Teks dan Foto Popo Danes Art Veranda
Empat arsitek muda berbagi cerita mengenai keikutsertaan mereka dalam sayembara rumah sudut majalah Housing Estate.
Mereka Ayu Tri Prestasia, pemenang 4 kategori mahasiswa; Nidia Safiana, pemenang 3 kategori profesional; serta Dely Hamzah dan Andika Priya Utama, 10 besar finalis kategori profesional.
Mendung menggantung di langit tak mengurangi semangat peserta diskusi. Mereka menyimak presentasi para pemateri yang saat ini bergabung di Bensley Design Studio Bali tersebut. Sekitar 70 orang pendengar, termasuk beberapa mahasiswa asing dari International Programme in Architecture (Tropical Living) Universitas Udayana Bali, terlihat antusias.
Presentasi diawali tim finalis sayembara rumah sudut ini, Andika Priya Utama. Lulusan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) tahun 2006 ini bergabung bersama Dely Hamzah alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) tahun 2005. Rumah respirasi, begitu mereka menyebut keseluruhan konsep desain rumah sudut itu.
Keduanya mengangkat isu sosial dengan mengangkat kegiatan ‘kumpul-kumpul’ masyarakat saat ini, seperti arisan, hangout, dan sebagainya. Kegiatan ini membentuk ruang-ruang komunal, sehingga konsep ‘rumah guyub’ pun dipilih untuk memperkuat desain rumah ini. Dalam kegiatan mendesain, ada dua hal yang ditempuh, yaitu intuisi dan rasional. Intuisi mendasari proses desain dan kemudian diselesaikan secara rasional.
Presentasi kedua disampaikan Ayu Tri Prestasia. Gadis kelahiran Tegal, 14 April 1988 ini mengikuti sayembara yang sama pada saat ia masih menjalani studinya di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ayu dan rekannya menjadi pemenang keempat dalam sayembara ini untuk kategori mahasiswa.
Konsep desain yang ia beri judul warm house atau rumah ramah ini dimulai dari pembentukan konsep desain berdasarkan telaah lebih lanjut konsep green, konsep utama dalam sayembara ini. Menciptakan ruang komunal dalam sebuah rumah tinggal juga menjadi salah satu konsep dari desain tim ini.
Perletakan innercourt pada desain rumah, selain untuk memenuhi kebutuhan konsep komunal, juga menjadi memperkuat konsep rumah ini: view, sirkulasi dan pencahayaan. Dalam proses desainnya, Ayu dan rekannya mencoba mengurai konsep green sehingga tidak diaplikasikan dalam desainnya secara mentah.
Presentasi diakhiri Nidia Safiana. Gadis yang akrab dipanggil Dea ini pemenang ketiga dari sayembara rumah sudut. Alumni Universitas Parahyangan Bandung tahun 2009 ini mempresentasikan konsep desainnya yang diawalin dengan pertanyaan. “Dapatkah mewujudkan maximal green = maximal space = maximal investment?” tanyanya.
Dia mengutip pernyataan dari beberapa arsitek, tentang bagaimana pengembalian ruang hijau dan mewujudkan taman sebagai ruang hiaju yang tersentuh. Dea dan rekannya mewujudkannya dengan berusaha meminimalkan batas dan beda antara ruang dalam dan ruang luar.
Pola catur, dengan mengombinasikan fungsi ruang dalam dan fungsi tanaman, dipilihnya untuk memunculkan taman-taman pengganti ruang hijau yang ‘hilang’. Taman sebagai ruang sirkulasi pun menjadi sebuah realisasi sebagai taman yang touchable. Berdasarkan rangkaian konsep yang disampaikannya melalui desain rumah sudut ini, Dea dengan sangat yakin, maximal green = maximal space = maximal investment sangat mungkin untuk diwujudkan.
Jump! Diversity of Idea and Design Process, tagline presentasi keempat arsitek muda ini, menjadi garis merah dari ketiga presentasi malam itu. Salah satu hal yang ingin disampaikan adalah bahwa banyak cara, proses, pola pikir, dan metode-metode untuk bisa menghasilkan sebuh karya arsitektur.
Tujuan mengikuti sayembara tidak hanya untuk menang, untuk sebuah hadiah, tapi juga kepuasan untuk dapat menyampaikan sebuah konsep dan pemikiran-pemikiran yang diharapkan dapat menginspirasi. Dan seperti yang disampaikan Andika, kepuasan dalam kebebasan bereksplorasi dalam desain.
Tentang Architects Under Big 3:
Architects Under Big 3 (AUB3) adalah sebuah kegiatan bulanan pada jumat pertama tiap bulan- yang dipersembahkan untuk arsitek muda usia dibawah 30 tahun. AUB3 telah ditetapkan menjadi agenda IAI Bali dan tiap peserta yang berprofesi sebagai arsitek akan mendapatkan sertifikat dari IAI Bali yang dapat diambil pada agenda AUB3 di bulan berikutnya.
Dalam kegiatan ini arsitek muda diberi kesempatan untuk mempresentasikan karya arsitektur beserta pemikiran mereka pada publik melalui presentasi non formal yang diteruskan dengan diskusi santai. Peserta juga diberi kebebasan untuk memilih ruangannya sendiri -di halaman, ruang makan, rooftop, ruang galeri- di manapun tempat dimana mereka rasa paling nyaman untuk berbagi cerita dengan pendengarnya.
Melalui pendekatan ini, arsitek beserta ide dan karya arsitekturnya berkesempatan untuk mendapatkan ruang berkomunikasi dengan khalayak yang lebih luas, baik khalayak awam arsitektur maupun khalayak arsitektur. [b]