• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
BaleBengong
Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Mendalam
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Mendalam
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Ayam di Bali, dari Aduan hingga Persembahan

Astarini Ditha by Astarini Ditha
16 October 2019
in Berita Utama, Budaya
0

Ada yang menganggap keramat, banyak pula yang mengadunya hingga tamat.

Kebun itu luasnya tak seberapa. Persis berada di seberang jalan, sebelum Pura Dalem Gunung Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Badung. Klangsah, anyaman kelabang yang terbuat dari daun kelapa tua, memagari kebun sekaligus menjadi atap peneduh beberapa bilik.

Sekitar 20 ayam dalam kurungan, dijajarkan rapi di depan pintu masuk. Di sebelahnya, berdiri papan memajang potret-potret lelaki berdestar, berambut gondrong memegang ayam.

Pelestarian Ayam Bali Exhibition, kata-kata itu begitu jelas terpampang. Lelaki dalam potret itu, Apung namanya.

Apung, lahir di tanah Bali, sejak kecil sudah memiliki kecintaan terhadap alam khususnya ayam. Awalan isi buklet itu, saya baca sepintas.

Kemudian menjadi amat menarik karena kalimat berikutnya: “Mulai tahun 1993, Apung berekseperimen dengan pembiakan, menghadirkan isi naskah lontar menjadi bentuk ayam yang layak seutuhnya menjadi persembahan di berbagai upacara adat sesuai dengan kitab.”

“Bagi masyarakat Hindu, ayam adalah representasi dari tiga tingkatan eksistensi manusia: etis, estetis dan religius. Karenanya ayam lazim digunakan dalam upacara keagaman sebagai bentuk dari harmonisasi hubungan vertikal manusia dengan Sang Hyang Widhi Wasa.”

“Beda upacara, beda pula ayam yang harus dihadirkan. Begiu pula beda daerah, beda pula dengan tradisinya walaupun sama-sama di tanah Bali”.

Begitu isi buklet itu dengan sedikit pemenggalan alinea biar lebih enak dibaca.

View this post on Instagram

"I cannot just stand here. I have to do something to make sure that they are here to stay, with us the Balinese people. This is my path to nirvana." . Apung, 2017

A post shared by Apung Thanks to Bali (@apungthankstobali) on Feb 4, 2018 at 10:23pm PST

Ayam Ganteng

Di satu kesempatan, Pak Apung lalu bercerita di antara ayam-ayam kesayangannya. Semenjak kelas 4 SD ia sudah menyukai ayam. Baginya ayam itu adalah seni yang indah.

Ayam yang ganteng, ia jaga supaya tidak dipotong. Dia senang melihat bulunya, bentuknya, semisal tanpa ekor – sangkur namanya, bentuk jambul, kuncir, kaki dan sebagainya.

Budidaya ayam Bali telah ia rintis sejak tahun 1993. Ia mendapat filosofi besar dari orang-orang yang datang ke rumahnya. Yang memberi identifikasi tentang jenis ayam- ayam tertentu untuk upacara.

“Begini, kalau ayam itu berhasil saya ternak ada orang cari ke rumah ternyata ayam itu layak untuk dipakai upacara,” katanya.

“Untuk mencross-checknya, saya mencari buku-buku dan bertanya dengan sulinggih-sulinggih. Kalau sulinggih, Wrespati Kalpa, kalau bebotoh, Pengayam-ayam,” tambahnya lagi.

Ia baca naskahnya berkali-kali. Membayangkan bentuknya lalu berusaha mengembangbiakkannya. Bertanya-tanya ke kampung-kampung, lalu mengawinkannya di rumah. “Saya bayangkan. Ayamnya tidak ada di gambar,” ceritanya.

Betul saja, lontar pengayam-ayam yang ia sebutkan memuat 43 jenis ayam dengan sekian ciri keutamaan, hari baik, arah dan seterusnya. Sedangkan Wrespati Kalpa, memuat perihal jenis ayam-ayam tertentu sebagai kelengkapan upacara meruwat atau mebayuh.

Untuk Mengharmoniskan

Seorang pendeta yang hadir, Ida Ratu Peranda Ishana Manuaba, menjelaskan tentang fungsi ayam dalam ritual keagamaan hindu di Bali. Dalam penjelasannya, fungsi ayam dalam agama hindu paling banyak digunakan pada caru, yadnya caru bhuta yadnya.

Beliau menjelaskan, caru itu asal katanya dari car yang artinya harmonis. Kita mengharmoniskan energi mikrokosmos yang ada di dalam diri kita dengan energi alam semesta, makrokosmos, dengan sarana ayam yang disebut dengan caru.

“Kenapa pakai ayam? karena ayam punya energi, kreatifitas dan etos kerja yang baik,” dalam sebuah video dokumenter yang diputar disana, beliau menjelaskan.

Video pendek berjudul The Chosen Rooster juga turut diputar. Ada tiga sulinggah yang menjadi narasumber. Selain Ida Ratu Peranda Ishana Manuaba, ada juga Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda. Beliau menjelaskan bahwa bagi masyarakat Bali, ayam adalah kebutuhan yang sama sekali tidak bisa dikesampingkan.

Segala ritual di Bali pasti memakai ayam dengan berbagai warna bulu, warna kaki dan banyak sekali warna-warna spesifik untuk upacara.

Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Ananda juga turut menjelaskan kaitan ayam dengan sistem religi bagi umat Hindu di Bali. Ayam hampir tak pernah absen dalam setiap upacara.

