Memaknai pameran seni rupa Bali Art Fair 2013 Bali Art Society dan Bentara Budaya Bali menggelar diskusi seni rupa.
Diskusi tersebut bertema “ART MAKING: Potensi Serta Tantangan Seni Rupa Bali Kini”. Diskusi akan membahas hal mendasar tentang pembuatan seni rupa (art making) dan hubungannya dengan pembangunan infrastruktur seni rupa di Bali.
Sebagai pembicara adalah Wayan Seriyoga Parta (kurator/penulis seni), Arif Bagus Prasetyo (kurator Bali Art Fair 2013), Wayan Sunarta (kurator Bali Art Fair 2013), Wayan Adimawan (peneliti utama KATARUPA Institute). Keempatnya akan membincangkan perihal posisi seni rupa Bali kini di era global.
Perupa Bali dikenal mumpuni dalam hal keahlian dan kerajinan (craftsmanship) membuat karya seni rupa. Pengetahuan art making yang telah dipraktikkan para seniman dari masa ke masa, melahirkan keanekaragaman gagasan dan bentuk pencapaian Seni Rupa Bali seperti dalam lukisan gaya Batuan, gaya Kamasan, gaya Ubud, gaya Sanur, gaya Pengosekan, dan penerusnya.
Khazanah Seni Rupa Bali, sedari pra-modern hingga seni rupa kontemporer (contemporary art), menunjukkan bahwa Seni Rupa Bali bergerak, berkembang secara luas dan berkesinambungan. Potensi pembuatan karya seni (art making) ini menyadarkan kita betapa Bali mempunyai potensi baik dari sudut demografi seniman dan geo-budaya, serta memungkinkan menjadi ruang tumbuh kembangnya seni rupa global.
Bali juga tidak luput oleh aneka bentuk pembaruan, termasuk dalam bidang seni rupa di mana arus kontemporer kian berpengaruh dalam penciptaan para kreator pulau ini. Hal ini membawa perkembangan bagi wujud kreasi seniman, namun juga bereksplorasi dengan medium-medium baru untuk memunculkan gagasan segar atau atas dasar kepraktisan belaka.
Menurut Fair Director Bali Art Fair 2013, Helmi Haska, ikhtiar pembuatan karya seni rupa (art making) yang mempunyai sejarah yang panjang di Bali hingga perkembangan perupa kekinian perlu dikomunikasikan ke kalangan seni di ranah nasional dan global, agar terjadi interaksi yang dinamis dalam seni rupa.
“Saya kira para penulis seni (art writer) perlu menyadari bahwa selama ini belum ada upaya yang optimal untuk menuliskan perkembangan seni rupa Bali kekinian, sehingga Bali dipandang sebelah mata dalam perkembangan seni rupa global,” ujar Haska.
Usaha membangun jejaring antara perupa, penulis seni, kurator, art management, penyelenggara event, galeri serta pemangku kebijakan (stake holder) akan membuka peluang dinamika seni rupa Bali untuk memberikan kontribusi pada seni rupa global. “Saya kira inilah titik tolak dari pameran Bali On The Move,” Haska melanjutkan.
Dalam forum diskusi seni rupa kalangan seni rupa (art scene) akan membahas perubahan yang dibawa globalisasi yang datang ke Bali kian deras sekarang ini. Bagaimana sikap kalangan seni rupa memandang Seni Rupa Bali yang telah mempunyai sejarah dan tradisi panjang itu ketika terkait dengan seni rupa kontemporer (contemporary art) dan seni rupa global (global art). Bagaimanakan posisi Seni Rupa Bali dalam percaturan nasional, regional dan global art? Apakah peluang dan tantangan Seni Rupa Bali sekarang ini?
Selain gelaran diskusi seni rupa, pada kesempatan itu juga akan diluncurkan website baliartsociety.com yang merangkum informasi tentang even akbar Bali Art Fair 2013 di tiga venue, Tonyraka Art Gallery, Maha Art Gallery dan Danes Art Veranda, melibatkan 137 perupa yang menampilkan lukisan, seni patung, fotografi, seni grafis, video art, installasi dan performance art. Pada kesempatan itu juga Komite BAF 2013 akan menghibahkan sebuah karya seni grafis yang menjadi logo “Bali On The Move” untuk koleksi Bentara Budaya.
