
Pemerintah Bali merencanakan kampanye penanaman kembali pohon kopi dan tanaman penyerap air lain di kawasan konservasi Danau Buyan dan Tamblingan, dua danau yang meluap ini. Mitigasi bencana di sekitar danau ini diperkirakan berlangsung lama karena perlu penataan ulang dan relokasi sejumlah rumah.
Alit Sastrawan, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Bali mengatakan penanaman vegetasi asli seperti kopi di kawasan perbukitan sekitar danau sangat penting. “Terjadi perambahan pohon kopi menjadi kebun sayur sehingga tak cukup menahan air hujan dan melimpah ke danau,” ujarnya.
Sayangnya program penghijauan ini masih jangka panjang karena action plan penyelamatan ekosistem kedua danau ini masih dibicarakan. “Bantuan untuk warga baru bahan makanan. Sementara action plan pembenahan ekosistem baru dimatangkan,” tambah Alit. Ia tak bisa mematikan kapan rencana aksi ini bisa dilakukan secara komprehensif.
Selain curah hujan tinggi hampir sepanjang tahun ini, pemerintah juga menyatakan penyebab meluapnya Danau Buyan dan Tamblingan hingga menenggelamkan puluhan rumah dan lahan karena tingginya sedimentasi dan kurangnya serapan air di lereng bukit.
Sedikitnya 43 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal setelah Danau Tamblingan menenggelamkan sebagian Dusun Tamblingan, Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng ini sejak empat bulan lalu.
Sejumlah warga mengatakan kejadian meluapnya air danau pernah terjadi pada tahun 1972. Kondisinya hampir sama, selama tiga tahun warga tinggal berpindah-pindah saat air menenggelamkan rumah mereka.
Sebagian besar dari 43 KK yang rumahnya tenggelam sudah pindah karena punya saudara di desa lain yang bisa ditumpangi atau tak punya uang untuk membuat rumah darurat baru. Sekitar 5 KK yang masih bertahan dengan membuat tenda atau pondok.
Sementara di sekitar Danau Buyan, air danau juga nampak meluap ke kebun-kebun sayur warga yang banyak berderet di tepi danau. Warga sekitar mengatakan sedikitnya 100 hektar lahan warga terendam di Buyan, beberapa rumah dan sebuah sekolah dasar.
I Wayan Suardana, Ketua Dewan Daerah Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Bali mengatakan selain alih fungsi menjadi lahan pertanian, pemerintah juga membiarkan kawasan ini menjadi kawasan pemukiman dan villa. “Pemerintah tak mengawasi kawasan penyangga dan sumber air seperti Buyan dan Tamblingan ini,” ujarnya.
Menurutnya pemerintah dengan sengaja membiarkan perusakan ekosistem dengan memberikan ijin pendirian villa dan pemukiman. Walhi pernah melakukan aksi penolakan pembangunan resor dan villa di kawasan sekitar dua danau ini. “Bali menghadapi perusakan lingkungan yang sangat serius, secara perlahan tapi pasti,” ujarnya.
Gubernur Bali Mangku Pastika pernah melontarkan rencana untuk membiayai relokasi warga ke tempat yang lebih aman, asalkan pemerintah kabupaten yang harus menyediakan lahannya. Namun, rencana ini belum terealisasi dan warga juga tak mendapat informasi kepastiannya hingga kini.
Menurut data Kementrian Lingkungan Hidup, ada sembilan danau besar di Indonesia yang akan menjadi prioritas pengelolaan nasional, yakni Danau Toba, Singkarak, Maninjau, Pawa Pening, Tempe, Poso, Tondano, Batur, dan Limboto di tujuh provinsi di Indonesia.
Kenyataannya, saat ini ada Danau Buyan dan Tamblingan di Bali yang menimbulkan bencana bagi warga sekitarnya.
Semoga saja ini bukan hanya sekadar wacana, jika memang relokasi diperlukan, maka segera temukan tempatkan. Jika penghijauan diperlukan, segera dilakukan! Jangan ditunda-tunda lagi, apalagi iklim saat ini nyaris tak dapat ditebak arah geraknya.