Menurut Mpu Jaya Acharya, dalam klasifikasi tentang karakter dari binatang ada tiga pembagian: klaster wise (kebijaksanaan; satyam), klaster enerjik – rajasik, klaster pemalas. Ayam masuk dalam klaster enerjik.

“Kehadiran ayam dalam bentuk ritual di bali itu adalah bagaimana membangun kreatifitas dan dinamiasasi. Karena ayam itu kreatif,” jelasnya.

Ayam Keramat

Video The Chosen Roster adalah bentuk kerja sama Apung Thanks To Bali dengan Cinemawithoutwall. Videonya sendiri bisa ditonton di Youtube.

Di eksibisi Pelestarian Ayam Bali Apung Thanks To Bali itu, Pak Apung turut mengajak karibnya dan mereka yang ia temukan dalam perjalanan preservasi ini. Ada Mangku Gede Sandi yang datang dari Celukan Bawang, Gerokgak, Buleleng. Mereka bertemu di Pasar Hewan Beringkit ketika Pak Apung membeli ayamnya.

Ada juga Ibu Kadek Sasmitara dari desa Dawan Klungkung yang piawai membuat Tali Kupas dari Gedebong, pelepah batang pisang kering. Juga ada kakek berusia 68 tahun dari Dawan yang piawai membuat tas ayam kisa dari daun kelapa tua.

Apung mengundang teman-temannya dari delapan kabupaten untuk ia titipi ayam-ayamnya dan kemudian dibudidayakan lagi.

Ayam Bali adalah ayam yang keramat. Disebutkan dalam literatur-literatur kuno, yang fungsinya sama pentingnya dengan sarana-sarana persembahan lain yang mengantarkan pada satu tujuan. Bila tujuan itu mulia, tak ada usaha yang sia-sia.

Dalam laman Instagram yang bernama apungthankstobali, tertulis: I cannot stand here. I have to do something to make sure that they are here to stay, with us Balinese People. This is my path to nirvana.

Bagi Pak Apung, ini adalah jalannya. [b]

Share this:

  • Twitter
  • Facebook
Tags: Ayam BaliBaliBudaya
Share62TweetSendSend
Astarini Ditha

Astarini Ditha

Related Posts

SMK Penerbangan Cakra Nusantara Ikuti Program Kepala Sekolah CEO

SMK Penerbangan Cakra Nusantara Ikuti Program Kepala Sekolah CEO

31 December 2020
melukat di bali

Tempat Melukat untuk Menyambut Tahun Baru

25 December 2020
Menikmati Tradisi Unik Nusantara di Plataran Canggu

Menikmati Tradisi Unik Nusantara di Plataran Canggu

4 December 2020
“Slaves of Objects” Candu Kebendaan dari WD

Bisakah Mewujudkan Wacana Bali sebagai Pusat Kesehatan RI?

3 December 2020
Menggunakan Kesenian untuk Mengatasi Krisis Lingkungan

Menggunakan Kesenian untuk Mengatasi Krisis Lingkungan

1 December 2020
Belajar Kembali Jurnalisme Bersama Warga Desa

Belajar Kembali Jurnalisme Bersama Warga Desa

7 November 2020
Next Post
cerita anak bali

Hentikan Kekerasan Digital Pada Anak demi Status Sosial

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

AJW 2020
  • Terpopuler
  • Komentar
  • Terbaru
Berhitung Angka Dalam Bahasa Bali

Berhitung Angka Dalam Bahasa Bali

5 June 2013
Mendayung Generasi Nyegara Gunung

Lirik Lagu Anak-Anak (Gending Rare) Daerah Bali

12 October 2010
Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

4 June 2012
Begini Lho Cara Minum Wine yang Benar

Begini Lho Cara Minum Wine yang Benar

23 February 2018

Bali di tahun 1910

7 September 2010
Kenapa Kita Harus Tidur? Inilah Jawabannya

Kenapa Kita Harus Tidur? Inilah Jawabannya

1

Profil Prof. dr. I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah

11
FRONTIER dan WALHI Usul Lokasi Pusat Kebudayaan Terpadu Dipindah

FRONTIER dan WALHI Usul Lokasi Pusat Kebudayaan Terpadu Dipindah

1

Korban Kekerasan Anak dan Perempuan di Bali Terus Bertambah

1
Turut Prihatin dengan Logika Penulis Seword

Turut Prihatin dengan Logika Penulis Seword

11
Cerita Pandemi dari Lovina yang Sunyi

Cerita Pandemi dari Lovina yang Sunyi

20 January 2021
Dipotong 4 Bulan, PT Denpasar Putus Jrx 10 Bulan

Dipotong 4 Bulan, PT Denpasar Putus Jrx 10 Bulan

19 January 2021
Musik Becik di Tahun Panik 2020

Musik Becik di Tahun Panik 2020

18 January 2021
Shankar Rilis “Holy Funeral”

Shankar Rilis “Holy Funeral”

18 January 2021
Siasat Warga Lovina di Tengah Corona

Siasat Warga Lovina di Tengah Corona

18 January 2021

Kabar Terbaru

Cerita Pandemi dari Lovina yang Sunyi

Cerita Pandemi dari Lovina yang Sunyi

20 January 2021
Dipotong 4 Bulan, PT Denpasar Putus Jrx 10 Bulan

Dipotong 4 Bulan, PT Denpasar Putus Jrx 10 Bulan

19 January 2021
Musik Becik di Tahun Panik 2020

Musik Becik di Tahun Panik 2020

18 January 2021
Shankar Rilis “Holy Funeral”

Shankar Rilis “Holy Funeral”

18 January 2021
BaleBengong

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com