Lewat Kelas Jurnalisme Warga ini, diharapkan mereka dapat mengabadikan berita-berita baik dan menyebarkannya ke publik yang cakupannya lebih luas. Berita baik tersebut bisa jadi menceritakan tentang sosok kepala desa atau kepala daerah yang transparan dan menjadi panutan bagi warganya. Berita baik tersebut tentu saja dapat menjadi salah satu langkah pencegahan tindak pidana korupsi.
Waktu sudah menunjukan pukul 12.00 WITA, namun hujan yang turun tak kunjung reda. Langit di hari Minggu, 28 November 2021 masih kelabu diselimuti awan berwarna gelap. Belum ada tanda-tanda hujan akan berhenti. Hanya ada beberapa orang di Cafetaria dan Rumah Baca Dewarra, Kediri, Tabanan.
Salah seorang dari mereka adalah Iin Valentine, narasumber dari BaleBengong.id yang akan mengisi Kelas Jurnalisme Warga di hari itu. Sisanya ada saya sendiri selaku penyelenggara, dan beberapa rekan dari Cafetaria dan Rumah Baca Dewarra yang siap sedia membantu. Seharusnya para peserta sudah datang, mengisi form registrasi, dan duduk manis di bangku yang sudah disediakan sambil menunggu kegiatan dimulai. Ah, saya mulai pesimis. Dalam hati saya bergumam, “Langit, bisakah kau berhenti menurunkan hujan sejenak?”
Sekitar 10 menit berlalu, hujan masih saja turun, para peserta masih belum datang. 10 menit berikutnya juga terlewati, hujan yang awalnya turun sangat deras mulai berubah menjadi gerimis-gerimis tipis. 10 menit kemudian, para peserta mulai berdatangan meskipun hujan belum reda dengan sempurna. Rasa pesimis dalam benak saya berangsur-angsur menghilang.
Para peserta mulai merapat, satu per satu menuju meja registrasi, membubuhkan tanda tangan di sebelah nama yang sudah tertulis, kemudian memilih tempat senyaman mereka. Ada yang bangku depan, ada yang di tengah-tengah, ada juga yang di bangku belakang. Mereka duduk manis sambil mengecek satu per satu merchandise dari KPK RI yang mereka dapat sewaktu mengisi form registrasi. Dihitung pada pukul 13.00 WITA, ada total 21 peserta yang hadir untuk mengikuti kelas hari itu.
Mereka semua berasal dari berbagai kalangan. Sebagian dari mereka adalah adik-adik SMA di sekitar Kota Tabanan, Sebagian lagi berasal dari beberapa forum dan komunitas berbasis kepemudaan. Ada dari komunitas Pewarta Tabanan. Ada juga Bapak-bapak dan Ibu-ibu dari Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Tabanan, juga dari Bagian Komunikasi Pimpinan dan Protokol Sekretariat Pemerintah Kabupaten Tabanan. Saya mulai mengguratkan senyum di wajahnya sambil bergumam dalam hati “Langit, thank you ya sudah meredakan sedikit hujan yang kau jatuhkan.”
Pukul 13.10 WITA, saya kemudian mengambil mic dan menyapa seluruh peserta yang datang. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada mereka karena sudah berkenan mengorbankan hari liburnya untuk datang ke acara Kelas Jurnalisme Warga. Saya sejujurnya salut betul dengan mereka. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya tidur siang di kamar masing-masing di saat hujan-hujan seperti hari itu adalah pilihan yang nikmat, tapi mereka memilih untuk datang, menerobos hujan dan hawa dingin untuk menambah ilmu dan wawasan di kelas jurnalisme warga yang saya adakan. “Salut engga? Salutlah masa engga,” gumam saya dalam hati. Maaf sebelumnya, saya memang hobi bergumam.
Saya kemudian menjelaskan kepada mereka semua, bahwa Kelas Jurnalisme Warga yang akan mereka ikuti adalah serangkaian acara utama dari Ruang Kreatif Antikorupsi di Tabanan. Sebenarnya, ada banyak alasan yang membuat saya mengadakan acara ini. Namun, yang paling penting adalah lewat Kelas Jurnalisme Warga ini, diharapkan mereka dapat mengabadikan berita-berita baik dan menyebarkannya ke publik yang cakupannya lebih luas.
Berita baik tersebut bisa jadi menceritakan tentang sosok kepala desa atau kepala daerah yang transparan dan menjadi panutan bagi warganya. Berita baik tersebut tentu saja dapat menjadi salah satu langkah pencegahan tindak pidana korupsi. Entah akan menjadi seorang jurnalis atau tidak nantinya, namun saya merasa ilmu yang mereka dapatkan tidak akan sia-sia, karena ilmu atau kemampuan menulis dapat digunakan di mana saja dan kapan saja.
