14 Juni 2021, Putu Yeny dan Wayan Adhi merintis sebuah usaha bersama. Pandemi jadi salah satu alasan mereka untuk memutar otak agar bisa tetap bertahan. Inisiatif yang diambil pun tak jauh dari keterampilan yang sudah dimiliki, yaitu menjahit.
Saat kecil, Adhi sering memperhatikan ayahnya menjahit. Adhi kecil pun tertarik bermain dengan mesin itu. Bahkan pernah tak sengaja menjahit tangannya sendiri. Kemudian dari sana ayahnya mengajari Adhi untuk menjahit pola-pola dasar. Meski menjahit akhirnya bukan jadi pekerjaan utama Adhi ketika dewasa, ia dan istrinya justru semakin yakin bahwa ini peluang yang bagus untuk mereka di masa pandemi. Pasangan ini melihat kebutuhan akan perlengkapan upacara akan terus ada dan hanya berganti model sesuai kebutuhan serta zamannya.
Yeny dan Adhi menamai usaha mereka dengan Wastra Luwih Homestore. Berlokasi di Jalan Astasura I Gg. Cendana, Denpasar. Menjual berbagai wastra, tedung, ider-ider, dan lainnya. Untuk menjangkau pasar yang lebih luas, Wastra Luwih juga bisa diakses melalui toko-toko digital seperti Tokopedia dan Shopee. Hingga saat ini, produknya sudah dibeli konsumen dari berbagai wilayah. Di Bali sendiri, produknya dibeli oleh konsumen yang mayoritas berasal dari Karangasem dan Negara. Di luar Bali, sudah merambah ke Jakarta, Jawa Barat, Surabaya, Yogyakarta, Sulawesi, Riau, hingga Bangka Belitung.
“Produksi kami lakukan di rumah sendiri. Sebagian untuk produk custom tertentu, sebagian dilakukan di Tabanan. Potong kain sendiri dan dijarit oleh tukang jarit kami,” jelas Adhi. Untuk bahan, Wastra Luwih menggunakan kain masih yang umum dipakai, seperti kain peles, wajik, singapur, keloke, dan galvari. Namun Adhi memastikan produknya unggul dari segi harga, yang berkisar Rp 35.000 – Rp 119.000. Ia mematok harga yang terjangkau karena mengambil kain langsung dari pabriknya, sehingga biaya produksi bisa ditekan.
Wastra Luwih adalah salah satu dari tiga usaha warga yang turut berkontribusi untuk memberikan apresiasi bagi para kontributor BaleBengong pada Januari lalu. Selain untuk memperkenalkan jenama Wastra Luwih, Adhi dan Yeny juga ingin menjadi bagian dari gerakan saling dukung ini. “Karena kami percaya, segala yang baik dimulai dengan yang baik pula. Setidaknya kami ikut berbagi meskipun tidak banyak,” pungkasnya.
Senada dengan Wastra Luwih, Pawon Biyung pun turut memberikan apresiasi pada kontributor terpilih. Usaha rumah tangga yang dikelola Adhitya dan Devilia ini telah berjalan sejak 2020 lalu. Lahirnya usaha ini pun didasari karena dampak pandemi. “Kedai kopi saya bangkrut. Jadi buka usaha di lain bidang,” kata Adhitya.
Adhit dan Devilia menjual berbagai macam produk di etalasenya. Ada minuman, parfum, kulit dimsum, kulit tahu, serta nori. Ia memasarkan produknya lebih banyak melalui platform digital. Sebagai pengguna aktif Twitter, ia sering meminta bantuan retweet di platform tersebut. “Kemarin ada rejeki, kenapa gak ikutan kontribusi aja sekalian,” ujar Adhit.
Pelanggan produk yang dijual oleh Pawon Biyung tak hanya berasal dari Bali, tetapi hingga luar Bali. Terutama untuk produk parfum. Wangi-wangian parfum ini memakai nama khas daerah di Bali. Sebut saja ada varian Ubud, Canggu, Seminyak, dan Uluwatu. “Based on ciri khas wangi setiap daerah itu.?Kayak Uluwatu, bau-bau air laut, bau alam kalau Canggu, bau vanilla khas Canggu Babes,” terangnya menjelaskan karakteristik parfum yang ia jual.
Sementara produk lainnya seperti kulit dimsum, memiliki ciri khasnya tersendiri. Pembeli bisa memesan warna, ukuran, dan ketebalan sesuai dengan kebutuhan mereka. “Jadi fresh, gak frozen. Lebih lembut dan tidak mudah sobek,” tambahnya.
Masalah harga, tidak perlu dikhawatirkan. Adhit dan Devi mematok angka yang cukup terjangkau untuk tiap produk yang mereka jual. Dengan uang Rp 150.000-Rp 200.000, Anda sudah bisa mendapatkakn sebotol parfum dengan aroma khasnya. Sedangkan kulit dimsum dipatok Rp 35.000 saja. Harga yang bersahabat, apalagi belakangan ini bisnis makanan ini sedang menjamur di mana-mana.
Tertarik mencoba? Sila kontak yang empunya lapak melalui Twitter @sprmndrp atau Instagram @pawonbiyungproject.