
“Naik bus Rp200.000,” ucap seorang pengemudi taksi bandara ketika saya menolak tawarannya. Ucapan tersebut bernada sarkas, seolah pilihan naik bus untuk pulang dari bandara bukan pilihan tepat.
Ini bukan pertama kalinya pengemudi taksi di Bandara I Gusti Ngurah Rai memaksa saya untuk menggunakan jasa mereka. Terkadang mereka ikut duduk di sebelah saya sembari menanyakan mau pergi ke mana. Ada pula yang memaki ketika tawarannya ditolak.
Di Bali, taksi bukan satu-satunya pilihan moda transportasi bandara. Ada juga bus Trans Metro Dewata (TMD) yang beroperasi hingga pukul 20:00 WITA. Bulan Oktober lalu, Fraksi Demokrat – Nasdem Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali meminta Pemerintah Provinsi Bali menghentikan operasional TMD rute bandara. Dilansir dari Antara Bali, mereka beralasan rute tersebut lebih banyak dimanfaatkan oleh wisatawan, bukan masyarakat Bali. Selain itu, bus rute bandara dianggap menutup pelaku usaha mendapatkan rejeki.

Di kota lain, seperti Semarang dan Jakarta, bus rute bandara justru bersih dari gangguan taksi lokal dan diberikan ruang tunggu khusus. Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang memiliki ruang tunggu khusus untuk penumpang bus Trans Semarang. Sementara itu, mantan ibu kota negara, Jakarta, menyediakan sejumlah pilihan transportasi publik, dari bus hingga kereta.
Bali diagung-agungkan dengan pariwisatanya. Setiap pembangunan infrastruktur kerap dikaitkan dengan kebutuhan pariwisata. Pada tahun 2024, Euromonitor International mengeluarkan 100 destinasi kota yang paling banyak dikunjungi secara global. Daftar ini membandingkan beberapa aspek, yaitu kinerja ekonomi dan bisnis, kinerja pariwisata, infrastruktur pariwisata, kebijakan dan daya tarik pariwisata, kesehatan dan keselamatan, serta keberlanjutan.
Denpasar menempati posisi 94, tepat di bawah Mekkah. Sementara itu, posisi 10 teratas didominasi oleh kota di negara Eropa. Melihat posisi 10 teratas ada yang menarik perhatian. Posisi tersebut ditempati oleh kota-kota yang memiliki sistem transportasi publik yang memadai. Kota-kota tersebut adalah Paris, Madrid, Tokyo, Roma, Milan, New York, Amsterdam, Sydney, Singapura, dan Barcelona.
Paris
Paris, ibu kota Prancis dikenal sebagai kota romantis dengan keberadaan Menara Eiffel. Terlepas dari nuansa romantis perkotaan, Paris menawarkan sejumlah pilihan transportasi publik untuk wisatawan. Transportasi umum tak hanya tersedia di pusat kota, tetapi menjangkau hingga pinggiran kota, mulai dari Metro, Regional Express Network (RER), trem, bus, dan transilien.
Paris memiliki 16 jalur kereta bawah tanah dengan lebih dari 300 stasiun. Ada juga trem, kereta api yang beroperasi di jalan raya dengan 13 jalur yang melayani pinggiran kota. Waktu operasional transportasi publik di Paris berbeda-beda, metro dan RER umumnya beroperasi pada pukul 06:00 hingga 01:00 dini hari. Peta jaringan transportasi Paris dapat dilihat di sini.
Paris juga menyediakan sepeda yang dapat digunakan oleh publik untuk transportasi jarak dekat. Untuk memudahkan penduduknya menggunakan transportasi publik, Paris juga menyediakan tempat parkir di area stasiun untuk memarkirkan kendaraan pribadi. Akses transportasi publik kota ini dibuat lebih inklusif dengan menyediakan informasi terkait ketersediaan lift bagi pengguna kursi roda.
