• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Friday, June 13, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup Agenda

Pameran Merayakan Hari Kartini dan Perempuan Internasional

Redaksi BaleBengong by Redaksi BaleBengong
21 April 2018
in Agenda, Sekilas Info
0 0
0
Karya Mia Syarief.

Perempuan menjadi subjek dalam pameran ini.

Sebanyak 50 perempuan perupa yang tergabung dalam Komunitas 22 Ibu akan menggelar pameran bersama di Bentara Budaya Bali (BBB), pada 21 April – 30 April 2018. Merujuk tajuk “Sang Subjek”, pameran kali ini untuk memaknai dua penanggalan penting yaitu Hari Perempuan Internasional, 8 Maret, dan Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April.

Bertempat di Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No. 88A, bypass Ketewel, Sukawati, Gianyar, Komunitas 22 Ibu memamerkan sejumlah 50 karya seni rupa beragam medium serta 1 karya instalasi kolaborasi. Sebagai kurator yakni Hardiman.

Hardiman, kurator yang juga akademisi di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, mengungkapkan bahwa perempuan perupa Komunitas 22 Ibu ini adalah subjek seni rupa. Dalam pengantarnya, Hardiman menyebut mereka menentukan konsep, genre, tema, gaya, media, hingga hal-hal kecil lain yang menyangkut kekaryaan.

Penentuan ini adalah salah satu sikap yang memperlihatkan posisi perempuan Komunitas 22 Ibu ini sebagai Sang Subjek. Bukan sekadar memiliki kesamaan atau kesetaraan dengan subyek-subyek lain, tetapi juga sanggup menyusun konstruksi subyektivitas yang menjadikan dirinya memiliki kepribadian atau menjadi diri sendiri.

Menurut Hardiman ada dua hal pokok yang bisa dibincangkan dari pameran ini. Pertama, unsur visual yang direpresentasikan oleh Komunitas 22 Ibu tentang Sang Subjek. Kedua, unsur gagasan yang tersembunyi di balik visual yang mereka hadirkan, atau pergulatan makna tentang tematik pameran ini.

Komunitas 22 Ibu merupakan komunitas para ibu lintas institusi, yang mewadahi kesamaan berkarya seni, pameran, penulisan buku tentang seni rupa, workshop, wisata kuliner, gathering, dan lain-lain. Anggota komunitas ini berasal dari pendidik seni rupa dari berbagai wilayah di Indonesia, pengusaha, desainer, juga seniman.

Hardiman juga menyampaikan bahwa Komunitas 22 Ibu adalah perempuan perupa yang secara terbuka memperlihatkan potensi dan kesungguhannya dalam menjalani profesi kesenirupaan. Kehadiran mereka dibuktikan dengan menyelenggarakan pameran kelompok secara tetap di berbagai tempat di dalam dan luar negeri. Mereka juga telah mendapat pengakuan dari sejumlah kritikus, pengamat, kurator, dan jurnalis.

Pameran “Sang Subjek” akan dibuka secara resmi pada Sabtu, 21 April 2018, pukul 18.30 WITA. Sejumlah rangkaian acarapun diagendakan guna memaknai pembukaan eksibisi kali ini, antara lain performance art oleh Made Sidia dan Prof. Endang Caturwati, bertajuk Tari Sri Puspa Agung.

Tarian ini menggambarkan kelembutan dan kewibawaan wanita yang yang penuh dengan dinamika kehidupan, seperti suka duka dalam menjalankan swadarmanya. Tarian ini diciptakan oleh I Made Sidia dan akan dibawakan oleh enam penari putri membawa canang Rebong. Selain itu tampil pula pembacaan puisi oleh penyair Wayan Jengki Sunarta.

Pada Minggu, 22 April 2018, digelar pula workshop batik dan timbang pandang, mulai pukul 16.00 WITA. Uniknya, Komunitas 22 Ibu ini akan memperkenalkan material untuk melukis batik yang ramah lingkungan, yaitu dengan lilin dingin yang bersumber dari material bubuk asam Jawa yang dicampur dengan sejenis lemak nabati.

Karena sifatnya yang ramah lingkungan, material inipun aman digunakan oleh anak-anak. Untuk pelaksanaan kegiatan ini disediakan 50 spanram berukuran 30 x 30 cm, beserta lengkap dengan materialnya yang dapat diikuti oleh masyarakat umum secara gratis.

Adapun para perupa yang terlibat dalam pameran kali ini antara lain: Ariesa Pandanwangi, Arleti Mochtar Apin, Arti Sugiarti, Ayoeningsih Dyah Woelandhary, Bayyinah Nurrul Haq, Belinda Sukapura Dewi, Cama Juli Ria, Didit Atridia, Dina Lestari, Dini Birdieni, Dyah Limaningsih Wariyanti, Endah Purnamasari, Endang Caturwati, Eneng Nani Suryati, Erni Suryani, Ety Sukaetini, Gilang Cempaka, Ika Kurnia Mulyati, Lisa Setiawati, Luki Lutvia, Meyhawati Yuyu Julaeha Rasep, Nia Kurniasih, Nida Nabilah, Niken Apriani, Nina Irnawati, Nina Fajariah, Nita Dewi Sukmawati, Nenny Nurbayani, Nuning Damayanti, Nurul Primayanti, Ratih Mahardika, Rina Mariana, Risca Nogalesa, Shitra Noor Handewi “Evie Sapiie”, Siti Sartika, Siti Wardiyah, Sri Nuraeni, Sri Rahayu Saptawati, Sri Sulastri, Talitha Y, Tjutju Widjaja, Ulfa Septiana, Vidya Kharishma, Wanda Listiani, Wida Widya Kusumah, Wien K Meilina, Yetti Nurhayati, Yunita Fitra Andriana, Yustine, dr. Zaenab Ahmad Shahab.

