Statement fact-check atau cek fakta pernyataan merupakan salah satu jenis pengecekan fakta yang masih dilakukan hingga saat ini. Apalagi dalam momen debat pilpres, beberapa media misalnya Tempo dan Narasi melakukan tipe cek fakta ini.
Bagaimana sejatinya awal mula cek fakta pernyataan? Pada Pilpres Amerika Serikat tahun 2008 berlangsung, dua media melakukan cek fakta pernyataan politisi, yaitu Tampa Bay Times dan Washington Post. Gaya cek fakta ini mengikuti jejak FactCheck.org yang telah lebih dulu melakukan pengujian fakta jelang Pilpres AS tahun 2004.
Pertama, Tampa Bay Times mendirikan Politifact pada tahun 2007 sebagai proyeksi liputan Pilpres AS tahun 2008. Tampa Bay Times fokus mencari pernyataan yang secara spesifik dapat diuji akurasinya. Media ini membuat indikator Truth-O-Meter fungsinya sebagai penunjuk apakah pernyataan politisi itu tepat atau keliru.
Kedua, Washington Post berawal dari proyek temporer pada tahun 2007 menjelang Pilpres AS tahun 2008. Pelopornya adalah reporter senior Michael Dobbs. Washington Post juga memperkenalkan sistem rating Pinokio.
Pentingnya Cek Fakta Pernyataan
Terdapat empat hal yang menjadikan pengecekan fakta pernyataan penting, di antaranya:
- Cek fakta bertujuan mengoreksi persepsi (keliru)
- Mendorong para kandidat dan politisi agar tidak asal klaim, berbicara tanpa dasar
- Mendorong terciptanya iklim demokrasi yang lebih sehat, pemilih yang kritis
- Menghindari penggunaan fear-mongering, pernyataan yang menakut-nakuti tanpa dasar
Cek fakta pernyataan memiliki 5 pola standar di antaranya
- Pernyataan atau klaim yang akan diuji, idealnya yaitu mencari pernyataan yang dapat dilakukan verifikasi atau pernyataan yang dapat diuji
- Penjelasan mengapa pernyataan itu disampaikan, yaitu memastikan adanya konteks saat ucapan tersebut disampaikan. Seperti pada acara apa? Bagaimana kondisinya?
- Penilaian atas klaim, yaitu data apa saja yang digunakan untuk menguji klaim tersebut.
- Identifikasi dan penjelasan bagian mana dari klaim yang misleading
- Kesimpulan, yaitu meliputi media-media menggunakan indikator, parameter, dan indikatornya sendiri-sendiri.
Apa saja pernyataan yang dapat diuji?
Ada beberapa pernyataan yang dapat diuji dalam cek fakta ini, seperti.
- Pernyataan yang memiliki tendensi misleading atau terdengar keliru. Sehingga perlu untuk diluruskan. Contohnya “Makan siang gratis untuk seluruh masyarakat Indonesia”.
- Pernyataan yang memiliki dasar untuk diverifikasi, seperti klaim-klaim keberhasilan yang dapat diuji dengan data. “Sejak saya menjabat sebagai gubernur, kemiskinan mampu teratasi”. Fakta: Provinsi yang dipimpin termasuk dalam wilayah kemiskinan ekstrem.
- Pernyataan yang memiliki potensi untuk diulang-ulang atau dibeo-kan oleh pendukungnya. Itu bisa jadi visi atau jargon. Contohnya “Makan siang dan susu gratis atasi masalah stunting”. Apa dasarnya? Stunting merupakan persoalan yang disebabkan saat ibu hamil kekurangan gizi.
- Kritik berulang yang terus disampaikan juga bisa diuji. Persoalannya bukan pada benar atau salah. Melainkan, apakah pernyataan itu memiliki dasar atau tidak. Contohnya “Ketimpangan terjadi sejak pembangunan ibukota baru”. Ini bisa diuji dengan data penggunaan anggaran. Serta mengecek adakah sektor krusial yang terabaikan dalam rangka pembangunan di ibu kota baru.
- Klaim sejarah dapat dicek karena biasanya digunakan sebagai glorifikasi tokoh pada masa lampau. Contohnya, Sandiaga Uno pada debat pilpres tahun 2019, mengutip pernyataan Soekarno. Pada masa itu, Prabowo juga menyinggung kejayaan Ottoman.
Penting dalam Pilpres dan Pilkada
Beberapa pernyataan masih menuai perdebatan apakah bisa diuji dalam kategori cek fakta atau tidak. Sehingga dibutuhkan kehati-hatian. Ini terjadi saat momen Gibran menyebutkan asam sulfat yang digolongkan sebagai slip of tongue atau salah ngomong. Opini yang disampaikan secara kualitatif juga perlu diperhatikan. Misalnya, pernyataan tentang “Pemerintahan Jokowi gagal atasi korupsi”. Keberhasilan maupun kegagalan sulit diukur jika hanya dengan frasa. Butuh data yang sifatnya kuantitatif seperti dalam konteks pernyataan tadi, membutuhkan indeks persepsi korupsi.
Pernyataan bersifat hiperbola dan terlalu bersemangat juga patut diwaspadai. Contohnya narasi yang menyatakan Indonesia bangsa yang besar, rakyat yang makmur, ini jelas hanya bualan. Pernyataan bermakna ganda misalnya saat Prabowo mengatakan “Jawa Tengah lebih besar dari Malaysia”. Kita berpikir soal luas wilayah, ternyata yang dimaksud populasi. Janji politik sulit untuk dicek faktanya, sebab kita bukanlah Tuhan yang dapat menguji niat seseorang. Pernyataan yang disertai tanda tanya tidak bisa diuji karena yang mengucapkan bermaksud bertanya.
Meskipun pilpres telah berlalu dan telah dinyatakan siapa pemenangnya. Namun, pilkada serentak masih dalam perjalanan. Ini dapat menjadi arena untuk mengecek apakah pernyataan calon kepala daerah sesuai dengan fakta yang ada. Sehingga, kita tidak terjerembab pada pernyataan keliru hingga gimik politik yang menyesatkan.