Teks dan Foto oleh Luh De Suriyani
Agus, pria muda 22 tahun ini tersenyum senang. Ia mengusap wajahnya yang berkeringat usai ngamen, berkeliling menyanyi sambil memetik gitar bersama beberapa temannya di Lapangan Puputan Renon Denpasar, Minggu (24/10). Hasil penggalian dana untuk anaknya, Putu Andra, 19 bulan, hari itu berjumlah Rp 4.440.000 rupiah.
“Wah, semoga jumlah yang unik ini membawa mujizat untuk anak saya,” katanya pelan. Istrinya, Nova, katanya sedang sedang melamar pekerjaan. Keduanya baru lulus dari Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Beberapa personil band Indie berkumpul di lapangan saat car free day, hari Minggu bergerimis itu. Misalnya band Rocking Chairs menyanyikan lagu khusus untuk Andra. Sebuah kotak sumbangan dari kardus diletakkan di tengah keramaian warga yang berolahraga.
Sudah sebulan ini, Agus ngamen bersama teman-teman kuliahnya untuk menambah biaya perawatan Andra yang divonis kanker kelenjar getah bening. Agus, anak band ini merasa tak sendiri karena belasan temannya di komunitas band kampus dan puluhan orang lainnya menyemangati ayah muda ini.
Ia dan temannya membuat blog, www.iambali.com untuk menggalang bantuan untuk Andra. Dari blog, sejumlah orang lain membuatkan group serupa di jejaring social facebook dan twitter. Sebagian besar dukungan datang dari anak muda yang bersimpati dengan kisah Agus dan Nova, untuk memburu kesehatan bagi Andra, putra semata wayang mereka.
Putu Bagus Aditya Maestra Devandra , nama lengkap Andra pada Minggu itu terlentang dengan selang infus di tangan kirinya di RS Wangaya, Denpasar. Baru saja, Andra dipaksa menelan makanan cair berupa jus sirsak dan anggur. Jus berwarna ungu itu dimasukkan ke mulut Andra dengan bantuan dua orang, nenek dan bibi-nya.
“Saya dan suami sudah kehilangan akal karena dokter disini juga menyerah. Saya sudah lelah. Untung orangtuanya Andra yang masih semangat,” kata sang nenek.
Jus sirsak-anggur itu adalah ramuan yang didapat Agus dari internet sebagai penambah nafsu makan. Pemenuhan nutrisi adalah tantangan untuk orangtuanya , sembari menunggu rencana keberangkatan Andra ke Beijing, China pada November ini.
Menurut Agus, anaknya saat ini dirawat untuk meningkatkan nutrisi ke tubuh. Andra mengalami gangguan pencernaan karena kaker sudah menjalar ke ginjal dan organ lainnya. Berat badannya hanya 9 kilogram.
Andra lahir saat Hari Raya Nyepi, 26 Maret 2009 melalui operasi caecar dengan keadaan sehat. Hingga bisa berdiri dan menyanyi pun Andra terlihat sehat walfaiat. Walau ada sesuatu yang merisaukan. “Sejak usia 6 bulan, buah pelirnya seperti membesar. Dokter mengatakan hidrokel, ada cairan yang akan hilang sendiri atau menunggu usia 2 tahun untuk operasi.
Pada usia 14 bulan, Agus tak kuasa melihat penderitaan anaknya. Buah pelirnya sudah sebesar telur ayam hingga lutut. Andra lalu masuk kamar operasi untuk menyedot cairan dalam buah pelirnya.
Tapi, ketika sudah masuk ruang operasi, dokter bedah mengatakan benjolan yang sebelumnya dinyatakan cairan ternyata sebuah tumor yang sudah membesar. Akhirnya tumor itu diangkat berikut buah pelir kiri anak saya. Dokter mengatakan operasi bersih dan tumor sudah terangkat semua.
Menindaklanjuti operasi tersebut Andra melakukan CT scan. “Pukulan yang jauh lebih berat ini harus kami terima lagi. Anak kami sudah menderita kanker ganas dengan metastase ke paru, ginjal dan getah bening,” ujar Agus. Menurut dokter kemoterapi adalah jalan terakhir. “Begitu banyak air mata yang mengalir melihat kondisi anak kami yang makin memburuk. Tapi menurut saya kemoterapi bukan jalan terbaik karena itu seperti mencari teroris dengan ngebom seluruh penduduk,” Ia beranalogi soal dampak buruk kemo.
Agus lalu memulai petualangan di Jakarta mencari rumah sakit khusus kanker yang bisa membantu dengan cara yang menurutnya lebih baik. Diawali informasi lewat internet dan temannya. Sejumlah tempat dan rumah sakit dikunjungi namun nihil. Hingga seorang temannya di China mengabari soal sebuah rumah sakit khusus kanker, Modern Hospital of Guangzhou, yang bisa mengobati kanker kelenjar getah bening.
Informasi kesehatan dari praktisi dokter dan rumah sakit di Bali dan Jakarta menurut Agus tak cukup. Hingga Ia bertekad ke China. Dari hasil penelusuran dan referensinya, rumah sakit Modern itu jauh lebih murah dari fasilitas kesehatan di Indonesia, dan juga lebih baik dari segi teknologi. “Saya heran kok bisa dengan teknologi lebih maju, biayanya jauh lebih murah dibanding di sini,” ujarnya.
Charity fund untuk Andra sedianya terus berlanjut hingga 23 Oktober ini. Sebuah judul, Cinta utuk Andra juga telah disiapkan. Beberapa mahasiswa menuliskan rencana ini di twitternya. Dana tambahan ini akan digunakan untuk perjalanan ke China. Agus bahkan menceritakan rencana ini dengan berbinar.
Perjalanan panjang ke China mencari cahaya terang pupus. Andra meninggal, sesaat setelah tiba di UGD RS Sanglah, Selasa (26/10) siang. Setelah dirujuk dari RS Wangaya, tempat lima hari terakhir Ia berjuang. Ini terlalu cepat untuk orang tua dan relawan-relawan muda pendukungnya. Namun, kisah dan perjuangan Andra akan berusia panjang, bahkan abadi.
sedih sekali membaca cerita ini. Turut berduka sedalam-dalamnya untuk kepergian Putu Andra. Semoga keluarga yang ditinggalkan dikaruniai ketabahan
Sedih juga ya, baca ceritanya selama ini di Media. Yah, semua sudah berlalu. Minimal perjuangan kedua orang tua Andra, mampu menginspirasi ribuan bahkan jutaan calon orang tua muda lainnya…
turut berduka untuk adik Andra, saya salut atas perjuangan kedua orang tuanya, keluarga dan semua orang yang menyayanginya..
semoga ini jalan terbaik dari Tuhan untuk Andra, semoga keluarga yang ditinggalkan tetap tabah dan ikhlas melepas kepergian Andra.
selamat jalan ya dek..selamat sampai tujuan di alam Svah yang indah.. mrityor ma amrtam gamaya
Sepertinya pemerintah untuk lebih serius untuk belajar tentang kesehatan bukan sekedar jalan ke luar negeri dan bagi-bagi kekuasaan