“Ada dua tuhan. Satu yang menciptakan manusia, satunya lagi Tuhan yang diciptakan manusia.” (film PK)
Saya menonton sebuah film India bergenre komedi. Judulnya PK. Saya tidak begitu hafal dengan aktor film India selain Sharuk Khan dan Aiswarya Rai. Jadi saya tidak begitu ngeh siapa saja pemain film PK ini. Yang jelas keduanya tidak bermain di film ini.
Namun cerita yang disajikan sangatlah menarik, membuat saya menertawakan manusia terutama terkait perilakunya dalam beragama. Bahwa cara-cara kita dalam beragama selama ini mungkin perlu direnungkan kembali karena ada yang salah disana.
PK adalah nama sosok alien yang tiba di planet bumi dengan telanjang bulat. Ceritanya di planetnya, tidak ada yang pakai baju, jadi semuanya telanjang bulat. Namun, sayang, ketika bertemu dengan manusia, kalungnya yang bercahaya dan itu adalah remote control untuk memanggil pesawat angkasa luarnya untuk membawa dirinya pulang, dirampas manusia dan dibawa lari entah ke mana.
Karena ingin pulang ke planetnya, si alien bingung mencari kalungnya itu ke seluruh tanah India. Setelah tidak lagi telanjang karena mencuri pakaian dari manusia dan bisa berbahasa manusia, si alien mulai bertualang untuk mencari kalungnya. Semua manusia yang ditemui ditanyai. Tetapi ia selalu mendapatkan jawaban, “Kalau mau tahu kalungmu yang hilang itu di mana, tanyalah pada Tuhan. Mintalah pada Tuhan, dan Tuhan pasti akan mengabulkannya”.
Maka si alien meyakini betul bahwa ia harus bertemu dengan Tuhan. Asalkan memohon dengan sepenuh hati, Tuhan akan mengabulkan permintaannya. Tuhan pun akan mengembalikan kalung yang merupakan remote control untuk memanggil pesawat luar angkasa agar dia bisa segera pulang.
Mulailah kemudian si alien ini mencari tahu di mana Tuhan berada. Ketika bertanya kepada orang-orang yang ditemuainya, tentu saja jawaban yang didapat bahwa Tuhan ada di tempat-tempat ibadah. Si alien menyangka kalau Tuhan itu hanya satu. Tetapi kemudian ia mendapati kenyataan bahwa ternyata Tuhan itu sangat banyak.
Masing-masing agama punya tuhannya sendiri. Punya tempat ibadah sendiri. Punya cara memuja sendiri-sendiri. Bahkan satu agama dengan agama lainnya bisa sangat berbeda dan bertentangan pemahaman dan cara ritualnya. Misalnya, si alien mengatakan “sapi itu di satu agama di sucikan, tetapi kenapa di agama lainnya dikorbankan”. Ini sangat aneh dan membingungkan.
Lalu di manakah si alien itu harus menemukan Tuhan?
Dalam kebingungannya mencari Tuhan inilah si alien sering melakukan tindakan aneh-aneh. Dan karena keanehan perilakunya ini, ia kemudian dipanggil dengan nama Pikey. Dalam bahasa India artinya mabuk. Kalau disingkat menjadi PK.
Tentu saja PK tidak sedang mabuk. Dia hanya sedang menjalankan apa yang disampaikan orang-orang kepadanya untuk bertemu Tuhan. Tetapi karena kepercayaan manusia terhadap Tuhan melalui agama di bumi ini sangat beraneka ragam, sikapnya yang polos dan jujur memahami agama justru berujung pada keanehan prilaku.
Sikap aneh misalnya ketika PK, mengambil kembali uang yang telah dimasukkannya ke dalam kotak donasi di sebuah tempat ibadah dan kemudian PK diteriaki sebagai pencuri. PK justru ngotot merasa diri benar karena dia sudah memberi uang kepada Tuhan, kenapa Tuhan tidak mengembalikan kalungnya?
Kelakuan aneh lainnya adalah ketika ia membawa dua botol anggur ke masjid setelah mengetahui dari penganut agama Katolik kalau anggur merupakan persembahan kepada Tuhan. Tentu saja orang Islam yang melihat prilaku si PK membawa anggur ke masjid, marah dan mengejarnya.
Cerita terus mengalir makin menarik. Setelah PK bertemu dengan seorang reporter televisi cantik yang juga memiliki sikap yang tidak begitu fanatik dengan agama. Bahkan si reporter cantik ini memiliki pengalaman buruk soal agama karena gara-gara beda agama dengan pacarnya, ia dilarang menikah.
Kecewa dengan soal agama dan bertemu PK yang juga kritis mempertanyakan Tuhan maupun agama, reporter TV itu kemudian menggunakan PK untuk mengkritik Tapasvi, tokoh agama yang sangat disegani oleh masyarakat karena dianggap memiliki kebijaksanaan dan pemahaman agama yang sangat tinggi. Bahkan Tapasvi dielu-elukan mirip manusia setengah dewa.
PK adalah penentang pemikiran-pemikiran Tapasvi dan menganggap bahwa pemahaman tentang Tuhan yang dipercayai manusia selama ini sering salah. Manusia misalnya membedakan manusia beragama apa hanya dari pakaiannya saja. Untuk menguji Tapasvi, PK menyodorkan empat pria dengan balutan pakaian yang mencerminkan penganut agama tertentu. Dengan enteng Tapasvi menyebut keyakinan masing-masing orang itu hanya berdasarkan pakaian yang dikenakan.
Tentu saja jawaban Tapaszi salah, karena pakaian yang dipakai empat orang itu sama sekali tidak menunjukkan agama yang dianut. Itu hanya pakaian.
