Dari Press Release
Pertunjukan dan Pameran Seni Rupa
GWK (Global Warming Kunstkamera) “Global Warning – Local Warming”
Pameran ini merupakan salah satu bentuk aspirasi dan apresiasi seniman dalam menyemarakkan United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Bali pada bulan Desember 2007. Kami mengundang partisipasi dari rekan-rekan perupa untuk mengikutsertakan 1 – 3 buah karya seni rupa (berbagai medium) dalam sebuah enent pameran bertema “GLOBAL WARNING – LOCAL WARMING”.
Tema pameran ini mengemban isu pemanasan global (Global Warming) sebagai isu yang terkesan elitis dan beredar dalam wacana politik global tingkat tinggi ke dalam persoalan-persoalan yang dekat dengan situasi lokal.
Isu lokal dalam hal ini bisa didekati dalam berbagai macam pendekatan. Bumi, baik dari sisi spiritual maupun mitologi yang kerap digambarkan sebagai ibu. Maulana Rumi dalam sekuplet syairnya mengibaratkan langit adalah bapak dan bumi adalah ibu. Sementara mitologi Yunani tegas menunjukkan bahwa bumi adalah jelmaan seorang dewi bernama Dewi Ghalia dan disanggah Dewa Atlas. Memori yang sama masih bisa dilacak dalam tradisi lisan masyarakat lokal kita. Dalam dongeng rakyat di Bali muncul sosok bernama Ibu Partiwi yang kemudian menegaskan sebutan feminin untuk tanah air. Sementara di Jawa ada sosok Dewi Sri yang hidup dalam pemujaan petani-petani desa sebagai Dewi Kesuburan yang memberi kemakmuran bagi mereka.
Di sisi lain, persoalan kontekstual yang menyelimuti kondisi bumi kita, seperti kerusakan lingkungan, efek rumah kaca, gerakan-gerakan pecinta lingkungan, kebijakan dan tingkah laku manusia di atas bumi juga menjadi tawaran tema yang menunjukkan bagaimana para seniman menanggap situasi tersebut. Isu tersebut bukan hanya isu yang bersifat ilmiah, tetapi menyangkut berbagai aktivitas sehari-hari.
Bukan hanya masalah mencairnya lapisan es di kutub, tetapi di Indonesia pun telah terasakan dampaknya. Berdasarkan data yang dirilis oleh WALHI, meningkatnya suhu ini, ternyata telah menimbulkan makin banyaknya wabah penyakit endemik “lama dan baru” yang merata dan terus bermunculan; seperti leptospirosis, demam berdarah, diare, malaria. Padahal penyakit-penyakit seperti malaria, demam berdarah dan diare adalah penyakit lama yang seharusnya sudah lewat dan mampu ditangani dan kini telah mengakibatkan ribuan orang terinfeksi dan meninggal.
Hasil karya yang dilihat lebih kepada beberapa persoalan, yaitu: isu antara persoalan `aku’ dan bumi. Yaitu karya-karya yang merefleksikan keberadaan dirinya dengan bumi. Seniman yang membaca bumi sebagai sebuah persoalan kontemporer yang dibawa ke ruang kesadaran pribadinya. Isu lingkungan hidup, pemanasan global, kesadaran baru dan kualitas hidup manusia terhadap lingkungan hidup menjadi isu personal dengan tafsiran pribadi.
Sampai hari ini sudah terkoleksi 80 seniman dengan lebih dari 80 karya dan performance yang akan diselenggarakan di monumen Garuda Wisnu Kencana, Bali. Menurut rencana program seni budaya ini akan melibatkan 100 seniman dari seluruh Indonesia untuk merayakan perhelana kebudayaan ini.
KURATOR:
Taufik Rahzen
Rain Rosidi
MANAJER PELAKSANA:
Yudha Bandono (Bali)
Heri Pemad (Yogyakarta)
Hanief (Bandung)
TEMPAT:
GARUDA WISNU KENCANA
Cultural Park, Bukit Ungasan, Jimbaran Bali.
WAKTU:
1 Desember 2007 – 15 Desember 2007
BATAS PENGUMPULAN KARYA:
25 November 2007
Akan diterbitkan katalog post-event setelah acara ini berlangsung.
Diselenggarakan oleh:
Gelaran Budaya dan iBUKU KunstKAMERA.
Gelaran Budaya, Jl. Patehan Wetan no. 3 Yogyakarta.
Contact Person:
Heri Pemad 0812 1561 659
Rain 081931176531
Yudha Bandono 0815 5801 0311
Hanief 0813 2255 2242
Comments 1