Setelah memberikan sambutan selama 5 menit, barulah saya mempersilakan Iin Valentine untuk mengambil alih acara. Iin, begitu panggilan akrab saya kepadanya, sudah ready sejak awal ia sampai di lokasi acara. Laptopnya sudah terhubung dengan projector, powerpoit-nya sudah ditampilkan di layar. Beberapa games juga sudah direncakan. Ia sudah siap mengisi Kelas Jurnalisme Warga. Pokoknya tinggal gas gak pake rem. Semangat Iin.
Kelas Jurnalisme Warga featuring BaleBengong.id
Pertama-tama Iin memperkenalkan diri. Ia menceritakan dirinya sebagai seorang penunggu BaleBengong.id, sekaligus seseorang yang berkecimpung di dunia jurnalisme warga. Ia sudah mengisi dan berbagi di berbagai desa di Bali. Rasanya, kurang lengkap jika ia juga tidak berbagi kepada anak-anak muda di Tabanan.
Ia kemudian memberikan game perkenalan diri kepada para peserta. Masing-masing peserta harus memperkenalkan diri mereka dengan menyebutkan nama panggilan dan kekuatan super yang mereka miliki. Misanya seperti ini. “Halo semua, nama aku Julio Saputra. Kekuatan super yang aku miliki adalah aku dapat membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak pernah mencintaiku”, atau bisa juga “Halo nama saya Julio Saputra, saya mempunyai kekuatan super yaitu saya bisa membuat semua orang memimpikan saya di setiap tidur malamnya.”
Ini misal lho ya, tolong jangan dianggap serius. Nah, perkenalan diri dengan cara seperti itu ternyata dapat membuat suasana menjadi sangat cair. Para peserta tertawa bersama, kekakuan saat pertama kali datang ke lokasi kegiatan seperti hilang begitu saja. Semua peserta menjadi lebih rileks untuk mengikuti kegiatan. Riuh tawa mereka ternyata didengar oleh beberapa orang yang sedang melukis mural di taman bawah. “Itu di atas ada acara apa ya? Kok rasanya seru sekali?” kata salah seorang dari mereka sambil tetap menggoreskan kuas dan cat di atas papan kayu.
Setelah semua memperkenalkan diri, barulah Iin melanjutkan sesi dengan memaparkan materi. Ia menjelaskan tentang BaleBengong.id yang menjadi salah satu media jurnalisme warga di Bali sejak 26 Juni 2007. Nama BaleBengong.id pun memiliki filosofi tersendiri. Kata “bale” berarti tempat atau ruang dan kata “bengong” berarti melamun atau bersantai.
Secara harafiah, Bale Bengong dapat diartikan sebagai tempat untuk melamun atau tempat untuk bersantai. Siapa saja bisa duduk bersantai di sana sambil membicarakan atau mendiskusikan apa saja. Nah, begitu juga dengan BaleBengong.id. Siapapun bisa berbagi kabar di media ini. Siapapun bisa bercerita apa pun yang relevan dengan Bali secara umum. Tidak usah kabar-kabar penting, kabar paling pribadi pun bisa.
Iin juga menjelaskan tentang teori-teori dasar jurnalistik, seperti membedakan fakta dan fiksi, menentukan nilai berita, menggali informasi, hingga merangkai berita. Namun yang lebih ditekankan adalah jurnalisme warga. Dalam kajian jurnalistik, jurnalisme warga adalah sebuah genre baru yang lahir berkat perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi dimana internet mampu menghadirkan blog, sejenis web yang di dalamnya termuat tulisan, video, audio, dan lain-lain.
Blog yang semula digunakan hanya sekadar untuk memenuhi kepuasaan diri justru berkembang menjadi sebuah media untuk saling bertukar informasi dan buah pemikiran. Perkembangan internet juga memudahkan penyebaran informasi karena lebih cepat dibaca dalam format digital. Internet juga mempermudah masyarakat untuk menulis sendiri informasi yang ingin mereka bagikan. Internetlah awal segala mula lahirnya sebuah pergerakan jurnalisme warga.
Karena adanya jurnlisme warga, siapa saja bisa mejadi pewarta, siapa saja bisa mejadi pemberi berita. Para pembaca, pendengan, dan pemirsa dapat menyampaikan berbagai bentuk informasi layaknya seorang wartawan. Secara prinsip, jurnalisme warga dapat diartikan sebagai sebuah bentuk partisipasi aktif masyarakat dalam mengumpulkan, melaporkan, menganalisis, dan menyebarluaskan informasi yang ingin disampaikan. Jurnalisme warga menjadi sebuah bentuk khusus dimana informasinya berasalah dari warga itu sendiri.
