I Gede Merta Yoga, sosok pemuda kelahiran Gobleg, Singaraja, 26 tahun silam adalah otak dibalik penemuan sebuah aplikasi berbasis Android yang bernama Fish Go. Fish Go diketahui sebagai aplikasi yang membantu nelayan tradisional saat melaut yang dapat diakses menggunakan telepon genggam atau hp.
Fish Go membantu nelayan untuk mengetahui dimana saja lokasi dengan jumlah ikan yang banyak. Uniknya lagi, nelayan bisa mengetahui lokasi-lokasi ikan tersebut saat berada di rumahnya atau saat sebelum melaut.
Yoga, begitu ia disapa, merupakan lulusan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana (UNUD), Bali. Dengan pengetahuannya di bidang kelautan, ia mengembangkan aplikasi Fish Go ini dibantu oleh sembilan orang temannya.
Keresahan seorang Yoga terhadap nasib nelayan tradisional
Yoga mengungkapkan kalau sebelum pembuatan aplikasi Fish Go ini, ia memiliki keresahan. Keresahan ini timbul semasa ia kuliah dimana saat itu ia bersama teman-temannya di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan melakukan riset terhadap masyarakat di pesisir.
“Saat itu, kami mendapatkan hasil riset lapangan di Pantai Kelan, Kedonganan, dan Seraya, dimana 25 persen masyarakat miskin berasal dari kalangan nelayan. Dalam riset itu juga, kami menemukan penyebab terjadi kesenjangan ini yaitu tidak menentunya hasil tangkapan para nelayan tradisional ini,” ungkap Yoga saat dihubungi melalui saluran telepon, Selasa (26/4/2022).
Dengan melihat hasil riset tersebut, ia dan teman-temannya memiliki keinginan untuk membantu para nelayan tradisional tersebut memiliki taraf hidup yang lebih baik dari sebelumnya. “Dari segi keilmuan yang kami miliki saat itu, kami berusaha untuk mencari hal apa yang bisa kami gunakan untuk membantu para nelayan,” imbuh CEO dan Founder Fish Go ini.
Terinspirasi dari Game Pokemon Go
Siapa sangka, sebuah game bernama Pokemon Go yang sempat populer di tahun 2015 menjadi inspirasi Yoga dan teman-temannya untuk membuat aplikasi Fish Go. “Nama Fish Go saya ambil dari nama game Pokemon Go. Saat itu saya melihat, kalau dalam game Pokemon Go saja bisa mengetahui dimana letak atau posisi-posisi pokemon yang akan kita tangkap, harusnya bisa membuat aplikasi yang mengetahui posisi dimana ikan berada. Sepertinya keren kalau diganti dengan ikan,” tandas pria yang gemar bermain musik ini.
Setelah mendapatkan ide dari game tersebut, Yoga bersama teman-temannya berdiskusi untuk menentukan teknologi apa yang cocok digunakan dalam penerapannya. Akhirnya mereka mereka memutuskan untuk menggunakan teknologi yang bernama remote sensing atau disebut juga sebagai teknologi penginderaan jarak jauh,” sebut Yoga.
Menurut Yoga, teknologi remote sensing ini bisa digunakan untuk pemetaan suatu habitat ikan dan lokasi mereka mencari makan.
Berawal dari karya tulis sebelum dibuat aplikasi
Sebelum Fish Go menjadi sebuah aplikasi berbasis android, konsep hasil pemikiran Yoga dan kawan-kawan ini dituangkan dalam bentuk karya tulis. Karya tulis ini kemudian diikutkan dalam berbagai lomba. Dari beberapa lomba tersebut, Yoga dan kawan-kawan berhasil menjadi pemenang, dimana salah satunya sebagai pemenang di Inovasi Festival (INOFEST) Kabupaten Badung tahun 2017 yang diadakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kabupaten Badung.
Saat itu, karya tulisnya mendapatkan penghargaan berupa sejumlah dana yang kemudian digunakan untuk pengembangan penerapan aplikasi yang dibuat dari karya tulisnya. Tahun 2017, aplikasi Fish Go mulai dibuat dengan bantuan beberapa temannya sebagai apps developer.
