
Tak seperti banjir-banjir sebelumnya di Bali, banjir hebat dan hampir merata di seluruh kecamatan Kota Denpasar serta beberapa kabupaten memicu kampanye publik di media sosial. Sejumlah postingan yang mudah disebar menyatakan bahwa ini bukan bencana alam biasa, namun ini dampak dari kebijakan politik pengelolaan tata ruang yang buruk, alih fungsi lahan, hilangnya daerah resapan. Intinya jangan menyalahkan hujan semata.

Pernyataan itu masuk akal, karena banyak kawasan yang tidak pernah banjir besar kini terendam. Misalnya kawasan Kertalangu, Siulan, Penamparan, dan Tohpati. Saluran irigasi penuh sedimentasi dan sampah. Persawahan yang bisa menjadi penampung air jadi tempat latihan golf. Sempadan sungai hilang sehingga puluhan rumah rubuh saat sungai meluap. Ini terlihat di pinggiran Sungai Tukad Badung dari utara sampai selatan.
Pusat kota Denpasar yakni kawasan heritage Jl Gajah Mada, Sulawesi, Hasanudin, dan sekitarnya terendam sampai masuk ke rumah warga di gang-gang kecil. Tukad Badung meluap dengan hebat, menenggelamkan basement pasar, menyapu kios pedagang pasar, pertokoan tekstil, perabotan, dan lainnya yang tertutup rapat dengan pintu besi atau baja. Setelah banjir reda, menyisakan lumpur tebal dari sedimentasi sungai.
Tukad Korea yang biasanya gemerlap dengan lampu warna-warni kini porak poranda. Hari Raya Pagerwesi yang harusnya membawa wangi semerbak dupa kini sebaliknya, bau sampah dan kotoran. Tumpukan sampah nyangkut di bawah jembatan didominasi kayu, styrofoam, dan plastik. Sementara di bagian selatan sungai, permukaan sungai makin berwarna dengan gulungan kain akibat sejumlah toko tekstil yang ambrol.
Wajah-wajah kuyu para pedagang dan warga yang rumahnya terendam tak bisa ditutupi. Barangnya penuh lumpur dan sebagian rusak. Proses pembersihan lumpur dan evakuasi barang tersendat karena kawasan ini macet pada siang sampai malam hari.

Tak hanya Kota Denpasar yang berlumpur, juga kawasan wisata seperti Seminyak, Legian, areal Bypass Ngurah Rai, Sunset Road, dan sekitarnya. Tim penyelamat menggunakan perahu karet untuk turis yang hendak ke bandara atau bepergian. Sementara data-data kerusakan dari sejumlah kabupaten belum dipublikasikan.
Data BPBD Bali menyebut sedikitnya 9 warga meninggal sampai Rabu sore, sementara 6 orang masih dilaporkan hilang diduga hanyut. Sejumlah poster warga yang hilang tersebar di media sosial. Ada 3 orang warga Mengwitani dan 2 orang penghuni toko tekstil Jl sulawesi.
Pemerintah Provinsi Bali bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelar rapat koordinasi (rakor) pengendalian bencana banjir di Gedung Kertha Sabha, Jayasabha, Denpasar, Rabu (10/9) malam. Rakor dihadiri Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Gubernur Bali Wayan Koster, Pangdam IX/Udayana Mayjen Piek Budiyanto, Danrem 163/Wirasatya, Bupati Badung, Bupati Gianyar, serta Wali Kota Denpasar.
“Terima kasih atas perhatian pemerintah pusat. Agar persoalan ini bisa segera clear, mengingat Bali merupakan kawasan wisata dunia. Jangan sampai mengganggu dinamika pemulihan pariwisata pasca pandemi,” ujarnya dikutip dari siaran pers.
Gubernur Koster menjelaskan Menurut laporan BPBD Bali, banjir terjadi di 123 titik, dengan rincian 81 titik di Denpasar, 14 di Gianyar, 4 di Karangasem, serta beberapa titik di Jembrana dan Badung. Sementara longsor terjadi di 18 titik tersebar di Gianyar (5), Karangasem (12), dan Badung (1).
Siaran pers menyebut 16 titik bangunan jebol, 2 di Gianyar, 2 di Badung, 11 di Karangasem, dan 1 di Denpasar. Potensi kerugian material terbesar tercatat di Pasar Kumbasari dan Jalan Sulawesi, Denpasar dengan perkiraan kerugian mencapai lebih dari Rp4 miliar. Sejumlah kios, los, hingga ruko roboh, sementara peralatan pedagang hanyut dan rusak.
Data di atas tidak akurat jika dibandingkan dengan di lapangan, misal bangunan jebol di Denpasar bisa puluhan karena di sekitar Tukad Badung saja terlihat ada belasan rumah ambrol. Belum lagi rumah-rumah yang rusak parah.
Hingga Rabu malam, korban jiwa tercatat 9 orang meninggal dunia. BPBD juga masih melakukan pencarian terhadap enam orang yang dilaporkan hilang. Selain itu, sebanyak 240 orang mengungsi di sejumlah titik di Denpasar, seperti Banjar Tohpati, Kesambi, Gedung NU, dan SD Pemecutan Kelod.
Danrem 163/Wirasatya Brigjen TNI Ida I Dewa Agung Hadisaputra menyebut di area Pasar Badung terdapat 50-70 kendaraan yang masih terjebak di basement dengan ketinggian air mencapai delapan meter. “Kami menyiapkan kendaraan khusus untuk menarik mobil-mobil tersebut, sekaligus kerahkan empat Satuan Setara Kompi untuk pembersihan di Pasar Kumbasari, Pasar Badung, dan Jalan Pulau Demak,” imbuhnya.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengatakan logistik awal berupa pompa dan genset sudah kami serahkan. “Itu langsung kami hibahkan untuk percepatan penyedotan air,” katanya.
Suharyanto juga menyoroti fenomena cuaca ekstrem yang jarang terjadi di Bali. “Kenapa sekarang besar sekali? Curah hujannya sangat tinggi Karena ada fenomena atmosfer berbeda dari biasanya, termasuk gelombang equatorial Rossby dan Kelvin. Kami sudah berkonsultasi dengan BMKG bahwa gelombang ini sudah tidak ada di Bali dan mengarah ke barat,” jelasnya.
Banjir ini kini dinyatakan status darurat bencana untuk memudahkan administrasi penyaluran bantuan. Pertanyaan yang harus dijawab pemerintah pasca banjir adalah infrastruktur apa yang harus dibenahi, ada apa dengan saluran irigasi, bagaimana menambah ruang terbuka hijau sebagai resapan, dan pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.
