Bangunan itu tampak belum lama berdiri. Dinding dari batako tampak basah terguyur hujan, menguatkan kesan bangunan baru.
Dia berhadapan dengan bangunan dapur yang dindingnya dilapisi lumpur tanah kering. Karena dinding dapur sudah banyak mengelupas, maka bangunan itu tampak lebih modern dan layak huni.
Rumah itu memiliki ukuran 4 x 6 meter terbagi menjadi 2 kamar dan teras. I Made Becung dan I Ketut Ceteng adalah kakak beradik yang menempati bangunan tersebut. Mereka warga Desa Petiga, Kecamatan Marga, Tabanan. Mereka sangat senang menempati rumah baru tersebut.
Kondisi rumah baru ini jauh lebih baik dari bangunan lama yang sebelumnya mereka tempati. Kondisi rumah mereka yang memprihatinkan, sempat masuk koran Bali Post pada Kamis 17 November 2011.
Bangunan itu merupakan hasil bedah rumah yang dilakukan komunitas Tabanan Lover atau yang sering disebut Talov. Komunitas ini menggunankan media sosial sebagai tempat bertukar informasi para anggotanya. Sampai saat ini anggota group Facebook Talov berjumlah lebih dari 1.700 akun. Berita koran tentang kondisi rumah I Made Becung yang diposting di group Talov kemudian berlanjut dengan diskusi seru. Lahirlah rencana tindak lanjut untuk menyikapi persoalan tersebut.
Melalui aksi penggalangan dana dan sumbangan para anggota Talov, rencana bedah rumah tersebut akhirnya terelisasi dengan baik. Tak hanya penggalangan dana tapi juga hingga proses serah terima dan pertanggung jawaban penggunaan dana komunitas. Total dana yang digunakan untuk bedah rumah sekitar Rp 11 juta belum termasuk sumbangan berupa material bangunan.
Selain melakukan aksi bedah rumah di Desa Petiga. Komunitas Talov juga memberik an bantuan ternak kepada keluarga kurang mampu di Desa Riang, Kecamatan Penebel, Tabanan. Bantuan yang diberikan adalah 2 ekor anak babi.
Alternatif
Group Facebook Talov terbentuk sejak tahun 2009. Awalnya group Talov dibentuk sebagai media alternatif untuk berdiskusi tentang kondisi Kabupaten Tabanan. Apalagi saat itu sedang marak persiapan pemilihan kepala daerah (pilkada) Tabanan.
Wahya Biantara, penggagas group Talov, menceritakan latar belakang membuat Talov adalah keresahan akan kondisi sosial politik Tabanan saat itu. Maka, mereka butuh media alternatif komunikasi seputar Tabanan.
Seiring perjalanan dan perkembangan group, tujuan Talov pun bertambah. Kini Talov bertujuan untuk menjalin komunikasi antargenerasi dan lintas profesi untuk menciptakan kebersamaan dalam membangun Kabupaten Tabanan. Latar belakang anggota Talov sangat beragam mulai dari mahasiswa, guru, pengusaha, PNS, petani, sampai anggota DPRD.
Hal menarik dari Komunitas Talov ini adalah bagaimana para anggotanya bisa memanfaatkan media sosial (Facebook) menjadi sebuah tempat untuk saling berbagi informasi, berdiskusi, hingga aksi nyata bantuan sosial. Dengan pemanfaatan teknologi informasi secara optimal, perbedaan profesi, geografi, dan waktu tidak lagi menjadi penghalang untuk berpartisipasi dalam menyikapi permasalahan sosial khususnya di Kabupaten Tabanan.
Kapan pemerintah daerah dan legislatif di Bali bisa melihat fenomena sosial media ini sebagai sebuah alat bantu pengambilan kebijakan? Misalnya menyebarkan rencana kebijakan dan program kerja serta menerima tanggapan dari penerima dampak (masyarakat).
Sudah saatnya sosial media lebih dioptimalkan untuk mendorong transparansi dan partisipasi publik dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang lebih baik. [b]
Foto-foto dari grup Talov.
beh, aget tabanan ngelah TALOV. namanya spt spionase rusia. karangasem mana karangasem???? emang harus warga bergerak. kalau warga sudah tahu kondisi nyata sekitar pasti tak sungkan juga mengkritik kebijakan publik dan manajemen pemerintah daerahnya.
bli wahya mantabh!!
Ini sebuah komunitas percontohan..ide dan penerapannya yg seimbang…terwujudlah suatu kepedulian terhadap lingkungan,,sebuah penyadaran yg betul2 disadari oleh sesama member talov..
Semoga terus mengalir aura positif ini menuju Tabanan lebih baik khususnya dan Indonesia umumnya !!!…