Sebelumnya, Komunitas 22 Ibu telah menggelar pameran bersama “Portis Tertia Mundi” di Galeri Seni Popo Iskandar, Bandung (2015), “Pandora” di Bentara Budaya Jakarta (2016), “The Power of Silence” di Equilibrium Art Gallery (2017), Galeri Nasional Indonesia-Jakarta (2017) dll.

Karya Risca Nogalesa Pratiwi

Sang Subjek

Bukan kali ini saja BBB menghadirkan tema Perempuan, baik sebagai Ibu maupun pribadi tersendiri, berikut problematik yang dihadapi. Sosok dan tematik Perempuan ini mengemuka dalam sejumlah film di program Sinema Bentara, tak ketinggalan juga kajian tersendiri melalui program Bali Tempo Doeloe juga pameran khusus terkait tinggalan arkeologis dan jejak historis yang menggambarkan fase penting peran perempuan sebagai pemimpin, antara lain figur sejarah Mahendradatta dan Raja Udayana dari Wangsa Warmadewa. Pada program Dialog Sastra tak jarang dikritisi perihal budaya patriarki yang digugat sastrawan melalui novel, cerpen, maupun puisi.

Pun para perupa, baik perempuan atau laki-laki, yang mengeksplorasi sosok Perempuan sebagai ilham penciptaan. Demikian pula pada seni pertunjukan, sejumlah penari dan penampil teater mencoba merefleksikan sosok Ibu dalam panggung mereka.

Masyarakat Bali sendiri mengenal sosok Ibu yang termanifestasikan dalam berbagai rupa dan peran. Sebagai Dewi yang baik hati, maupun sosok-sosok luhur lainnya, dengan kepribadiannya yang penuh welas asih. Sosok Ibu nan agung tersebut dapat ditemui pada cerita-cerita setempat, kisah religi maupun wiracerita pewayangan.

Nia Kurniasih (Mia Syarief), selaku ketua pelaksana pameran dari Komunitas 22 Ibu, menyampaikan bahwa tema Sang Subjek, sesuai dengan kepribadian komunitas ini. “Walaupun memiliki latar belakang pendidikan, sosial dan ekonomi yang berbeda, namun satu sama lain mampu mewujudkan karakternya sebagai dirinya dalam menyampaikan keteladan, kepeloporan, atau apapun hal yang positif. Semoga kerjasama yang baik ini dapat terus berlanjut di masa yang akan datang,“ ujarnya.

Kekuatan karakter para ibu ini juga dipertegas oleh Hardiman. “Menariknya dari komunitas ibu-ibu ini adalah, sekalipun mereka menyebut diri sebagai “ibu”, yang jelas-jelas berkonotasi domestik, pameran mereka justru dilakukan di galeri-galeri yang sangat publik, termasuk di Bentara Budaya Bali ini. Ini adalah semacam gugatan yang dibungkus halus oleh ibu-ibu ini. Ini adalah perihal ‘apa yang tampil’ dari ibu-ibu, “ pungkasnya. [b]

Tags: AgendaBentara Budaya BaliPerempuanSeni
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Redaksi BaleBengong

Redaksi BaleBengong

Menerima semua informasi tentang Bali. Teks, foto, video, atau apa saja yang bisa dibagi kepada warga. Untuk berkirim informasi silakan email ke kabar@balebengong.id

Related Posts

Kesetaraan Perempuan Bali ala Banjar Kekeran

Menjadi Perempuan Versiku

8 May 2025
Melestarikan Tapel Ngandong, Kesenian Unik dari Desa Les Lewat Akses Digital

Kesenian yang Terancam Hilang di Desa Wisata Les

3 January 2025
Praktik Keadilan Restoratif belum Berperspektif Korban Kekerasan di Bali

Praktik Keadilan Restoratif belum Berperspektif Korban Kekerasan di Bali

18 June 2024
Sang Gunung Menyerahkan Jejaknya ke Laut, Alternatif Pengarsipan Sejarah

Sang Gunung Menyerahkan Jejaknya ke Laut, Alternatif Pengarsipan Sejarah

22 August 2023
Ini Kisahmu: Ni Pollok Gadis Bali

Ini Kisahmu: Ni Pollok Gadis Bali

14 July 2023
Peran dan Kedudukan Perempuan Berdasarkan Prasasti Masa Bali Kuno

Peran dan Kedudukan Perempuan Berdasarkan Prasasti Masa Bali Kuno

26 August 2022
Next Post
Surat Terbuka kepada Panwas Kota Denpasar

Surat Terbuka kepada Panwas Kota Denpasar

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Menimbang Program Ecobrick di Sekolah Jembrana

Menimbang Program Ecobrick di Sekolah Jembrana

13 June 2025
Budaya Ngayah Makin Langah

Budaya Ngayah Makin Langah

13 June 2025
Temu Teknologi di Serangan

Temu Teknologi di Serangan

12 June 2025
Gumi Serombotan: Industri Kain Tradisional Melaju, Anak Mudanya Berlayar

Gumi Serombotan: Industri Kain Tradisional Melaju, Anak Mudanya Berlayar

12 June 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia