Hari raya Tilem Sasih Kawulu telah tiba. Saatnya para krama Pura Dalem Pakudui Kangin melakukan karya piodalan. Beberapa hari ini terbilang lebih sibuk dari biasanya, sejak 7 hari menyongsong hari H.
Persiapan upacara itu melibatkan 43 kepala keluarga yang menjadi pengampu pura. Untuk mengkoordinir panjangnya rangkaian upacara dan banyaknya orang yang ada dalam pura itu, digunakanlah sistem tim penanggungjawab yang disebut “Saya/Saye”.
Di setiap upacara piodalan Pura Dalem Pakudui Kangin, prajuru pura membagi 43 KK ini untuk menjadi tim penanggungjawab secara bergilir. Satu tim terdiri dari 4KK. Nyoman Sudiarta adalah salah satu krama pengampu pura Dalem Pakudui Kangin yang kali ini mendapat giliran menjadi saye.
H-7 menyongsong Tilem Kawulu, Nyoman sibuk menyiapkan perlengkapan sarana upakara di Pura Dalemnya. Menjadi seorang yang bertanggungjawab pada sebuah upacara harus menyiapkan waktu lebih banyak dari biasanya. Sebagai umat hindu, yang merayakan hari raya tiap 15 hari sekali, akan menjadi lebih padat ketika ditambah mengemban tanggungjawab di pura yang akan melakukan upacara besar.
Seperti cerita Nyoman, menjadi saye kali ini, ia mendapat tugas untuk menyiapkan semua sarana perlengkapan upakara sebelum krama lain datang untuk mengolah perlengkapan itu menjadi banten. “Saye terlibat dari mulai mempersiapkan peralatan mejejahitan seperti busung di pura 7 hari sebelum piodalan,” ceritanya.
Ketika hari H upacara, saye bertugas di dapur. Saye yang mengerjakan, seperti mempersiapkan kopi. Kalau saye laki-laki terlibat banyak ketika ada mebat (memasak lauk untuk upakara). Apapun keperluan mebat saye yang menyiapkan.
Ketika mendapat giliran menjadi saye, artinya suami dan istri memiliki tanggungjawab yang sama di pura itu. Kalau saye istri tugasnya mempersiapkan perlengkapan seperti sarana prasarana mejejahitan, menyiapkan kopi ketika hari H.
Soal biaya pengeluaran diambil dari kas pura yang berasal dari urunan. Meskipun menjadi saye, tak berarti ia lepas dari kewajiban urunan. Nyoman tetap urunan ketika menjadi saye.
“Saye itu tugasnya jalan aja. Kalau jadi saye tetap ikut urunan. Saye itu dipilih untuk jalan belanja dan lain-lain. Misalnya kalau di pura ada tugasnya khusus sampai nyineb. Tugasnya bersih-bersih di dapur sisa-sisanya itu,” katanya.
Saye itu memperlancar upacara. Tapi krama yang lain juga tetap ambil kerjaan. Bedanya, jika bertugas menjadi saye akan diberikan kepercayaan membawa uang belanja secara langsung. Tidak semua orang/krama boleh pegang uang untuk membeli perlengkapan upacara. Kalau saye punya tugas khusus.
Mendapat giliran menjadi saye tidak bisa ditolak. Kecuali jika ada halangan, giliran menjadi saye bisa diundur dan mendapat giliran selanjutnya. Bukan ditolak.
Kesibukan Nyoman menjadi saye ketika Tilem Kawulu ini, perlu pengaturan waktu antara kesibukan di rumah dan pura. Strateginya, ia mengutamakan pekerjaan sebagai saye, dan mengurangi pekerjaan urusan-urusan rumah.
Contohnya, ketika piodalan berbarengan dengan tilem. Artinya di rumah juga harus menyiapkan sarana upacara persembahyangan. “Kalau jadi saye kan satu upacara ini saja. Bisa begilir datang ke pura dengan istri. Yang menjadi saye juga berempat. Jadi bisa bergilir yang keluar untuk membeli perlengkapan ketika ada keperluan,” tutur Nyoman.
Tidak ada halangan yang berarti ketika Nyoman menjadi saye kali ini. Jika ada kegiatan di rumah, apabila sudah tahu waktunya menjadi saye, dia akan mengerjakan tugas dengan skala prioritas. Untuk kali ini ia memilih untuk mengundurkan kegiatannya di rumah. Karena menjadi saye di pura, seperti menjadi tuan rumah pada upacara itu, harus siaga untuk jalan.
Menurutnya, kondisi sekarang sudah sangat dimudahkan. Ia merefleksi, jika dulu jadi saye mungkin jauh lebih sulit, karena saye bertanggungjawab atas perlengkapan upacara jadi harus menyiapkan bahan seperti janur dan tidak bisa didapatkan instan. “Kalau dulu menyiapkan janur harus cari dulu di pohonnya. Kalau sekarang tinggal beli aja ke pasar,” katanya.
Nanti setelah semua tugas selesai, saye akan mendapatkan haknya. Kalau di tempat Nyoman biasanya mendapat bagian lebih dibanding krama yang lain. Misal ketika mebat, ada pembagian lawar maka saye akan 1 bagian lebih dibanding krama yang lain.
Posisi saye dalam kegiatan itu penting. Ibaratnya tidak ada saye, tidak ada yang mengelola uang untuk belanja keperluan upacara. “Saye ada agar upacara tidak megaburan (berantakan). Tugas saye di akhir piodalan, bertanggungjawab melaporkan penggunaan uang yang dipegang untuk keperluan upakara pada rapat/sangkepan pura,” tandasnya.