
Berbeda dengan sebelumnya, Aksi Kamisan Bali kali ini diselenggarakan di area Patung Catur Muka, Kota Denpasar (20/2). Tidak seperti hari-hari biasanya, aksi kali ini mendapatkan lebih banyak atensi dari masyarakat yang sekadar lewat.
Satu dua pelari di sekitar Lapangan Puputan Badung menyempatkan berhenti membaca tulisan pada poster yang dibawa peserta aksi. Peserta aksi berdiri di area Patung Catur Muka menghadap ke arah selatan. Beberapa kendaraan yang datang dari arah selatan tampak memelankan laju kendaraannya, penasaran yang sedang terjadi sore itu.
Aksi itu merupakan aksi ke-31 yang dilaksanakan oleh masyarakat sipil mengatasnamakan Aksi Kamisan Bali. Aksi ini juga merespons kondisi Indonesia saat ini, terutama dengan munculnya peringatan Indonesia Gelap.
“Betapa gelapnya cita-cita, betapa gelapnya masa depan Indonesia. Apakah kawan-kawan sepakat Indonesia Gelap?” tanya salah seorang peserta aksi. Pertanyaan tersebut direspons jawaban sepakat oleh peserta aksi lainnya.
Demonstrasi Indonesia Gelap berawal pada 17 Februari 2025. Protes ini bermula dari kekecewaan masyarakat atas sejumlah kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat Indonesia, terutama terkait efisiensi anggaran yang diungkapkan oleh presiden terpilih, Prabowo Subianto.
Berikut enam pernyataan sikap Aksi Kamisan Bali yang ke-31 dalam merespons darurat nasional:
- Kami menuntut semua pihak, termasuk Presiden Republik Indonesia serta Kementerian Keuangan untuk mencabut Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 dan Surat Menteri Keuangan Nomor S-37/MK.02/2025.
- Kami mendesak pemerintah untuk segera mengkaji ulang kebijakan makan bergizi gratis serta menempatkan sektor pendidikan dan kesehatan sebagai prioritas utama.
- Hentikan pembahasan rancangan Undang-undang Sisdiknas, hentikan transformasi PTN BLU menjadi PTN BH. Cabut Undang-undang Perguruan Tinggi bermasalah, Permendikbudristek Nomor 2 Tahun 2024 dan semua peraturan turunan yang dilakukan.
- Kami mendesak pemerintah untuk segera membayar dan menganggarkan tunjangan kinerja dosen yang belum dibayarkan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap hak dosen berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
- Menuntut Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo Subianto untuk melakukan pemerataan pendidikan melalui akses pendidikan tinggi untuk seluruh masyarakat Indonesia demi terwujudnya kecerdasan kehidupan bangsa.
- Menolak segala bentuk pencabutan tanah yang dilakukan negara melalui instrumen kebijakan proyek strategis nasional yang di dalamnya termasuk KSPN yang telah merenggut ruang hidup masyarakat.
Penyampaian pernyataan sikap tersebut disambut seruan peserta aksi. “Hidup mahasiswa. Hidup rakyat Indonesia. Hidup kaum tani. Hidup kelas buruh. Hidup kaum nelayan. Hidup rukun kota tertindas. Hidup suku bangsa minoritas. Hidup pendidikan. Jangan diam,” seru peserta aksi sembari mengepalkan tangan.
Sebagai informasi, Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 membahas tentang efisiensi belanja dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun anggaran 2025, yang dipertegas melalui Surat Menteri Keuangan Nomor S-37/MK.02/2025.
Dalam Inpres tersebut, efisiensi atas anggaran belanja negara sebesar lebih dari Rp306 triliun. Imbasnya, anggaran Kementerian Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dipangkas sekitar Rp8 triliun.
Peserta aksi juga menyatakan penolakan tanah dan militerisasi yang dilakukan oleh aparat atas perintah negara di Bara-Baraya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. “Kami menolak penggusuran terhadap warga Bara-Baraya dari tanah kelahirannya,” ungkap salah satu peserta aksi.
Selain Bara-Baraya, penolakan juga dinyatakan terhadap segala bentuk perampasan lahan di titik-titik konflik agraria lainnya, seperti Pakel, Batur, Kulon Progo, Dago Elos, Tamansari, Padarincang, Papua, dan konflik yang terjadi di tempat lainnya. “Manusia tidak dapat terpisahkan dari tanah tempat dia lahir, hidup, hingga mati, dan tanah adalah hak atas segala kemanusiaan. Maka dominasi atas manusia lain harus tetap dilawan. Usir setan tanah,” imbuhnya.

Aksi Kamisan Bali bersama Perpus Jalanan Denpasar menggelar lapak Zine di depan titik aksi. Sejumlah Zine dengan tema kelompok minoritas digelar di atas karpet merah. Sejumlah orang tak hanya berhenti untuk menonton aksi, tetapi juga memilih Zine yang menarik untuk dibaca.
“Aksi Kamisan Bali akan selalu hadir, selalu memberikan tanda kepada pemerintah bahwa masyarakat sipil tidak akan mau diam, tidak akan mau dibungkam,” ujar peserta aksi.