Madrid
Masih di Benua Eropa, ada Madrid, ibu kota negara Spanyol. Kota ini dikenal sebagai kota yang tidak pernah tidur karena kehidupan malam yang ramai. Madrid menawarkan tourist travel pass bagi wisatawan yang ingin berkeliling kota tersebut menggunakan berbagai jenis moda transportasi. Travel pass ini dapat digunakan untuk metro, bus, hingga kereta.
Ketika mencapai bandara, wisatawan dapat menggunakan bus bandara yang beroperasi selama 24 jam. Berkeliling Madrid pun tak perlu pusing memikirkan transportasi. Sama seperti Paris, Madrid memiliki metro dengan 300 stasiun yang terhubung dalam 15 jalur. Di wilayah sub urban, Madrid juga menawarkan kereta yang menghubungkan sejumlah wilayah Spanyol. Kota ini juga menyediakan penyewaan sepeda untuk mengurangi polusi udara dari kendaraan.
Kota terbesar di Spanyol ini mendorong masyarakatnya lebih banyak menggunakan transportasi publik dibandingkan kendaraan pribadi. Beberapa kawasan di Madrid menerapkan Madrid 360 atau Low Emissions Area (Kawasan Rendah Emisi). Kendaraan yang melaju di jalanan Madrid diawasi oleh 500 kamera untuk memastikan tidak ada kendaraan berbahan bakar fosil yang melintas.
Tokyo
Transportasi publik di ibu kota negara Jepang ini tak perlu diragukan lagi. Tokyo dikenal dengan kereta cepatnya dan memiliki berbagai pilihan transportasi publik. Japan Railways (JR) merupakan jaringan kereta di Jepang yang menjangkau seluruh wilayah Jepang, termasuk Tokyo. Sama seperti Madrid, Jepang menyediakan pass untuk wisatawan yang ingin berkeliling Jepang menggunakan transportasi publik.
Transportasi publik yang paling dikenal di Tokyo adalah Shinkasen, bullet train yang melaju dengan kecepatan tinggi. Selain itu, sistem subway di Tokyo juga komprehensif dan efisien. Tokyo Metro menjadi jalur subway terpanjang di Tokyo dengan 9 jalur kereta yang menjangkau 195 km dengan 180 stasiun.
Pada tahun 2023, World Atlas menobatkan Stasiun Shinjuku di Kota Tokyo sebagai stasiun tersibuk di dunia. Ada lebih dari 3,6 juta orang yang melewati stasiun ini setiap hari. Stasiun ini memiliki 36 peron dan lebih dari 200 pitu keluar.
Singapura
Meskipun kecil, negara tetangga Indonesia yang satu ini memiliki transportasi publik paling teratur di Asia Tenggara. Kereta di Singapura telah beroperasi sejak 7 November 1987 hingga berkembang menjadi Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail TRansit (LRT). MRT telah menjangkau hampir seluruh wilayah Singapura, sehingga wisatawan dapat berkeliling kota menggunakan kereta. Selain itu, Singapura juga memiliki bus sebagai alternatif transportasi ke tempat yang tidak dijangkau MRT dan LRT.
Transportasi publik merupakan cara yang digunakan pemerintah Singapura untuk mengatasi kemacetan di kota. Terdapat lima rute MRT Singapura, yaitu jalur merah, hijau, ungu, kuning, dan biru. Seluruh jalur menjangkau tempat-tempat wisata hingga bandara. Singapura juga menyediakan Singapore Tourist Pass (STP) bagi wisatawan yang ingin berkeliling kota menggunakan MRT.
Selain empat negara tersebut, enam negara lain juga memiliki transportasi publik yang baik. Misalnya, Roma dan Milan di Italia yang memiliki jalur metro, kereta bawah tanah, dan bus. Tak ketinggalan kota tersibuk New York yang memiliki subway 24 jam.
Kemudahan transportasi publik justru menjadi bagian penting dari pariwisata. Transportasi yang mudah dan murah akan membuat wisatawan lebih nyaman. Selain untuk tujuan pariwisata, transportasi publik juga erat kaitannya dengan upaya mengurangi kemacetan, terutama daerah Sarbagita yang semakin padat.









