Oleh Kadek Didi Suprapta
Minggu pekan lalu, Balibuddy menelpon saya untuk ngumpul-ngumpul di Orange Bakery Gatsu. Sebenarnya badan penat setelah dua hari berkeliling untuk foto-foto. Hari Sabtu foto-foto untuk keperluan website pinatih.com bersama Dewi dan Wawan. Sedangkan Minggu pagi sampai sore pemotretan pre-wedding untuk klien.
Sampai di Orange Bakery sudah nangkring Balibuddy dan Ian, pengelola pondokiklan.com. Mereka sudah lebih dulu berada disana sekitar 10 menitan.
Orange Bakery sebenarnya merupakan salah satu tempat nongkrong saya. Sebelumnya suka nongkrong di salah satu warung di daerah Renon. Berhubung ada tulisan dari Pan Bani, bahwa warung itu ada tuyul yang pakai WiFi, jadi ngeri juga ke sana.
Sampai disana disambut “hangat” waiter Orange yang kalau tidak salah namanya Alit. Saya baru mau mengeluarkan laptop, sementara Balibuddy dan Ian sudah sedari tadi sibuk dengan laptopnya masing-masing. Sang waiter menyuguhkan menu, sekalian juga bantu nyolokin cuk laptop.
Sayangnya, sebelum saya sempat memesan menu yang tersuguh di daftar menu, sang waiter tiba-tiba mengatakan bahwa minimal harus bebelanja seharga Rp. 25 ribu untuk bisa menggunakan fasilitas WiFi yang disediakan secara gratis di sana. Akhirnya terjadi sedikit adu argumentasi antara kami bertiga dengan sang waiter. Meski akhirnya kami mengalah, dan Ian yang tidak begitu lapar akhirnya terpaksa memesan nasi goreng, sementara saya juga memesan nasi goreng dan minuman biar bisa mencapai Rp. 25 ribu, sedangkan Balibuddy memesan minuman dan sepiring French Fries.
Terkejut juga dengan kebijakan pihak Orange Bakery, “atau ini kebijakan sang waiter?”. Karena sebelumnya berpuluh-puluh kali saya nangkring disana, belum pernah saya disuguhi kebijakan seperti itu. Yang membuat saya tidak nyaman, bukan karena tidak mau bebelanja seharga 25 ribu, tapi lebih kepada cara penyampaian sang waiter. Jadi kesannya kami seperti memanfaatkan fasilitas wifi yang gratis disana. Kalau pun memang ada kebijakan yang mengharuskan pelanggan berbelanja minimal 25 ribu sebelum bisa menggunakan fasilitas wifi, mestinya di depan Orange Bakery tidak perlu memasang banner super gede yang mengatakan “FREE WIFI”.
Kalau hanya untuk berinternet, kami masing-masing mempunyai modem sendiri, tanpa harus mengeluarkan uang extra pun saya sudah bisa nyaman berinternet dari rumah, meski tidak sekencang di Orange. Saya bersama Ian dan Balibuddy dan mungkin masih banyak orang yang masuk ke Orange atau tempat free wifi bukan hanya sekedar memanfaatkan fasilitas yang disediakan secara cuma-cuma. Kita hanya mencari tempat yang nyaman buat ngobrol-ngobrol, berhubung banyak hal yang bisa didiskusikan jika kita bersama-sama terhubung ke internet.
Sebelum kami bubar, 2 teman lainnya Wawan dan Dewi juga datang nyamperin di Orange. Dewi sempat menanyakan nama waiter yang menyambut kami dengan “panas” tadi. Namun sayang, jawabannya”SAYA TIDAK PUNYA NAMA”. Puihhhhhhhhhhhhhh…………
Satu hal lagi kekurangnyamanan kami, ketika Balibuddy masih asyik menyantap mie, tiba-tiba pelayan mematikan lampu, mengatakan bahwa kafe akan tutup beberapa menit lagi. Duh……….. sekelas Orange koq punya pelayanan seperti ini.
Jangan remehkan pelanggan, karena seberapa miskinnya pelanggan, meski cuma bisa membeli secangkir teh panas, tetap adalah pelanggan. Apalagi jaman internet, bisa jadi ketika saya atau blogger lainnya tidak puas terhadap layanan suatu perusahaan, bisa didepan hidung Anda memposting tulisan yang bisa membunuh perusahaan Anda.
Dengan memberikan, free wifi sebenarnya merupakan nilai tambah yang luar biasa. Kenapa harus mengusir pelanggan (saya mungkin bukan seorang pelanggan yang loyal untuk Orange, tapi setidaknya saya sering nagkring disana, baik untuk nunggu pacar yang lagi di kantornya atau ngobrol dengan teman2) dengan cara memberlakukan ketentuan yang membuat pelanggan merasa tidak nyaman? Apalagi ditambah dengan dengan tuyul……….
Besok saya batalkan acara meeting saya disana. Maafkan saya Orange, pelayanan Anda telah mengusir saya dari tempat Anda.
Baca juga Blognya Ian juga blognya Balibuddy
Mohon maaf jika terlalu menohok, tapi lebih baik jika teman2 saya tidak sakit hati daripada saya harus menyamarkan tempat. [b]
Hebat bener tuh pelayan…
Tapi yang lebih hebat lagi Bli Didi Suprapta dkk. Kalo saya mah, udah pergi dari awal waktu di-warning minimal 25 ribu itu! Hehe
Wah….
kalau kejadian hal itu sih kayaknya tidak hanya bisa terjadi pada satu atau dua orang atau juga di satu tempat
tapi bisa juga terjadi pada orang lain
Jadi take positif aja deh
Mungkin juga pelayannya lagi sensi atau minta naik gaji
Dengan lombok epe ke ?