Oleh Luh De Suriyani
Caleg-caleg perempuan di Bali optimis mampu menembus perolehan kursi pada Pemilu 2004 lalu, yang hanya 4,5 persen atau 18 kursi dari 385 kursi parlemen di seluruh Bali. Hal ini terungkap dalam Debat Kandidat Perempuan yang dihadiri lebih dari 100 orang, 54 di antaranya caleg perempuan yang berlangsung ramai, Selasa, di Hotel Santhi Denpasar.
Debat perempuan ini dilaksanakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar, SIGI Indonesia, dan The International Republican Institute.
Riniti Rahayu, aktivis perempuan dari Bali Sruti menyebut hasil Pemilu 2004 memperlihatkan kekuasaan parlemen berada di tangan laki-laki. Hanya 18 orang anggota DPRD perempuan yang terpilih dari 385 anggota parlemen si seluruh Bali.
“Koalisi perempuan kini optimis dapat meningkatkan perolehan kursi untuk perempuan antara menjadi 10-14 persen pada Pemilu 2009 ini,” ujarnya.
Regulasi tarung bebas dengan suara terbanyak dinilai tantangan untuk berkompetisi secara sportif dengan caleg laki-laki. “Keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan kuota 30 persen perempuan di parlemen awalnya membuat perempuan terhenyak. Terlebih sebagoan caleg perempuan telah kalah start kampanye, kurangnya akses media, serta kekurangan modal,” tambah Riniti yang pernah menjadi anggota KPU Bali ini.
Di publik pun, menurutnya, waktu perempuan hanya 50 persen. “Politisi laki-laki bisa berkampanye saat perempuan sibuk mempersiapkan upacara adat dan hari raya yang sangat padat di masa kampanye ini,” tukasnya.
Menurut survei Bali Sruti, perempuan menghabiskan dana Rp 20-50 juta rupiah untuk kampanye Pemilu kali ini, jauh lebih kecil dari anggaran caleg laki-laki. “Kecil kemungkinan perempuan untuk korupsi. Karena itu kami mengharap pelaksana Pemilu tidak merampok suara perempuan,” ujarnya.
Debat caleg perempuan ini membahas soal kenapa perempuan layak dipilih dan program-program legislasi perempuan di parlemen. Hampir semua kandidat perempuan tampil berbicara, suatu kondisi yang langka ketika Pemilu sebelumnya.
Utami Suryadi, caleg dari Partai Demokrat mengatakan perempuan lebih tertarik pada isu kesejahteraan, sosial, upah buruh, dan hak anak. Sementara laki-laki lebih tertarik isu anggaran, ekonomi, dan persoalan makro lainnya. “Ini membuktikan empati dan kepekaan sosial perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Sayangnya komposisi laki-laki dan perempuan di parlemen sangat timpang,” katanya.
Sedangkan Dewa Ayu Sri Wigunawati, caleg DPR dari Partai Golkar menegaskan keikutsertaan banyak perempuan di Pemilu saat ini bukan hadiah dalam dunia politik. “Saya pernah mencalonkan diri sebagai calon wakil bupati Jembrana. Mengikuti kompetisi yang sama dengan laki-laki. Parlemen bukan tempat belajar bagi perempuan, tapi melakukan perubahan,” ujarnya.
Sementara sejumlah aktivis LSM, pelajar, mahasiswa, dan media yang menjadi penanggap debat mengharapkan jaminan pertanggungjawaban publik dan transparansi. Seperti mempertanggungjawabkan hasil acara study tour anggota DPRD.
Putu Wirata Dwikora dari Bali Coruption Watch (BCW) mengingatkan belum ada program konkrit termasuk dari caleg laki-laki. “Perempuan yang tidak terpilih harus terus bekerja dan melakukan advokasi di luar parlemen,” pintanya.
Caleg perempuan minta pemilih untuk tidak lagi meragukan kapasitas perempuan di parlemen namun mendorong untuk membuat perubahan. “Banyak agenda nasional yang sangat meminggirkan perempuan dan bahkan konsep keragaman seperti produk UU Pornografi. Kita harus fokus pada persoalan itu karena selama ini perempuan tidak punya suara yang cukup untuk melawan poduk legislasi yang diskriminatif,” ungka AA Putri Astrid Kartika, caleg DPR daerah pemilihan Bali.
AA Oka Wisnumurti, dosen dan pengamat politik menyebut masih ada masalah kultural dan struktural dalam kuasa politik. “Mindset bahwa perempuan minoritas dan lemah harus dihilangkan,” katanya.
Selain itu membutuhkan kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan partai politik karena Pemilu 9 April nanti adalah pemilihan partai politik. “Kolaborasi adalah cara yang paling baik untuk memperbaiki kualitas legislatif. Selama ini parlemen sangat elit dan terkesan forum partai politik bukan milik publik,” tambahnya.
Sementara Ketua KPU Bali Lanang Perbhawa mengatakan KPU Bali siap melaksanakan Pemilu baik tahapan dan logistinya pada 9 April ini. “Semua logistik pemilu telah siap 90%, tinggal mericek daftar pemilih tetap selama dua hari ini,” katanya.
Terdapat 5065 caleg dan anggota DPD yang akan memperebutkan 399 kursi, atau hanya 8 persen yang berhasil. Di antaranya 246 caleg perempuan. [b]
Versi Inggris dimuat http://www.thejakartapost.com/news/2009/04/01/women-candidates-vow-grab-10-seats.html