Warga memaknai sendiri peristiwa yang ingin ditulisnya. Di samping jurnalisme warga, Iin juga menceritakan sedikit tentang berita kisah. Katanya, berita kisah adalah sebuah tulisan yang menceritakan sebuah kejadian secara detail dan mendalam. Tak heran jika berita kisah sering kali menyentuh perasaan para pembacanya. Unsur manusiawi menjadi nilai utama dari penulisan berita kisah.
Bentuk tulisan ini juga tidak terikat oleh batasan waktu. Kejadian-kejadian yang sudah terjadi di masa lalu dapat ceritakan kembali lewat berita kisah. Misalnya seperti cerita tentang perjalanan atau proses kreatif salah seorang tokoh terkenal dari awal sampai bisa menjadi seperti sekarang ini. Hal-hal seperti itu bisa saja menjadi hal yang ditulis dalam bentuk berita kisah karena masih berkaitan dengan apa yang terjadi saat ini.
Sesi Praktik
Di mana ada gula di sana ada semut, begitula pula di kelas jurnalisme warga ini. Ada sesi pemaparan materi, ada pula sesi praktik. Setelah sesi pemaparan materi selama 1 jam berakhir, Iin memandu para peserta untuk mencoba membuat sebuah produk jurnalistik berupa karya jurnalisme warga. Peserta bebas memilih topik apa saja. Kak Iin memberikan beberapa saran topik yang ada di sekitar lokasi kelas jurnalisme diadakan.
Misal mereka bisa saja menjadikan sesi mural painting yang ada di taman sebelah sebagai fokus tulisan. Bisa juga mewawancarai lapakan kreatif dari Perpustakaan Jalanan Tabanan dan Buku-Buku Mahima. Merchandise Benahi Satwa juga tak kalah menarik untuk ditulis. Beberapa dari mereka pada akhirnya memilih untuk meliput tentang kelas jurnalisme warga yang sedang mereka ikuti.
Para peserta mulai mengumpulkan informasi. Peserta yang menulis topik di sekitar lokasi mulai menanyai beberapa pertanyaan kepada orang-orang yang dianggapnya sebagai narasumber. Peserta yang menulis kejadian masa lalu tak berpindah dari bangku mereka, namun mereka mulai mengetik di depan layar laptop mereka. Ada yang mengetik di fitur notes yang tersedia di handphone masing-masing. Ada juga yang menulis di buku catatan. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dari Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Tabanan, juga dari Bagian Komunikasi Pimpinan dan Protokol Sekretariat Pemerintah Kabupaten Tabanan memilih untuk meminum kopi segelas, kemudian meninggalkan lokasi acara tanpa kata-kata. Mereka pergi tanpa pamit. Dalam hati saya bergumam “Terima kasih sudah datang, Pak, Bu”.
Sesi praktik ternyata diikuti dengan lumayan serius. Mereka fokus mengetik, menatap layar laptop dan handphone. Sebagian sibuk mengoreskan pulpen di atas buku catatan, menuliskan topik yang ingin mereka ceritakan. Sebagian lagi berkonsultasi dengan Iin secara langsung tentang tulisan mereka, tentang kebingungan-kebingungan yang mereka temui di sela-sela proses menulis.
Saya sendiri sudah menyediakan kabel roll andai kata laptop atau handphone mereka kehabisan baterai. Namun, sama sekali tidak ada yang memerlukan barang yang saya sediakan. Sepertinya, sebelum berangkat ke sini, mereka sudah mengisi penuh baterai laptop dan handphone mereka. Adik-adik peserta memang mantap.
Pembahasan Hasil Praktik
Setelah kurang lebih 1 jam mengikuti sesi praktik, tibalah saatnya peserta memasuki sesi pembahasan hasil praktik. Para peserta yang belum selesai menulis seketika berseru “Yahhh, belum selesai”. Namun, karena waktu yang sudah habis, dan agar kegiatan tidak molor. Mau tidak mau peserta harus menyudahi sesi praktik yang sedang mereka kerjakan. Iin meminta mereka semua untuk mengirim tulisannya ke email BaleBengong.id. Namun sebelum benar-benar menapak ke sesi pembahasan hasil praktik, Kak Iin memberikan sebuah game untuk membangkitkan kembali semangat para peserta.
Ia mengajak para peserta untuk bermain tebak-tebakan. Para peserta dibagi menjadi dua kelompok. Ada perwakilan satu orang dari masing-masing kelompok untuk maju ke depan kemudian memperagakan sebuah kata yang ditujukan secara rahasia kepada perwakilan tersebut. Para peserta lain harus menebak kata apa yang kiranya diperagakan oleh perwakilan tersebut. Game ini menjadi salah satu game yang sangat seru. Ada peserta yang bisa menebak dengan mudah, ada juga yang berpikir 7 keliling padahal kata yang diperagakan sebenarnya sangat sederhana sekali.