“Karena latar belakang keilmuan saya tidak dalam bidang IT, saya mengajak beberapa teman saya sebagai pengembang aplikasi Fish Go ini. Dengan dana yang didapat dari hadiah memenangkan perlombaan yang pernah kami ikuti, tahun 2017 aplikasi Fish Go sudah jadi dalam bentuk mockup dan prototipe,” tutur pria yang kini sebagai pegawai di Puspem Badung ini.
Lebih lanjut, Yoga mengatakan pada tahun 2018 ia mendapat kesempatan untuk bergabung dalam sebuah akademi yang diadakan oleh salah satu operator seluler dan ia mendapatkan sejumlah dana, yang kemudian digunakan untuk menyelesaikan aplikasi Fish Go.
“Tahun 2018, aplikasi Fish Go sudah selesai dibuat dalam tahap awal yang sudah bisa digunakan atau diujicoba ke nelayan,” ungkap Yoga.
Keuntungan yang dirasakan nelayan setelah menggunakan Fish Go
Seperti diketahui sebelumnya, aplikasi Fish Go ini memiliki beberapa fitur yang akan membantu para nelayan untuk menangkap ikan. Fitur-fitur itu seperti informasi cuaca, pasang surut air laut, dan tentunya informasi lokasi harian daerah potensial untuk tempat penangkapan ikan, dimana aplikasi ini bisa mendeteksi 4 jenis ikan seperti ikan lemuru, tongkol, kenyar, dan layur.
Menurut Yoga, setelah nelayan menggunakan aplikasi ini, ia kemudian mengumpulkan beberapa data laporan dari nelayan yaitu perbandingan hasil tangkapan sebelum dan sesudah menggunakan aplikasi ini. “Melihat data statistik tersebut, kami kemudian menghitung hasil tangkapan dimana setelah menggunakan aplikasi ini, hasil tangkapan mengalami peningkatan kurang lebih sekitar 60 persen dalam satu kali trip atau perjalanan,” ungkap pria yang saat ini sedang melanjutkan kuliah S2-nya di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Lebih lanjut ia menyebutkan selain hasil tangkapan, dengan apilkasi ini ternyata mampu menjadikan nelayan menjadi lebih irit bahan bakar saat menangkap ikan sekitar 30 persen. Hal ini, karena mereka bisa dengan lebih mudah untuk menentukan tempat menangkap ikan karena sudah dipandu oleh aplikasi Fish Go.
“Para nelayan ini tidak perlu lagi harus berkeliling di laut untuk mencari lokasi untuk menangkap ikan. Dengan aplikasi ini, nelayan menjadi lebih memiliki perencanaan untuk menentukan rute menangkap ikan sehingga akan memerlukan waktu yang lebih singkat dan otomatis menjadi lebih irit dalam penggunaan bahan bakar,” ungkap Yoga yang pernah menerima apresiasi bidang teknologi dalam Satu Indonesia Award 2020.
Penguasaan teknologi para nelayan menjadi hambatan dalam penerapannya
Menurut penuturan Yoga, saat ini hampir sebagian besar nelayan tradisional dapat dikatakan ‘gagap teknologi’ atau gaptek. Informasi ini ia dapatkan, karena ia sering bertemu dan berkomunikasi dengan para nelayan saat kuliah di UNUD.
Ini juga yang menjadi salah satu hambatan terbesarnya saat menerapkan penggunaan aplikasi Fish Go kepada para nelayan tradisional.
“Saat saya mengajak nelayan untuk menggunakan aplikasi ini, rata-rata diawal, mereka menolak untuk menggunakan aplikasi ini. Mereka tidak percaya kalau hanya dari hp bisa membantu dan mengetahui posisi dimana terdapat ikan dengan jumlah yang banyak. Selain itu, menurut nelayan saat itu, menggunakan hp dalam pencarian ikan ini mereka katakan lebih ribet walaupun saat itu mereka belum pernah mencobanya,” kenang Yoga.
