• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Friday, July 11, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup Buku

Diskusi Buku Melacak Jejak Hitler di Indonesia

Redaksi BaleBengong by Redaksi BaleBengong
22 January 2017
in Buku
0 0
0
Peluncuran buku Melacak Jejak Hitler di Indonesia.

Benarkah Hitler dikubur di Surabaya? 

Buku Jejak Hitler di Indonesia berusaha menuliskan sejarah Indonesia dan Jerman. Dia juga mengungkapkan bukti-bukti betapa tokoh di lingkaran dalam Hitler begitu antusias dan memberikan perhatian khusus pada potensi Kepulauan Nusantara.

Sang penulisnya, Horst Henry Geerken, hadir dalam diskusi buku setebal 402 halaman tersebut Jumat dua hari lalu di Museum Agung Rai Museum of Art (ARMA), Ubud. Hadir pula dr I Nyoman Sutarsa MPH, kandidat doktor di Australia sebagai penimbang buku.

Agenda terselenggara berkat kerja sama Penerbit Buku Kompas dengan ARMA Museum, didukung Agung Rai dan I Gusti Agung Ngurah Harta serta Bentara Budaya Bali.

Geerken mengungkapkan saat perang Dunia II, Jepang bekerja sama dengan Jerman untuk mencegah rekolonialisasi pemerintah Belanda terhadap Indonesia. Salah satu peran Jerman adalah memasok senjata dan perlengkapan untuk pasukan Pembela Tanah Air (PETA).

Dalam diskusi, Patricius Cahanar, Manajer Eksekutif Penerbit Buku Kompas menyerahkan secara simbolis buku itu kepada Horst Geerken. Agung Rai selaku pendiri Museum ARMA juga memberikan pengantar dan mengapresiasi buku yang telah diterbitkan dalam tiga bahasa ini.

Buku ini sebelumnya telah diluncurkan di Toko Buku Gramedia Level21 Mall, Denpasar dan didialogkan pula Padepokan Sandhi Murti. Dia terbit dalam bahasa Jerman (Hitlers Griff nach Asien), Inggris (Hitler’s Asian Adventure) dan Indonesia (Jejak Hitler di Indonesia).

Versi bahasa Indonesia merupakan rangkuman sebagian dari versi aslinya.

Banyak Interpretasi
Nyoman Sutarsa mengatakan cara bertutur Geerken yang seperti menulis sebuah memoar sangat menarik. Namun, buku ini tidak bisa dipenuhnya dibaca sebagai buku sejarah sebab di dalamnya banyak mengandung interpretasi pengarangnya.

“Tulisan ini bolehlah menjadi pelengkap pemahaman kita tentang sejarah Indonesia, namun bukan alternatif dalam membaca sejarah Indonesia,” kata Sutarsa.

Menurut Sutarsa Geerken menyajikan banyak informasi sejarah objektif karena masih banyak bukti-bukti otentiknya yang bisa kita akses hingga kini. Tetapi di sisi lain, dalam analisisnya ia juga menghadirkan sejarah yang subjektif lewat uraian cerita dan narasinya ketika merangkai peristiwa-peristiwa sejarah secara koheren.

“Sebagai karya interpretatif, pembaca juga harus menyadari bahwa buku ini tidak lepas dari sisi politis penulisnya. Maka pembaca harus pandai dalam memilahnya,” ujarnya.

“Akan lebih baik jika buku ini disandingkan dengan tulisan ataupun film dengan latar belakang serupa,” lanjut dosen Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang aktif sebagai pembicara di berbagai forum nasional dan internasional ini.

Menurut Sutarsa pembaca dituntut untuk lebih kritis dan jernih dalam menimbang setiap fakta dan informasi dalam buku ini.

Di sisi lain, Jean Couteau, budayawan asal Prancis yang lama bermukim di Bali, turut memberikan pandangan dalam dialog. Menurutnya, peran Jerman dalam perjuangan Indonesia tidaklah sebagai negara, melainkan individu-individu yang tergerak untuk mendukung secara pribadi.

Diskusi membahas pula rumor bahwa Hitler mengakhiri hidupnya di Indonesia dan dimakamkan di Surabaya. Pembuktian rumor ini, menurut Geerken, memerlukan kajian lebih mendalam dan fakta-fakta lebih teruji. Penting untuk melakukan uji DNA sebagai pembuktian kesahihan bukti sejarah terkait ada kuburan Hitler di Surabaya.

Riset Mendalam
Horst Geerken menulis buku ini melalui riset mendalam baik di Indonesia maupun di Jerman selama 40 tahun. Ia memiliki sumber daya sangat kaya. Maka tak heran bila dia mampu melakukan pemaparan amat detil atas fenomena, peristiwa, tempat, termasuk siapa-siapa yang terlibat.

Di dalam buku ini terangkum fakta-fakta menarik yang belum pernah diungkap sebelumnya, seperti Kedekatan Hitler dengan Walther Hewel yang memperkenalkannya pada Indonesia; Kisah Emil Helfferich dengan perkebunannya di Jawa dan Sumatera; Pianis kesayangan Hitler yang berasal dari Indonesia; Hubungan dagang antara Nazi Jerman dengan Hindia Belanda; Sekolah Jerman di Jawa; Makam tentara Jerman di Jawa; Tokoh-tokoh Jerman yang terlibat dalam pembangunan Indonesia pasca kemerdekaan, dan lain-lain.

Horst Henry Geerken lahir tahun 1933. Ia meraih gelar insinyur teknik di Jerman dan AS. Ia bekerja di perusahaan telekomunikasi Jerman yang menempatkannya di Indonesia sebagai direktur kantor perwakilannya sejak 1963 hingga 1981.

Buku pertamanya tentang pengalamannya di Indonesia bekerja di penghujung pemerintahan Soekarno, masa-masa peralihan kekuasaan ke Soeharto, dan masa-masa awal pemerintahan Orde Baru telah diterbitkan dengan judul A Magic Gecko: Kesaksian Seorang Jerman di Indonesia 1963-1981. [b]

Tags: BukuDiskusiSejarah
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Redaksi BaleBengong

Redaksi BaleBengong

Menerima semua informasi tentang Bali. Teks, foto, video, atau apa saja yang bisa dibagi kepada warga. Untuk berkirim informasi silakan email ke kabar@balebengong.id

Related Posts

There Is ‘Book’ in ‘Bukit’: Library Movement from Jimbaran

There Is ‘Book’ in ‘Bukit’: Library Movement from Jimbaran

28 May 2025
Anak Muda dan Peristiwa 65: Tidak Seperti di Buku Pelajaran dan Study Tour

Anak Muda dan Peristiwa 65: Tidak Seperti di Buku Pelajaran dan Study Tour

19 March 2025
Lentera Peradaban: Gerakan Kecil di Tengah Gemerlap Kota Denpasar

Lentera Peradaban: Gerakan Kecil di Tengah Gemerlap Kota Denpasar

1 February 2021
Revolusi Hijau, Menjerat Petani dengan Racun

Saya pun Bermimpi Menjadi Raja di Pulau Mancawarna

30 October 2020
Serapan BST Mahasiswa Masih Rendah

Serapan BST Mahasiswa Masih Rendah

10 July 2020
Suara Perempuan Menghadapi Skizofrenia

“Esensi Nobelia” dan Tragisnya Nasib Pengarang

25 April 2020
Next Post
Mengingat Gempa Dahsyat di Bali 100 Tahun Lalu

Mengingat Gempa Dahsyat di Bali 100 Tahun Lalu

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

BYURR! Kekacauan Baru di Skena Hardcore Bali

BYURR! Kekacauan Baru di Skena Hardcore Bali

10 July 2025
Diskusi dan Konser Hari HAM “Semakin Dibungkam Semakin Melawan”

Konser Bukan Cuma Menyanyi dan Bergembira, namun Juga Masalah Kenyamanan dan Keamanan

9 July 2025
Bandara Baru di Bali Utara: Gajah Putih dalam Bayang Pembangunan yang Salah Arah

Bandara Baru di Bali Utara: Gajah Putih dalam Bayang Pembangunan yang Salah Arah

9 July 2025
TAKSU Reuse di AJW 2025: Solusi Cerdas Kurangi Sampah Plastik Sekali Pakai

TAKSU Reuse di AJW 2025: Solusi Cerdas Kurangi Sampah Plastik Sekali Pakai

8 July 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia