• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Friday, May 23, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Bagi Mereka, Kami adalah Mangsa

Anton Muhajir by Anton Muhajir
20 July 2010
in Kabar Baru, Opini, Sosial
0 0
0

Teks dan Foto Anton Muhajir

Laki-laki itu mengejar seperti mau menerkam kami.

Dia berlari di samping motor saya menjelang masuk pintu gerbang terminal Ubung, Denpasar sore tadi. Saya di atas sepeda motor dengan anak dan Udin, keluarga dari Jakarta yang mau ke Malang, di belakang.

Laki-laki itu berteriak, “Ayo, Mas. Suroboyo, Suroboyo.” Dia terus mengejar kami sampai tempat parkir.

Di tempat parkir terminal, belasan laki-laki lain kemudian ikut mengepung kami yang masih di atas motor. Kami sampai susah turun dari motor. Mereka menawarkan hal yang sama, tiket bis.

Kalau cuma tiket sih tidak masalah. Lha, ini mereka menawarkan dengan sikap yang beringas, menurut saya. Mereka tanya ke mana tujuan kami sore itu: Surabaya apa Malang? Kami jawab ke Malang.

Namun, jawaban kami justru membuat mereka semakin beringas. Tak hanya menawarkan tiket, mereka juga menarik-narik kami. Mereka memberikan tiket pada anak saya selain juga menarik baju Udin. Di antara mereka sendiri saling rebut. Kami serasa daging empuk yang dilempar ke kandang singa: jadi rebutan!

Para calo tiket itu memang seperti singa. Mereka menganggap tiap penumpang seperti kami ini adalah mangsa. Konsumen? Maaf. Itu tidak ada dalam kamus mereka.

Maka, tiap calon penumpang pun diseret-seret, ditarik-tarik, seperti halnya pengalaman kami sore tadi.

Suasana seperti ini hampir selalu kami temui tiap kali mau naik bis antarkota dari Terminal Ubung, terminal terbesar di Bali. Entah berapa kali saya mengalami. Kalau melawan, mereka akan lebih beringas. Seorang teman malah pernah dipukul salah satu calo tiket ini gara-gara dia mencoba berteriak menolak.

Kali ini pun begitu. Para calo itu tak menawarkan tiket. Mereka memaksa kami sambil teriak-teriak seperti membentak. Kalau sudah begini, pasrah saja. Kami tak punya cukup nyali untuk melawan.

Setelah saling tarik menarik, satu per satu calo tiket itu pun meninggalkan kami. Tinggal tiga orang yang sepertinya dari satu kelompok. Mulut mereka bau arak. Mata mereka merah. Satu di antara mereka yang berpakaian loreng ala tentara celana, kaos, plus sikap kasar, membawa kami ke salah satu bis. Itulah bis yang HARUS kami pilih. Kalau tidak, orang-orang itu sepertinya siap menerkam kami.

Terminal Ubung, bagik saya memang menakutkan urusan tiket ini. Kondisi yang sama pernah saya alami dua kali di terminal di Semarang. Kalau di Bungurasih, Surabaya yang terkenal paling ganas pun saya tak seganas di Ubung.

Memang pernah ada saat di mana suasananya lebih bersahabat di Terminal Ubung. Ada banyak petugas yang mengawasi biar calo tiket tak sembarangan memaksa calon penumpang. Tapi, itu hanya sebentar.

Buktinya, kali ini saya mengalaminya lagi, dikepung para calo tiket. Ironisnya, di pintu masuk itu dua petugas sedang duduk-duduk. Jelas saja mereka melihat kejadian tersebut. Tapi, tak satu pun petugas itu yang melerai.

Salah satu petugas berseragam Dinas Perhubungan itu baru mendekat ketika kami melewati loket masuk terminal. Tapi, bukannya melerai para calo tiket sialan itu, petugas yang seharusnya melindungi itu malah melakukan hal yang sudah saya duga, minta duit retribusi masuk terminal! [b]

Tags: DenpasarOpiniSosialTerminal Ubung
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Anton Muhajir

Anton Muhajir

Jurnalis lepas, blogger, editor, dan nyambi tukang kompor. Menulis lepas di media arus utama ataupun media komunitas sambil sesekali terlibat dalam literasi media dan gerakan hak-hak digital.

Related Posts

Melihat Hukum dari Lubang Toilet

Melihat Hukum dari Lubang Toilet

19 May 2025
Kesetaraan Perempuan Bali ala Banjar Kekeran

Menjadi Perempuan Versiku

8 May 2025
Duta Budaya atau Duta Kapitalisme? Mengkritik Beauty Pageant di Bali di Tengah Overtourism

Duta Budaya atau Duta Kapitalisme? Mengkritik Beauty Pageant di Bali di Tengah Overtourism

27 April 2025
matan AI

Dusta Ajeg Bali

11 February 2025
Kembalikan Sanur yang Dulu

Kembalikan Sanur yang Dulu

24 July 2024

Mau ke Mana Bali?

11 July 2024
Next Post

Pedas Ganda Warung Ibu Andika

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Benarkah Gelombang PHK Tak Menyentuh Media Massa Bali?

23 May 2025
Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap

Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap

23 May 2025
Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

22 May 2025
Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

21 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia