Oleh Astrid dan Sri
Pasar Seni Guwang tetap mengusung konsep tradisional di tengah arus modernisasi suoermarket oleh-oleh dan pasar modern yang terus mengepung.
Jam menunjukkan pukul 09.00 WITA, beberapa bus mulai berdatangan memasuki areal parkir Pasar Seni Guwang. Bus-bus tersebut mengantar para wisatawan domestik dan manca negara. Para pedagang telah usai menyiapkan barang dagangannya dan siap untuk berjualan.
Pasar Seni Guwang merupakan salah satu pasar suvenir yang paling dituju oleh wisatawan manca negara maupun wisatawan domestik. Pasar seni tradisional ini menjual berbagai oleh-oleh khas Bali diantaranya pakaian, lukisan, patung kayu, aksesoris-aksesoris pakaian seperti kalung, gelang, topi dan souvenir, atau kerajinan tangan khas Bali lainnya.
Pasar yang terletak di Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar ini cukup dekat dari pusat Kota Denpasar, hanya dibutuhkan waktu kurang lebih 35 menit berkendara dari Kota Denpasar. Selain Pasar Seni Guwang, di Kecamatan Sukawati juga terdapat Pasar Seni Sukawati. Lokasinya berdekatan, jarak keduanya sekitar 1,2 km, menawarkan berbagai jenis barang yang hampir sama, namun Pasar Seni Guwang memiliki area yang lebih terbuka dan masih menjaga kesan tradisionalnya.
Pasar Seni ini diresmikan pada tanggal 27 November 2001 oleh Gubernur Bali, kemudian difungsikan pada tahun 2002, hingga saat ini terdapat kurang lebih 700 kios pedagang yang dibagi menjadi Blok A, Blok B dan Blok C. Kepala Pasar I Ketut Buda mengatakan proses persyaratan untuk menjadi pedagang di Pasar Seni Guwang tidaklah susah, tidak ada syarat khusus untuk pedagang yang ingin berjualan di sana. Hanya saja harus dapat mengikuti tata tertib pasar dan arahan dari pengelola pasar.
Seiring perkembangan zaman, eksistensi pasar seni mulai memudar di tengah persaingan pasar modern dan fenomena belanja online. Maraknya pasar modern seperti mall, supermarket, online shop menjadi saingan terbesar pasar tradisional. Pada awalnya persaingan ini cukup berat bagi Pasar Seni Guwang, namun lambat laun mereka mulai terbiasa dengan keadaan, karena masih saja ada wisatawan yang mau berkunjung dan berbelanja untuk kebutuhan oleh-oleh, apalagi yang senang dengan kegiatan tawar menawar, sehingga tidak akan bisa meninggalkan pasar seni tradisonal seperti Pasar Seni Guwang ini.
Kepala Pasar Seni Guwang, I Ketut Buda menjelaskan daya tarik yang dimiliki oleh Pasar Seni Guwang sehingga dapat bertahan di era gempuran pasar oleh-oleh modern yakni tata kelola bangunannya. Saat Pasar Seni lain berlomba-lomba membuat bangunan bertingkat, Pasar Seni Guwang memilih mempertahankan tata kelola ruang sederhana. Menurutnya bangunan khas tradisional ini menjadi daya tarik tersendiri untuk pengunjung yang datang. “Pasar Seni Guwang mempertahankan bangunan pasar tradisional agar tetap memiliki nilai plus di tengah maraknya pasar modern,” ujarnya.
Selain itu, pada ulang tahunnya yang ke-21 tahun yang jatuh pada Minggu, 27 Novermber 2022 lalu. Pasar Seni mem-branding diri menjadi Pasar Seni Bebas Plastik Sekali Pakai di Bali. “Kebijakan ini tentu mendapatkan respon positif dari stakeholders terkait, seperti Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Gianyar yang sangat mengapresiasi kebijakan tersebut. Ini juga salah satu bentuk terobosan dalam memperkuat citra pasar, apalagi di era setelah pandemi dan era pasar online,” kata I Ketut Buda.
Menurut salah satu pedagang yang telah berjualan di sana sejak 2001, kebijakan minim plastik ini sangat bagus untuk mengurangi sampah plastik. Ia juga menyampaikan merasa senang berjualan di Pasar Seni Guwang karena pengunjungnya lumayan ramai.
Hal serupa pun disampaikan oleh seorang pengunjung yang kami temui. Ia mengatakan sangat senang bisa berkunjung ke Pasar Seni Guwang karena bisa bertransaksi secara tawar-menawar, sehingga menurutnya harga yang di dapat bisa lebih terjangkau.
Hingga saat ini Pengelola Pasar Seni Guwang terus berusaha untuk berbenah agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada wisatawan yang berkunjung.