Membujuk nelayan dengan menawarkan penggantian ongkos bahan bakar dan sewa kapal
Namun Yoga dan kawan-kawannya dari Fish Go saat itu tidak patah semangat. Mereka tetap dengan tekun mencoba mengajak para nelayan untuk mencoba menggunakan aplikasi ini.
“Saat itu kami bahkan sampai menawarkan penggantian biaya bahan bakar dan ongkos kapal, jika sampai nelayan tidak mendapatkan hasil tangkapan. Namun jika berhasil mendapatkan hasil yang banyak, kami hanya meminta nelayan tersebut mengajak rekan-rekan mereka sesama nelayan untuk mencoba menggunakan aplikasi ini,” tandas Yoga.
Strategi ini ia akui membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Lambat laun nelayan mulai percaya terhadap penggunaan teknologi dari aplikasi ini untuk memprediksi lokasi ikan berada. Selain itu untuk meningkatkan penggunaan aplikasi oleh nelayan, ia lebih sering untuk mengadakan pelatihan-pelatihan kepada nelayan-nelayan mengenai cara penggunaan, fitur-fitur yang dimiliki, dan keuntungan dari pemakaian aplikasi ini.
“Syukurnya kami sangat dibantu oleh Pemerintah Kabupaten Badung dalam sosialisasi ini, sehingga walaupun belum mayoritas nelayan tradisional di Bali menggunakan aplikasi ini, namun sudah mengalami peningkatan yang signifikan dilihat dari segi penggunaan oleh para nelayan,” tegas Yoga.
Harapan Yoga untuk pengembangan aplikasi
Aplikasi Fish Go saat ini sudah digunakan oleh nelayan dari Kabupaten Badung dan Seraya, Karangasem. Penerapan aplikasi ini masih terbatas pada kedua daerah tersebut karena penentuan titik-titik penangkapan ikan belum bisa menjangkau seluruh perairan di Bali.
Sebagai penggagas aplikasi ini, tentunya Yoga memiliki impian dan harapan agar aplikasi ini bisa digunakan untuk membantu lebih banyak nelayan lagi, sehingga mereka bisa mendapatkan hasil tangkapan ikan yang lebih maksimal dengan penggunaan bahan bakar yang lebih irit.
“Untuk pengembangan ini memang membutuhkan biaya yang lebih besar lagi kedepannya. Saat ini saya sudah sangat bersyukur ada beberapa pihak yang sudah membantu operasional dari aplikasi ini seperti dari ITB tempat saya menuntut ilmu saat ini, dan Pemerintah Kabupaten Badung yang mendukung sepenuhnya aplikasi ini. Saya berharap bisa mengembangkan aplikasi ini dan tidak dipungkiri, saya memiliki angan-angan untuk bisa mengkomersialkan aplikasi ini, sehingga nantinya bisa membantu nelayan tidak hanya di Bali namun juga di luar Bali,” ungkap Yoga penuh harap.
Apa yang dilakukan Yoga ini membuktikan anak muda Bali memiliki inovasi dalam bidang teknologi yang tidak kalah dengan daerah lainnya. Ia juga menunjukkan kalau anak muda di Bali juga bisa memberikan sesuatu yang berharga bagi daerahnya, khususnya bagi nelayan tradisional seperti yang ia lakukan saat ini.
“Saya yakin bahwa keinginan untuk berbagi kepada masyarakat dengan tulus dan iklas pasti akan ada jalannya. Anak muda Indonesia khususnya di Bali punya potensi, kreativitas, dan keunggulannya masih-masing. Namun masih sangat sedikit dari mereka yang berani memulai membuat sesuatu yang baru yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak,” ujar Yoga menutup perbincangan sembari mengajak anak muda-anak muda Bali untuk bisa menunjukkan kreativitasnya demi kemajuan Bali kedepannya.
Semangat Bli Yoga, semoga apa yang menjadi angan-angan dan cita-citanya bisa tercapai demi untuk meningkatkan taraf hidup para nelayan tradisional di Bali bahkan di Nusantara ini.
Iya,tp aplikassi pakai mendAftR segala tp sulit jg dlm mendaftar