Oleh Anton Muhajir
Meski sudah sebelas tahun tinggal di Denpasar, Bali, saya masih saja sering bingung kalau mencari alamat rumah di Denpasar. Tidak hanya sekali dua kali, tapi seringkali. Lucunya, sebagian besar teman yang lahir, besar, dan memang orang Denpasar pun malah lebih parah pengalamannya soal mencari alamat di Denpasar.
Dari pengalaman sendiri, saya menilai ini karena dua alasan yaitu karena ketidaktahuan sendiri akan alamat tersebut juga karena tidak jelasnya pengaturan alamat di Denpasar. Maklum, berdasarkan data Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar, pada tahun 2003 lalu saja jalan yang ada di Denpasar keseluruhan panjangnya 511,127 Km. Jadi tidak mungkin kita bisa mengingat tiap nama jalan di Denpasar. Tapi kalau pengaturannya jelas, menurut saya, sebenarnya tidak terlalu susah.
Secara umum kondisi jalan di Denpasar memang makin tidak beraturan saat ini meski sebenarnya sudah ada aturan soal itu. Penamaan jalan di Denpasar sudah dibuat agar teratur. Misalnya nama pahlawan nasional untuk jalan utama seperti jalan Soedirman, jalan By Pass Ngurah Rai, jalan Gajah Mada, dan seterusnya. Nama-nama jalan ini menyebar di berbagai tempat.
Namun ada pula nama pahlawan atau pejuang yang digunakan di kawasan tertentu. Biasanya sih ini di kawasan Sanglah seperti jalan Serma Made Pil, jalan Serma Jodog, jalan Dr Goris, dan seterusnya. Nama-nama jalan ini ada di sekitar kampus Universitas Udayana (Unud) di Denpasar. Bahkan nama mantang gubernur Bali IB Oka yang juga pernah menjabat sebagai rektor Unud pun ada di sekitar sini.
Penamaan lain nama jalan adalah berdasarkan nama gunung, bunga, buah, bukit, sungai (tukad dalam bahasa Bali), dan seterusnya. Tiap kategori ini ada di daerah tertentu. Nama bunga ada di daerah Denpasar Timur, nama sungai ada di Denpasar Selatan, nama gunung dan pulau ada di Denpasar Barat, dan nama kerajaan ada di Denpasar Utara.
Jadi mudahnya begini. Kalau mencari nama jalan Tukad Pakerisan, misalnya, maka jalan ini pasti ada di Denpasar Selatan. Jalan Pulau Ambon pasti ada di Denpasar Barat. Jalan Kamboja pasti masuk Denpasar Timur. Jalan Singasari pasti ada di Denpasar Utara. Ini sedikit memudahkan pencarian. Kalau cari jalan Gunung Agung ya jangan ke Denpasar Selatan. Pasti tidak ketemu. Sebab nama jalan yang menggunakan nama gunung ada di Denpasar Barat terutama kawasan Monang Maning dan sekitarnya.
Masalahnya adalah penamaan jalan ini pun kadang tidak jelas antara jalan dan gang. Ada jalan yang disebut sebagai gang meski lebih lebar dibanding jalan yang lebih pas disebut sebagai gang. Pengalaman terakhir seperti ini adalah ketika saya mencari alamat teman di jalan Tukad Yeh Aya Denpasar Selatan. Alamatnya di Jl Tukad Yeh Aya IX Gang 18A nomor sekian. Cari Jalan Tukad Yeh Aya sih tidak susah. Tapi ketika cari gang, saya mulai mendapat masalah. Sebab nama gang di jalan ini tidak kompak.
Logikanya, kalau memang ada gang IX, berarti kan harusnya semua gang di situ ya pakai urutan angka I, II, dst. Lha ini tidak. Ternyata gang kecil di sini pun bisa jadi nama jalan, bukan lagi gang. Misalnya Tukad Sungi, Tukad Badung, dan seterusnya. Anehnya, gang IX itu ternyata lebarnya sama dengan yang disebut sebagai jalan. Walhasil, saya pun bingung.
Tapi lebih bingung lagi ketika mencari gang di dalam gang. Saya harus cari Gang I8A di dalam gang IX itu tadi. Parahnya lagi urutan nama di sini tidak jelas. Nama-nama gang di kanan dari bagian depan itu pake huruf A, B, dst. Padahal gangnya si Arie itu 18A. Maka, setelah sampai ujung saya cari, tidak ketemu juga gang ini.
Kadang-kadang ada pula jalan satu jalur namun punya dua nama. Contohnya di jalan Drupadi Gang II. Ternyata jalan ini pun disebut jalan Dewi Madri Gang II. Padahal ya ini satu jalur. Jadinya susah sebab meski rumah sebelahan persis ternyata satunya masuk jalan Drupadi, satunya masuk jalan Dewi Madri.
Hal lain yang menyusahkan adalah kalau kita mencari nama jalan di kawasan baru. Ini banyak sekali di Denpasar. Jalan secara fisik juga aneh karena masuk gang dulu lalu ternyata di dalamnya ada jalan sangat lebar. Misalnya di sekitar rumah saya di jalan Subak Dalem Denpasar Utara. Kalau diikuti terus jalan ini ternyata ketemu dengan jalan Nangka Permai yang entah dari mana kaden bisa mendapat nama jalan meski lebarnya hampir sama dengan pematang sawah.
Penamaan jalan pun bagi saya kadang-kadang tidak mengikut aturan yang sudah ada. Asumsi saya sih penamaan jalan-jalan baru ini ya suka-suka mereka yang tinggal di sana pertama kali dan memberinya nama jalan. Contoh paling jelas adalah nama jalan Marlboro. Pemberian nama jalan ini, sangat mungkin karena di pojok masuk jalan ini yang berupa perempatan Teuku Umar dan Imam Bonjol, ada baliho besar yang saat itu berisi iklan rokok Marlboro.
Maka orang-orang yang tinggal di sepanjang jalan ini pun menyebut jalan ini dengan nama Marlboro. Ini bisa dilihat dari papan nama di toko atau rumah warga setempat.
Baru sekitar setahun lalu ada papan nama jalan Teukur Umar Barat sebagai nama resmi jalan Marlboro. Toh, bagi sebagian besar orang, nama jalan Marlboro lebih familiar dibanding jalan Teukur Umar Barat.
Karena itulah, salah satu yang bisa jadi jalan keluar memang perlunya tata ruang yang jelas dan pengaturan pembangunan kawasan baru. Agar tiap orang tidak dengan seenaknya membuat nama jalan baru yang bukannya membantu tapi malah membingungkan.
saya pernah mendapatkan masalah karena penamaan jalan seperti ini. saat ini lokasi saya tinggalpun berubah namanya.
nah ini yang menjadi masalah sewaktu mengurus administrasi di operator Telekomunikasi. mereka meminta saya agar membawa surat rekomendasi dari pihak banjar yang menyatakan memang benar bahwa jln tersebut berubah namanya.
ternyata tidak cukup dengan formulir belasan lembar yang mereka berikan.
solusi terbaik : saya membatalkan niat berlangganan di operator tersebut saat itu juga.
Tul, bos. Di belakang rumah mustinya jalan ciung wanara III tapi penduduknya memproklamirkan dirinya warga jalan tukad ayung. Juga penomoran rumah terutama di kawasan renon dan panjer belum urut alias tak beraturan.
Saya sampai pegal berkeliling mencari Jl. Tangkuban Perahu No. 108. Ada 3 ruas jalan (Gunung) Tangkuban Perahu, namun tak satu pun bangunan bernomor 108.