• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Tuesday, July 8, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Godaan Agamawan, Membela Umat atau Modal?

Made Supriatma by Made Supriatma
26 October 2015
in Kabar Baru, Opini
0 0
0

Aksi Tolak Reklamasi Teluk Benoa

Para politisi pintar sekali memanipulasi.

Salah satu cara manipulasi paling gampang adalah dengan membikin batasan ‘ini lho kita’ dan ‘kita ini bukan mereka.’ Sesudah membikin batasan itu, mereka akan akan membikin pemisahan.

Setelah ada pemisahan, akan dibakarlah kebencian dengan ‘mereka’ itu.

Para politisi ini entah dalam wujud sebagai agamawan, dosen, peneliti, budayawan, ataupun lainnya.

Perhatikanlah statemen tentang reklamasi Teluk Benoa ini. Ia datang dari mulut seorang “agamawan” yang mewakili sebuah organisasi agama.

Kalau Saudara tekun memperhatikan kasus ini, Saudara akan tahu alangkah persisnya argumen yang disampaikan oleh agamawan ini dengan argumen dari pihak pengusaha Tommy Winata lewat PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI).

Mereka ingin menimbun Teluk Benoa dengan alasan ‘Bali harus memiliki daya saing pariwisata.’ Mereka yang anti-reklamasi itu adalah ‘antek asing’ karena asing takut disaingi.

“Kemungkinan adanya penolakan terhadap revitalisasi Teluk Benoa ini datangnya dari luar negeri, meraka takut disaingi, terutama Singapura dan Malaysia. Mereka ingin revitalisasi di Teluk Benoa batal, biar tidak ada saingan. Saya lihat nampaknya seperti itu,” kata I Ketut Wiana, Ketua Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat.

Bali harus menyaingi Singapura dan Malaysia. Bali harus punya sirkuit Formula I sebagai ‘atraksi wisata.’ Kalau perlu, Bali harus punya Disneyland, Universal Studio, Esplanade….

Benar demikian? Sungguh menyedihkan bila agamawan yang seharusnya berdiri di garda depan untuk membela kepentingan umatnya harus berdiri di garda depan kepentingan modal.

Dasar dari pemikiran reklamasi ini adalah ‘tidak ada daya saing pariwisata Bali.’ Argumen yang dasarnya adalah ‘Bali tidak laku lagi dijual.’

Ya, Bali direndahkan sedemikian rupa hanya sebagai bentuk komoditas belaka. Apakah yang lebih rendah jika orang mendudukkan Anda tidak lebih dari sekadar komoditas?

Persis di sinilah titik berpikir agamawan yang saya kutip di atas. Tidak ada sedikit pun terlintas dalam pikirannya bahwa orang datang ke Bali karena Bali itu sendiri. Bahwa Bali bukanlah Singapore, bukan Maldives, bukan Hongkong, atau tempat-tempat destinasi wisata yang lain itu.

Sekalipun tidak suka, saya akan mengikuti cara berpikir mereka yang sesungguhnya sangat merendahkan martabat itu. Pemodal dan antek-anteknya selalu mengatakan bahwa Bali tidak memiliki ikon pariwisata yang memadai.

Cobalah pikirkan, mengapa orang datang ke Roma? Ke Praha? Ke Paris? Ke New York? Bukankah orang datang karena karakter dari tempat-tempat ini yang tidak mereka jumpai di tempat lain? Bukankah mereka justru melarang pembangunan yang akan merusak karakter dari daerah ini?

Sungguh, cara berpikir dan pemujaan total para agamawan ini terhadap modal sangat membuat saya sedih. [b]

Tags: AgamaLingkunganOpiniTeluk Benoa
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Made Supriatma

Made Supriatma

Made Supriatma, editor pada Joyo Indonesia News Service (JoyoNews) dan peneliti masalah-masalah konflik etnis dan kekerasan komunal. Tinggal di New Jersey, Amerika Serikat.

Related Posts

Suka Duka OSS: Desa Tidak Tahu Pembangunan Baru

Menjawab Permasalahan Perizinan Berusaha di OSS

27 May 2025
Melihat Hukum dari Lubang Toilet

Melihat Hukum dari Lubang Toilet

19 May 2025
Kesetaraan Perempuan Bali ala Banjar Kekeran

Menjadi Perempuan Versiku

8 May 2025
Duta Budaya atau Duta Kapitalisme? Mengkritik Beauty Pageant di Bali di Tengah Overtourism

Duta Budaya atau Duta Kapitalisme? Mengkritik Beauty Pageant di Bali di Tengah Overtourism

27 April 2025
Apakah Awig-awig Masih Bertaji Mengadang Alih Fungsi Lahan?

Apakah Awig-awig Masih Bertaji Mengadang Alih Fungsi Lahan?

28 March 2025
matan AI

Dusta Ajeg Bali

11 February 2025
Next Post
Terumbu Karang di Bali Utara Makin Membaik

Terumbu Karang di Bali Utara Makin Membaik

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Pariwisata Bergeliat, Konflik Tanah pun Menguat

Tren Pariwisata di Kawasan Rawan Bencana

8 July 2025
Pasar Badung Berwajah Mewah, Tukang Suun Kian Lelah, Perlindungan Susah

Pasar Badung’s Fancy Facade, Tukang Suun Plod, Protection is Flawed

8 July 2025
[Matan Ai] Bali dan Pembusukan Pembangunan

Bali Masa Depan: Hibriditas atau Eksklusivitas Etnis?

5 July 2025
Mahasiswa menjual Siobak, kuliner khas Buleleng, belajar dari video

Mahasiswa menjual Siobak, kuliner khas Buleleng, belajar dari video

4 July 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia