Minggu, 5 Maret 2022 sekitar pukul 15.20 Denpasar panas terik. Di GOR Ngurah Rai beberapa unit bus, baik Trans Metro Dewata (Teman Bus Bali) maupun Trans Sarbagita, terparkir.
Sebelumnya pada 28 Januari 2022 lalu, akun Instagram Perum PPD mengunggah poster bahwa layanan angkutan umum Trans Sarbagita akan segera kembali setelah sempat vakum beroperasi sejak September 2021. Ada sesuatu yang janggal karena sebelumnya Perum PPD bukanlah operator Trans Sarbagita.
Mengapa Perum PPD yang mengunggah pengumuman tersebut? Adakah pergantian operator selama masa vakum lima bulan tersebut? Jika ya, mengapa pergantian operator diberi alasan penanganan dan pencegahan Covid-19 pada pengumuman Agustus 2021 lalu?
Perubahan yang lebih mencolok adalah disesuaikannya trayek Koridor 2 dari Batubulan-Nusa Dua pp menjadi Kota-Nusa Dua pp. Hal ini membuat headway antara GOR Ngurah Rai dengan Simpang Jimbaran maupun sebaliknya dapat dilayani lebih sering menjadi 30 menit sekali dari sebelumnya hanya satu jam sekali.
Sementara itu porsi Bypass Ngurah Rai Kesiman hingga Simpang Siur yang dulunya dilayani Koridor 2 Trans Sarbagita diganti layanan baru Koridor 5 Trans Metro Dewata (Sentral Parkir Kuta-Terminal Ubung via Sunset Rd Selatan, Pelabuhan Benoa, Bypass Ngurah Rai, WR Supratman).
Halte bus Trans Sarbagita di GOR Ngurah Rai memiliki ramp dengan kemiringan yang tidak terlalu landai. Entah berapa gradiennya. Jika tak berpegangan pada pegangan ramp, susah naik ke platform atas agar bisa naik bus.
Melihat akses ke platform pada halte-halte Trans Sarbagita yang dilalui sepanjang perjalanan pun menunjukkan tidak ada standar yang konsisten terkait kemiringan ramp mengingat ada beberapa halte dengan ramp yang lebih landai dan ada pula yang tidak memiliki ramp tetapi malah dipasang tangga.
Pukul 15.30 bus meninggalkan GOR Ngurah Rai. Baik kondektur maupun pengemudi menggunakan kemeja putih dengan lengan panjang. Tarif karcis tetap Rp3.500,00 seperti saat layanan ini baru diluncurkan tahun 2011 silam.
Setelah setidaknya tujuh tahun tidak menggunakan Trans Sarbagita, ada dua perbedaan yang mencolok terkait pembayaran. Pertama, pembayaran kini dapat dilakukan dengan QRIS. Kedua, membayar secara tunai kini tidak lagi diberikan karcis seperti dulu.
Hal yang cukup disayangkan dari perubahan kecil pada trayek Trans Sarbagita ini adalah layanan tersebut masih tidak berhenti sama sekali di Sesetan, wilayah yang cukup padat penduduk. Setelah bus meninggalkan halte Unud Sudirman, bus akan terus melaju hingga Bypass Ngurah Rai dan baru berhenti di halte Pesanggaran. Menurut artikel dari tahun 2015 ini, UPT Trans Sarbagita kala itu tidak memiliki dana.
Integrasi yang Kurang Mulus dengan Trans Metro Dewata
Trans Sarbagita dan Trans Metro Dewata melayani daerah yang berbeda sehingga integrasi antara kedua layanan menjadi penting. Namun sayangnya integrasi antara kedua layanan tidaklah terlalu mulus.
Misalnya, dalam perjalanan kembali ke Denpasar ada rombongan penumpang yang memberikan kartu uang elektronik kepada kondektur – moda pembayaran pada Trans Metro Dewata tetapi bukan pada Trans Sarbagita.
Kejadian tersebut menunjukkan penumpang awam tidak tahu perbedaan Trans Sarbagita dari Trans Metro Dewata. Jauh lebih strategis apabila Trans Sarbagita dapat menerima pembayaran melalui kartu uang elektronik juga sementara Trans Metro Dewata menerima pembayaran dengan QRIS.
Selain itu, tidak ada pertukaran moda yang baik bagi penumpang Trans Metro Dewata yang hendak menggunakan Trans Sarbagita maupun sebaliknya, terutama di Jl. Sudirman. Di halte Sudirman pertukaran Trans Metro Dewata untuk Koridor 2 dan Koridor 3 berada di depan RS Udayana sementara halte Trans Sarbagita, baik Koridor 1 dan Koridor 2, berada di depan Kampus Sudirman Unud. Jarak antara kedua halte tersebut sekitar 1 km.
Namun demikian patut diapresiasi upaya integrasi halte Trans Sarbagita dan Trans Metro Dewata di Sentral Parkir Kuta (pertukaran dengan Koridor 1, 2, dan 5 Trans Metro Dewata) dan di Jl. Airport Ngurah Rai (pertukaran dengan Koridor 2 Trans Metro Dewata).
Sayangnya Trans Sarbagita hanya berhenti di dua halte sepanjang Jl. Airport Ngurah Rai dan tidak masuk ke dalam areal bandara seperti dulu. Penumpang dari dan ke Bandara yang hendak menggunakan layanan Trans Sarbagita harus berganti moda dengan Trans Metro Dewata di halte tadi.
Efisiensi Jarak Perjalanan
Terminal Trans Sarbagita di Nusa Dua masih berada di parkiran seberang Bali Collection. Bus baru tiba sekitar pukul 16.40 menimbang kondisi lalin yang dilalui selama perjalanan. Di sana kondektur dan pengemudi biasanya berehat selama 30 menit sebelum melakukan perjalanan kembali ke Denpasar.
Pengemudi kami Arya Permana berasal dari Buleleng dan sebelumnya bekerja sebagai driver untuk wisatawan tetapi pindah bekerja untuk Perum PPD akibat pandemi. Dia menuturkan bahwa penyesuaian rute yang dilalui akibat upaya efisiensi jumlah kilometer yang dilalui armada.
Hal ini terlihat pada saat bus berbelok dari Sentral Parkir Kuta menuju Jl. Merta Nadi (Papaya Kuta) untuk menuju Sunset Road Selatan dan bus yang tidak lagi masuk ke dalam areal bandara tetapi berhenti di halte terakhir sebelum Bandara. Rute tersebut dianggap oleh manajemen lebih singkat dan dengan demikian lebih hemat waktu serta bahan bakar.
Pak Arya turut menuturkan bahwa beberapa bulan sebelumnya terjadi pergantian operator dari Damri menjadi Perum PPD. Dalam pengamatan anekdotalnya selama sebulan menjadi pengemudi Trans Sarbagita, dalam sekali perjalanan biasanya bus hanya mengangkut sekitar sepuluh penumpang.
Semoga dengan kembalinya pembelajaran tatap muka di Universitas Udayana dan kedatangan lebih banyak wisatawan domestik maupun mancanegara dapat menggenjot jumlah penumpang Trans Sarbagita agar layanan ini dapat bertahan dan bahkan terus ditingkatkan.