• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Saturday, May 24, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Gunakan Bahasa Lokal agar Internet Makin Demokratis

Edy Can by Edy Can
15 December 2021
in Kabar Baru, Opini
0 0
0
Suasana pertemuan Internet Governance Forum (IGF) 2021 di Katowice, Polandia. Foto Edy Can.

Ketiadaan bahasa lokal akan memperparah kesenjangan arus informasi di internet.

Pekan lalu, saya menghadiri Internet Governance Forum (IGF) 2021 di Katowice, Polandia. Forum yang sama pernah digelar di Bali pada 2013 lalu. Salah satu hal yang membuat terkesima dalam forum itu adalah presentasi dari Alana Manchineri, seorang aktivis perempuan yang tinggal di pendalaman Amazon, Brasil.

Dengan koneksi internet yang tersendat-sendat dan sempat putus, Alana menerangkan masalah kesenjangan dan akses terhadap internet bukan semata-mata datang dari persoalan infrastruktur. Salah satu persoalan utama, menurut Alana yang aktif mempromosikan hak-hak masyarakat adat di kawasan Amazon, adalah bahasa.

Alasan Alana cukup masuk akal. Bahasa yang dipakai di internet pada saat ini hanya secuil dari keseluruhan jumlah bahasa di dunia yang diperkirakan mencapai 8.000 bahasa. Bahasa yang mendominasi adalah bahasa Inggris. Berdasarkan data internetworldstats, penetrasi bahasa Inggris terhadap jumlah populasi dunia mencapai 77,5%. Sementara porsi orang yang menggunakan internet dengan bahasa Inggris jauh lebih kecil yakni hanya sebesar 25,9% dari populasi dunia.

Artinya, bahasa Inggris mendominasi dunia maya. Padahal, masih banyak orang di dunia ini yang tidak menggunakan bahasa Inggris.

Kurangnya keanekaragaman bahasa yang dipergunakan dalam internet tentu saja berimbas bagi sebagian orang terutama bagi komunitas lokal atau masyarakat adat. Dengan memakai bahasa berbeda, penggunaan dan pemahaman masyarakat adat dan komunitas lokal terhadap kemajuan teknologi ini bisa menjadi tidak optimal. Ini bisa berdampak serius.

Kesenjangan akses internet akan semakin besar antara orang yang bahasanya telah digunakan dalam internet dengan warga lokal atau masyarakat adat. Sulit rasanya menggunakan internet kalau bahasa yang dipergunakan dalam dunia maya hanya diwakili oleh sekitar 130 bahasa. Padahal, di dunia ini banyak sekali keanekaragaman bahasa.

Ketiadaan bahasa lokal juga memperparah kesenjangan arus informasi. Kesenjangan ini semakin lebar di saat pandemi COVID-19 di mana kebutuhan terhadap internet semakin besar. Orang-orang akan memperoleh dengan informasi dengan mudah bagi yang bisa memahami bahasa-bahasa yang dipergunakan di dunia maya. Hal ini berbeda bagi komunitas lokal atau masyarakat adat yang kesulitan memahami bahasa-bahasa yang telah dipergunakan saat ini di dunia maya.

Sebagian orang bisa saja terjebak karena tidak mendapatkan pemahaman yang cukup terhadap suatu informasi. Ini kemudian bisa menimbulkan dan menyebabkan misinformasi dan disinformasi dalam bentuk hoaks dan fakenews.

Sangat Jauh

Sebagian orang mungkin berpendapat, bukankah Google sudah menyiapkan fitur translasi? Fitur translasi Google hanya mencakup 130 bahasa di dunia. Jumlah ini sangat-sangat jauh dari jumlah bahasa di dunia. Lagipula, fitur translasi Google ini terkadang tak bisa menjangkau konteks dan kekayaan makna dari bahasa daerah tersebut.

Konsekuensi lainnya adalah internet akan menjadi katalisator bagi kematian bahasa-bahasa lokal. Dengan dominasi bahasa-bahasa tadi, masyarakat lokal kemudian terpicu meninggalkan bahasa asli mereka dan beralih mempelajari bahasa Inggris misalnya untuk memahami informasi yang disediakan di internet.

Sudah banyak penelitian bagaimana pengguna internet multilingual kemudian meninggalkan bahasa asli mereka. Jaringan Bahasa Global di Massachusetts Institute of Technology mengungkapkan bahwa jumlah pengguna bahasa Melayu, Portugis dan Spanyol semakin tinggi mencuit dalam bahasa Inggris di platform Twitter. Begitu pun dengan tren pengguna Wikipedia yang semakin beralih ke bahasa Inggris.

Dus, diversifikasi penggunaan bahasa internet pada saat ini mutlak perlu dilakukan apalagi buat Indonesia yang mempunyai kekayaan ragam budaya dan bahasa. Konten-konten dengan bahasa lokal membantu meningkatkan konektivitas dan akses terhadap internet. Dia bisa menjadi saluran komunikasi dengan dunia luar dan membantu keterikatan warga atau masyarakat lokal.

Lebih jauh lagi, penggunaan bahasa lokal bisa secara tidak langsung menciptakan iklim yang demokratis.

Memperbanyak konten dengan bahasa lokal di dunia online juga akan membantu menjaga kelestariannya. Jangan sampai internet menyebabkan kekayaan, keunikan dan keanekaragaman bahasa-bahasa daerah ini menjadi hilang. Masyarakat Indonesia yang lebih banyak menggunakan tradisi berbahasa lisan ketimbang tertulis bisa menjadikan internet sebagai sarana untuk melestarikannya. [b]

Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Edy Can

Edy Can

Jurnalis di Jakarta. Pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.

Related Posts

Rumah Singgah Harmoni, Program Jembrana untuk Warganya yang Sakit di Denpasar

Rumah Singgah Harmoni, Program Jembrana untuk Warganya yang Sakit di Denpasar

24 May 2025

Benarkah Gelombang PHK Tak Menyentuh Media Massa Bali?

23 May 2025
Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap

Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap

23 May 2025
Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

22 May 2025
Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

21 May 2025
Menghidupkan Jaje Sengait, Melestarikan Pohon Aren Pedawa

Menghidupkan Jaje Sengait, Melestarikan Pohon Aren Pedawa

21 May 2025
Next Post
ArchaeoFest 2021, Pembuktian Arkeologi Tak Ketinggalan Zaman

ArchaeoFest 2021, Pembuktian Arkeologi Tak Ketinggalan Zaman

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Rumah Singgah Harmoni, Program Jembrana untuk Warganya yang Sakit di Denpasar

Rumah Singgah Harmoni, Program Jembrana untuk Warganya yang Sakit di Denpasar

24 May 2025

Benarkah Gelombang PHK Tak Menyentuh Media Massa Bali?

23 May 2025
Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap

Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap

23 May 2025
Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

22 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia