Kelas Jurnalisme Warga (KJW) kembali pada awal Bulan Oktober ini menyisir daerah penghasil anggur bagian Utara Bali. Meski daerah Kecamatan Banjar terasa panas hari Sabtu (2/10) itu, tapi suasana damai Brahma Vihara Arama menenangkan proses KJW.
Beberapa menyebutnya adalah salah satu wihara terbesar di Bali. Ketika memasuki areal wihara, disambut dengan patung Buddha yang menjulang di tengah kolam bunga teratai.
Untuk kali pertama, KJW ini dihelat dengan dukungan beragam komunitas dan lembaga yakni media Forum Keadilan, Perhimpunan Indnesia Tionghoa (INTI) Bali, Brahma Vihara Arama, dan Spendedirekt.
Bersama 15 para muda dari dua desa, Desa Banjar dan Banjar Tegeha, kami berkumpul sedari pukul 09.00 pagi. Berbekal ponsel genggam masing-masing, kelas jurnalisme warga Buleleng dilaksanakan selama 2 hari (2-3 Oktober 2021). Mengurai materi dasar-dasar jurnalistik yang dibawakan oleh Yahyah Umar, seorang perwarta senior dari Buleleng. Dengan metode menyusun puzzle berita.
Perkenalan tentang susunan berita secara langsung dipraktikkan para muda KJW Banjar dan Banjar Tegeha. Dibagi menjadi tiga kelompok, yang terdiri masing-masing 5 orang. Latar belakang yang beragam, tak menjadi halangan untuk meneruskan kelas. Peserta ada yang sedang menempuh pendidikan kuliah, perangkat kantor desa hingga pegawai kantor camat. Setelah puzzle berita tertata, para peserta saling menilai seberapa paham dengan pesan yang tersusun dalam berita.
Kardian Narayana, salah satu wartawan TV dari Buleleng pun turut kami ajak untuk mengisi materi video ponsel. Setelah diperkenalkan dengan fitur-fitur kamera ponsel, peserta langsung ditantang dengan membuatan video 1 menit. Tak jauh-jauh, masing-masing peserta mengambil gambar sekitar vihara yang sarat cerita.
“Metodenya cukup rekam-jeda, selain hemat waktu, kita tidak membutuhkan aplikasi tambahan untuk editing. Sehingga, video pendeknya sudah jadi,” kata Cotex menegaskan ke peserta.
Sebelum terjun ke lapangan pada hari kedua, kami melakukan pemetaan potensi desa yang bisa dikembangkan dan dipublikasikan menjadi karya. Ada 4 potensi desa yang terangkum. Mulai dari cerita sarat makna Brahma Vihara Arama, potensi kerajinan anyaman bambu Sidetapa, potensi alam air panas Banjar, hingga cerita pertanian buah Bidara. Semua potensi desa ini tercatat dalam karya peserta KJW Buleleng.
Di tengah mulai bangkitnya perputaran roda kehidupan yang berdampingan dengan pandemi, aktivitas di beberapa lokasi potensi desa Banjar menunjukkan senyum simpul. Misalnya, di salah satu objek wisata pemandian air panas Banjar. Hari kedua KJW untuk turun lapangan yang bertepatan di hari libur, menjadi momen yang tepat pula melihat destinasi alam itu mulai hidup. Pengunjung dari berbagai daerah turut datang ke pemandian air panas yang bersumber dari Gunung Batukaru itu.
Begitu pula pengunjung di Vihara Banjar. Sudah mulai berdatangan untuk para pendamba ketenangan. Sedangkan kabar dari pertanian Bidara, buah yang sedang populer karena khasiat yang tinggi, sudah melewati masa panennya. Di satu sisi, kabar dari potensi desa datang dari orderan kerajinan anyaman bambu Sidetapa. Meski secara rutin membuat anyaman untuk bingkai lampu, kini kerajinan dari Sidetapa itu mulai menggarap orderan dengan bentuk bervariasi sesuai pesanan.
Kabar-kabar baik ini terangkum dalam bentuk tulisan, video dan foto karya peserta KJW Buleleng selama 2 hari. “Terima kasih atas kelas jurnalisme warga selama dua hari ini, semoga ada lagi!” pesan perpisahan yang dilontarkan Dayu Sinta, salah satu peserta KJW Buleleng.