Tentang pembicara
Arif Bagus Prasetyo, lahir di Madiun, 1971. Penulis, kurator seni rupa dan penerjemah. Alumnus International Writing Program, University of Iowa, Amerika Serikat. Ia meraih berbagai penghargaan, antara lain: Pemenang II Kritik Seni Rupa 2005, Dewan Kesenian Jakarta, Pemenang I Kritik Sastra 2007, Dewan Kesenian Jakarta, Anugerah “Widya Pataka” 2009 Pemerintah Provinsi Bali, serta Anugerah Puisi CSH 2009.
Wayan Seriyoga Parta, memulai karir seni rupanya sebagai Program Manajer Art Space dan Pusat Dokumentasi Klinik Seni Taxu tahun 2004-2005, Yogaparta yang juga Ketua Redaksi Buletin Seni Rupa “Kitsch” ini aktif menulis ulasan seni rupa, dimuat di Majalah Visual Art, Majalah Arti, Majalah Seni Suardi, Harian Bali Post dan di beberapa Jurnal Seni. Aktif menjadi kurator pameran seni rupa diantaranya; Tim Kurator pameran Pra Bali Bienale 2005, Kurator Pameran REAL[I]TI, Juli 2009 di Vannesa Art Link Jakarta, Kurator Pameran Tunggal Dolorosa Sinaga, The Power of Shape Oktober 2009 di Kendra Gallery Seminyak Bali, Kurator Pameran Tunggal I Wayan Sujana Suklu Line-Talk, April-Mei 2010 di Art Sphere Jakarta. Selain kegiatan kurasi, penulis juga telah menulis buku Arie Smit a Living Legend, Penerbit Rudolf Studio Jakarta (2011), tengah menyusun buku pematung I Ketut Muja.
Wayan Sunarta, lulusan Antropologi Budaya di Fakultas Sastra, Universitas Udayana, Bali. Ini sempat kuliah seni rupa di ISI Denpasar. Menulis puisi sejak awal 1990-an, lalu merambah ke penulisan prosa liris, cerpen, feature, esai/artikel seni budaya, kritik/ulasan seni rupa, dan novel.Tulisan-tulisannya dimuat di media massa lokal dan nasional, di antaranya Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Jawa Post, Republika, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Bali Post, The Jakarta Post, Lampung Post, Nova, Jurnal Nasional, Jurnal Kebudayaan Kalam, Majalah Sastra Horison, Majalah Gong, Majalah Visual Art, Majalah Arti, Majalah Warisan Indonesia.Buku kumpulan cerpennya yang telah terbit adalah Cakra Punarbhawa (Gramedia, 2005), Purnama di Atas Pura (Grasindo, 2005), Perempuan yang Mengawini Keris (Jalasutra, Oktober 2011). Sedangkan buku kumpulan puisinya adalah Pada Lingkar Putingmu (Bukupop, 2005), Impian Usai (Kubu Sastra, 2007), Malam Cinta (Bukupop, 2007), dan Pekarangan Tubuhku (Bejana, 2010).
I Wayan Adimawan, SH, lahir di desa Asahduren, 23 Juni 1983, Jembrana-Bali. Akrab dipanggil Tang Adimawan, mengenyam pendidikan seni rupa, jurusan seni lukis tradisional di SMSR (Sekolah Menengah Seni Rupa) yang kini berubah menjadi SMK Negeri 1 Sukawati-Gianyar. Kemudian melanjutkan ke bangku kuliah di ISI Denpasar jurusan Seni Rupa, angkatan 2002 dan sempat menjadi Ketua Senat Mahasiswa ISI Denpasar, namun tidak selesai kuliahnya di ISI Denpasar. Kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Warmadewa hingga tamat. Kini sedang menempuh kuliah di program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Warmadewa dengan ilmu konsentrasi hukum investasi. [b]