Setelah sesi game, barulah sesi pembahasan dimulai. Ada beragam topik yang diangkat oleh para peserta, salah satunya adalah seperti apa yang ditulis oleh Dyajeng, peserta Kelas Jurnalisme Warga dari Kader Pelestari Budaya Tabanan. Ia bercerita tentang kisahnya dan pengalamannya sembahyang di 11 pura di areal Pura Besakih saat hujan menguyur dengan sangat deras pada Senin, 14 Desember 2020.
Dalam tulisannya, secara kornologis ia menceritakan kemana saja ia tangkil, pura mana yang pertama ia datangi, kemudian pura mana selanjutnya, dan selnjutnya, dan selanjutnya. Sampai pada akhirnya Selesai tangkil di Pura Perdharman, hujan akhirnya reda. Ia berkesempatan menyaksikan keindahan Gunung Agung dengan Pura-Pura yang berdiri ajeg di bawahnya. Di sana, ia bertanya-tanya dalam benaknya, itu perjuangan atau kedamaian?
Di samping Dyajeng, ada juga Doni Wijaya yang mengangkat topik tentang Benahi Satwa. Ia menulis secara rinci Benahi Satwa, dari visi sampai misi, dari motivasi sampai aksi, dari apa yang sudah dilakukan sampai apa yang akan dilakukan. Benahi Satwa adalah sebuah merek pakaian yang didirikan pada tahun 2020. Merek pakaian Benahi Satwa merupakan inisiatif dari mereka-mereka yang mencintai satwa dan peduli terhadap kesejahteraan mereka. Mereka percaya bahwa tidak ada satupun satwa yang pantas mendapatkan kekejaman.
Pendiri Benahi Satwa sering menyaksikan terjadinya pelanggaran terhadap kesejahteraan satwa, sehingga hal tersebut menjadi sebuah inspirasi untuk memberi mereka suara melalui desain dan produk yang dibuat. Setiap desain dikonsep dan diilustrasikan mewakili suara satwa tentang bagaimana seharusnya mereka diperlakukan sehingga mereka bisa hidup dengan sejahtera. Benahi Satwa berfokus pada peningkatan kesadaran tentang penderitaan satwa dan mempromosikan cara untuk menjaga kesejahteraan mereka melalui desain-desain dari produk yang dibuat. Selain mengedukasi melalui desain-desainnya, 10% dari keuntungan penjualan produk Benahi Satwa akan digunakan untuk aksi nyata dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hewan.
Pesan dan Kesan
Di akhir acara, secara terpisah dan personal, saya bertanya kepada beberapa peserta. Saya meminta mereka untuk memberikan pendapat mereka, berbagi tentang apa yang mereka rasakan setelah mengikuti Kelas Jurnalisme Warga.
“Suasana acaranya di luar ekspetasi, seasik itu ketemu temen-temen dari berbagai komunitas di Tabanan dan tentunya sama pembicara Kak Iin dari BaleBengong yang penyampaian empuk banget. Serius tapi santai jadi ilmu kepenulisan nya bisa dipahami, ga perlu hafalan. Praktik nulisnya juga seru, Kakak-kakak yang lain friendly dan sabar mau nuntun audiensnya untuk lengkapi kepenulisan mereka. Lokasi juga nyaman mendukung jalannya acara. Next bisa diadain berkelanjutan nih, pasti banyak juga yang ingin dapat ilmu kepenulisan kemarin,” tutur Dyajeng, Kader Pelestari Budaya Tabanan.
“Acaranya seru, sangat bermanfaat juga karena menambah wawasan, pengalaman, serta teman baru. Acaranya menyenangkan sekaligus membingungkan. Menyenangkan karena bisa ikut seru-seruan dan pastinya karena dapat hal haru, membingungkan karena itu merupakan pengalaman pertama saya praktik membuat berita,” tambah Elsa Nita, Forum Anak Daerah Tabanan.
“Menurut saya acara kemarin itu bagus dan bermanfaat untuk saya Kak karena tugas saya memang sebagian besar harus membuat berita acara, dari pembawaan kakak kakaknya juga sangat bagus dan lumayan membangun Suasana Jadi lebih fun padahal kita lagi belajar bersama disitu kak. Perasaan saya, senang kak karena awalnya saya kira semuanya serta serius gitu kak, tapi ternyata lumayan fun dan kita juga dapat ilmu yang bagus untuk di bagi di sekolah kak,” testimoni Ika Saraswati, anggota tim Jurnalistik SMA Negeri 1 Kediri.
Kelas Jurnalisme Warga pun ditutup dengan foto bersama, kemudian menikmati kudapan yang sudah disediakan. Pukul 16.00 WITA, para peserta kembali ke rumahnya masing-masing. Terima kasih sudah datang di kelas ini ya, adik-adik. Semoga kekuatan yang kakak sebutkan di atas menulari kalian.