“Pertarungan” antara PK dan Tapasvi makin seru karena Tapasvi lah yang selama ini menyimpang kalung milik PK setelah membelinya dari orang yang dulu merampas dari PK. Celakanya, Tapasvi selama ini bercerita kepada orang-orang bahwa kalung itu merupakan serpihan dari gendang milik Dewa Siwa. Tentu saja cerita ini adalah bohong, karena kalung itu milik PK dan merupakan remote control pesawat luar angkasa.
Perdebatan digelar di media televisi tempat reporter cantik bekerja setelah Jerry, bos stasiun televisi itu, juga seorang agnostik. Dia sempat punya masalah dengan pendukung Tapasvi. Jerry pernah diciderai gara-gara mengkritik Tapasvi.
Salah sambung
Ada idiom menarik yang disampaikan PK soal pemahaman manusia terhadap agama dan Tuhan. Manusia, kata PK, telah banyak salah menerjemahkan apa yang “dimaksudkan” oleh Tuhan. Manusia banyak melakukan tindakan yang justru bertolak belakang dengan bagaimanakah sesungguhnya agama itu. Tuhan dan agama menginginkan A, tetapi manusia menerjemahkannya menjadi B.
Ini mirip dengan telepon salah sambung (wrong number). Manusia menghubungi, berusaha kontak dengan Tuhan, tetapi ternyata manusia salah menekan nomer telepon. Jelaslah jawaban yang diterima juga tidak seperti apa yang sebenarnya diwahyukan oleh Tuhan kepada manusia.
Bisa jadi saat merasa sedang “menelpon” tuhan, manusia sebenarnya hanyalah sedang “menelpon” sesuatu yang lain (bukan tuhan). Atau bahkan tanpa sadar sedang “menelpon” dirinya sendiri dan karena itu mendapatkan jawaban seperti apa yang diinginkannya.
Dalam semua agama hal ini terjadi. Dan pelaku salah sambung ini sebagian besar adalah para pemimpin agama yang mengaku dirinya menjadi pemegang otoritas tertinggi agama. Salah satu contoh pemahaman akibat “salah sambung” misalnya adalah ada yang seorang pemimpin agama yang menyatakan bahwa, “Tuhan menginginkanmu menjadi penganut agama ini, agar engkau kelak masuk surga”.
Tentu saja jawaban dari yang kritis adalah, “Jika Tuhan menginginkan aku masuk surga kenapa Tuhan dulu tidak melahirkan saja aku di keluarga yang beragama seperti yang dikatakan pemimpin agama itu?”
Banyak hal yang menjadi bagian dari keyakinan agama adalah akibat dari salah sambung. Kita mungkin bisa bersepakat bahwa kekerasan dalam agama adalah salah satu akibat dari “salah sambung”. Bagaimana mungkin Tuhan dan agama sebagai sesuatu yang mengedepankan kemanusiaan justru membenarkan adanya kekerasan terhadap umat manusia.
Agama dan para pemegang otoritas kebenaran agama sering kali salah menerjemahkan ajaran-ajaran Tuhan bahkan dengan penyimpangannya yang bisa jadi sangat bertolak belakang.
Lebih jauh, film PK ini menunjukkan bahwa akibat “salah sambung” inilah kemudian lahir tuhan lainnya, yakni tuhan yang diciptakan manusia. PK dalam salah satu adegan ketika melakukan debat dengan Tapasvi mengatakan, “Ada dua tuhan. Satu yang menciptakan manusia, satunya lagi adalah tuhan yang diciptakan manusia”.
Tuhan ciptaan manusialah yang sering menyesatkan manusia, menjauhkan manusia dari kebenaran Tuhan sesungguhnya.
Lucu
Film PK secara keseluruhan menurut saya sangat menarik. Ia menyajikan kritik terhadap agama dengan cara membuat kita menertawakan perilaku-perilaku kita dalam beragama. Perkataan PK membua kita merenung bahkan kadang dibuat sadar bahwa apa yang kita perbuat dalam beragama bisa jadi sangat konyol.
Ketakutan kita terhadap agama dan tuhan bisa menjadikan kita irasional. Takut neraka dan menginginkan surga, misalnya justru membuat manusia menjadi sangat agresif.
Selain itu, betapa ritual-ritual keagamaan demikian irasional dan menggelikan. Manusia mengabaikan rasionalitasnya demi mengejar sesuatu dengan mengabaikan hal-hal yang sebenarnya justru lebih penting. Biaya yang besar demi menjalankan keyakinan kepada agama, sebenarnya bisa digunakan untuk membiayai kemiskinan, menolong umat manusia yang kesusahan. Bukankah itu jauh lebih penting?
Meski demikian, dalam film PK ini, pentingnya agama juga disajikan karena fungsinya yang cukup signifikan dalam menolong peradaban manusia. Agama memberikan manusia harapan, bahwa ada masa depan yang lebih baik di tengah-tengah penderitaan yang sedang dialaminya.
Agama dan Tuhan meyakinkan manusia untuk tidak mengambil tindakan-tindakan yang mematikan kemanusiaan misalnya dengan cara bunuh diri saat mengalami kesulitan hidup.
Film PK ini menarik untuk ditonton. Selain ceritanya, para pemainnya juga sangat apik memainkan perannya. Tidak banyak ada adegan nyanyi-nyanyi dan joget-joget seperti layaknya film India. Apalagi ada kejutan soal hubungan si reporter cantik dengan pacarnya yang dulu hampir menikah tapi gagal karena beda agama.
Saya merekomendasikan anda menontonya. Istri saya sudah nonton berkali-kali, tetap saja dia masih ingin menonton. [b]