Langkah kaki itu terlihat tergesa-gesa. Tak hanya sepasang, namun puluhan pasang kaki pun terlihat sama. Tak dapat dipungkiri, baju hitam dengan tulisan “Crew Folklore x YSA” meramaikan ruang Audiovisual Dharma Negara Alaya, Denpasar pagi itu, Selasa (10/1).
Tepat pukul 10.30 WITA, ruang audiovisual Dharma Negara Alaya menerima puluhan tamu undangan dan penonton dari kalangan remaja hingga mahasiswa. Bertajuk ‘Once Upon a Screen Vol. 1,’ Dharma Negara Alaya menjadi saksi diperkenalkannya 14 film karya remaja dan komunitas film di Indonesia. Tajuk yang dipilih dalam acara Screening Film kolaborasi Folklore Media dengan Madyapadma Institute itu dipilih bukanlah tanpa makna.
Direktur Folklore Media, Arya Artana (25) menuturkan bahwa penamaan tersebut bermula dari dirinya yang pernah berandai suatu hari nanti dapat menampilkan film hasil karya dirinya bersama tim serta filmmaker lainnya dalam sebuah pemutaran film yang besar. “Suatu hari pengen bikin screening-an (pemutaran film) yang kemudian terpikirkan kalimat once upon a time atau pada suatu hari,” jelasnya.
Beranjak dari ide tersebut, ketua panitia Screening Film “Once Upon a Screen Vol. 1 Ni Made Galuh Cakrawati Dharma Wijaya (18) memaparkan bahwa Once Upon a Screen menampilkan film-film indie yang telah memenangkan festival maupun baru akan release dari berbagai daerah, komunitas dan grup yang memiliki komitmen dalam film. “Once Upon a Screen ini hadir untuk memberi wadah bagi para filmmaker di Bali yang independen untuk mempertontonkan karya mereka,” ujar Arya Artana.
Tak hanya sebagai wadah untuk mendistribusi atau mengekspedisi sebuah film, Arya menyampaikan bahwa acara Screening Film “Once Upon a Screen Vol. 1” ini juga merupakan tempat bagi para filmmaker di Bali bertemu dan berdiskusi. Selaras pula dengan tujuan diadakannya acara tersebut, Arya memiliki harapan agar kegiatan Screening Film “Once Upon a Screen Vol. 1” ini dapat berjalan rutin ke depannya.
Meski terdapat 14 film yang diputarkan, tim Folklore dan YSA (Youth Sineas Award) telah membagi jadwal pemutaran film yang terbagi dalam 6 segmen. Segmen pembuka bertajuk ‘Parade Cerita Muda Berkarya dan Madyapadma Bercerita.’ Kemudian dilanjutkan dengan penayangan tiga film dokumenter pada segmen ‘Parade Dokumenter Muda Berkarya’ dan film ‘Penjaga Lontar’ karya Madyapadma Journalistic Park.
Lalu selanjutnya penonton disuguhi dengan pemutaran film bertajuk Kama dan Kala Rau dalam segmen “Refleksi Festival Film Nasional.” Setelahnya yaitu Segmen Folklore yang menayangkan film karya yang berjudul Taluh dan Nyoman. Selang 15 menit kemudian, acara ditutup dengan segmen “Refleksi Diri” sebagai segmen terakhir untuk merefleksikan kondisi sosial dan film Indonesia. Film berjudul Tengai Tepet dan Animus menjadi persembahan terakhir pada acara Screening Film “Once Upon a Screen Vol. 1”.
Antusias penonton terasa memenuhi ruang audiovisual Dharma Negara Alaya. Tak terkecuali dari Gusti Ayu Putu Widya Pratiwi (17), salah seorang siswi yang baru pertama kali menghadiri acara pemutaran film indie. Pratiwi mengungkapkan bahwa dirinya merasa kagum setelah menonton berbagai film yang ditayangkan pada acara itu. “First impression-ku bagus, karena banyak filmnya terus unik-unik ceritanya,” tutur Pratiwi.
Sependapat dengan Widya Pratiwi, Arya Raditya Kusuma (16) yang merupakan salah satu penonton dalam acara tersebut juga merasa kagum dengan karya para filmmaker muda yang ditayangkan, terlebih dirinya belum pernah menonton film dokumenter sebelumnya. Melalui acara Screening Film “Once Upon a Screen Vol. 1” ini Arya Artana berharap agar para penonton tak sekadar menerima pesan dari film yang disuguhkan, tetapi juga terinspirasi. Terutama bagi anak muda Bali yang baru terjun atau ingin berkecimpung dalam dunia film agar terus semangat dalam berkarya. Sehingga, anak muda Bali dapat melambungkan perfilman di Bali terutama film yang berkisah tentang adat dan budaya Bali. “Karena kalau bukan kita (pemuda Bali) yang membuat (film) siapa lagi?” pungkas Arya.