbah Bambu di Bamboo Academy

5 November 2025
[Matan Ai] Bali dan Pembusukan Pembangunan

In memoriam Timothy: Bunga yang Dirontokkan di Bumi

5 November 2025

Menikmati Puisi dan Los Buku di UWRF 2025

4 November 2025
Next Post

Melali ke Pusat Konservasi Penyu di Serangan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Warisan Pasca Kolonialisme dalam Film Roots

Warisan Pasca Kolonialisme dalam Film Roots

7 November 2025
Ini Cerita Arsa, Remaja Rasa Anak-anak

Pengalaman Orang Tua dengan Anak Neurodiversitas

6 November 2025
BaleBio, Prototipe Arsitektur Regeneratif

BaleBio, Prototipe Arsitektur Regeneratif

6 November 2025
Pelatihan Olah Limbah Bambu di Bamboo Academy

Pelatihan Olah Limbah Bambu di Bamboo Academy

5 November 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia