Hai, nama aku Moni. Btw aku cowok kok, Cuma namaku aja yang kayak cewek. Jadi, ini adalah sebuah cerita singkat di Bulan Januari. Saat sore hari, di mana langit cerah seperti kemarin.
Aku berkunjung ke alun-alun kota, setelah selesai dengan urusan kuliahku. Aku membeli segelas minuman dan duduk di sebuah meja. Dengan empat tempat duduk yang mengelilinginya. Tepatnya di sudut alun-alun, dekat jalan raya. Aku duduk, sambil melihat lima anak kecil bermain sepak bola. Bola plastik berwarna biru putih.
Meski ada empat tempat duduk, tapi aku terpaksa duduk sendiri. Karena apa? Iya, karena aku jomblo. Kalau aku punya pacar, ya aku gak bakalan jalan sendiri sih. Dan gak bakalan nyender di sisi meja.
Sebenernya ada dua alasan aku ke alun-alun waktu itu. Ada alasan yang panjang dan alasan yang pendek. Alasan panjangnya adalah, aku ingin menenangkan diri dari banyaknya masalah yang aku alami beberapa mingu terakhir dan aku ingin sedikit bersantai dari kesibukanku. Itu adalah alasan yang panjang. Dan alasan pendeknya, aku hanya ingin melihat cewek-cewek cantik yang jogging sore itu.
Terserah kalian mau percaya alasan yang mana, yang jelas di sana aku bertemu dia. Ketika suara kendaraan yang melintas, terdengar bergantian seolah tak pernah putus. Saat itu aku sedang mengedit sebuah foto, yang akan aku upload di Instagram. Beberapa saat ketika aku mengedit, terdengar suara langkah kaki dari arah belakangku. “Prok..prok..prok”. Suaranya semakin mendekat.
Lalu terdengar dari belakang, suara wanita memangilku.
“Kak permisi kak,” aku menoleh dan menatap matanya secara langsung.
Dia seorang wanita cantik dengan baju berwarna biru dan berjaket kuning cerah.
“Iya kenapa?” tanyaku padanya.
Dia tersenyum tipis. Senyum itu, masih kuingat sampai saat ini. Senyum yang manis dan tulus.
“Ini kak brosurnya,” ucapnya sambil memberikan sebuah brosur handphone merek tertentu.
Aku pun mengambilnya, dan melihat-lihat brosur tersebut.
“Siapa tau, kakak berminat untuk beli handphone nanti,” ucapnya dan langsung pergi tanpa berpamitan.
Aku melihat ke arahnya, melihat jarak yang semakin melebar seiring langkah kakinya yang menjauh. Lalu aku melihat ke arah brosur itu. Di sana aku melihat coretan tinta berwarna hitam bertuliskan sebuah nama “Ina”, di bagian atas brosur tersebut.
“Oh, namanya Ina.. nama yang manis,” ucapku sambil menggumam.
Dan di samping nama itu, tertera nomer teleponnya. Pikirku di saat itu, “apa, aku chat aja nanti ya?”
Comments 1