Pers Mahasiswa Akademika Universitas Udayana melakukan perjalanan menjelajahi Timur Bali, Kabupaten Karangasem. Dirampungkan dalam agenda Jelajah Jurnalistik 2021.
Berbagai karya konvergensi media seputar isu kebencanaan telah mengudara, diantaranya 18 berita, empat infografis, dua video, tiga edisi mini newspaper, dan satu buku menjadi luaran selama dua minggu menjelajahi desa.
Isu besar yang menjadi nadi dari Jelajah Jurnalistik ialah kebencanaan. Isu kebencanaan dinilai paling relevan, lantaran belakangan ini Indonesia, khususnya Bali, hidup bertaut daerah rawan bencana.
“Isu kebencanaan paling relevan jika kita tarik benang merahnya ke belakang, seperti adanya pandemi hingga erupsi gunung berapi. Bali lekat dengan hal tersebut, terutama Bali bagian timur,” papar Iyan.
Maka, Kabupaten Karangasem menjadi daerah yang disepakati untuk dijelajahi. Karangasem menjadi salah satu wilayah yang memiliki risiko kebencanaan yang tinggi di Bali. Berbagai cara merespons baik berdasarkan sains maupun spiritual menjadi hal yang menarik untuk diulik.
Menengok pada sisi lain, meski diterpa bencana letusan Gunung Agung pada 1963, erupsi pada 2017-2018, hingga adanya pandemi Covid-19, Karangasem juga memiliki banyak potensi daerah. “Kami menilik bagaimana kondisi pra, saat, dan pasca bencana di Karangasem untuk kemudian dijadikan evaluasi bagi Bali dalam manajemen risiko kebencanaan,” terangnya.
Sehingga, “Menjelajah Timur Bali, Mengevaluasi Diri” menjadi tajuk acara yang pas bagi Iyan dan seluruh panitia Jelajah Jurnalistik. Hasil jelajah jurnalistik ini selanjutnya dipersembahkan dalam garapan konvergensi media.
Memilih penyajian dalam bentuk konvergensi media adalah upaya mengintegrasikan media-media guna mewujudkan arah tujuan pada topik tertentu. Konvergensi media memiliki luaran berupa 18 berita, 2 video, 4 infografis, 3 edisi mini newspaper, dan 1 buku. Selanjutnya, karya jurnalistik konvergensi media tentu memerlukan isu yang disorot, pikir Bagus.
“Sebenarnya konvergensi bisa mentabulasi berbagai isu, tapi kami konkritkan dalam satu isu besar,” ucapnya.
Meski di tengah serba digitalisasi, konvergensi media dipilih dalam menyajikan hasil jelajah jurnalistik Pers Akademika untuk mempertahankan keberagaman karya. Sehingga, dalam produk cetak akan lebih banyak berisi berita indepth-features.
Pembaca bisa menikmati ulasan isu lebih mendalam. Maka, buku yang mengulas secara mendalam hasil Jelajah Jurnalistik Akademika akan dibedah berbarengan dengan acara Bali Journalist Week (BJW) mendatang.
“Namun, dua-duanya (produk cetak dan online) akan diusahakan menyajikan berita kisah,” kata Galuh Sriwedari selaku pemimpin redaksi divisi cetak.
Adapun rangkaian Jelajah Jurnalistik dimulai dengan melakukan jelajah 10 desa yang ada di Kabupaten Karangasem. Kesepuluh desa tersebut adalah Desa Rendang, Desa Sebudi, Desa Tri Eka Buana, Desa Sibetan, Desa Bhuana Giri, Desa Amertha Bhuana, Desa Besakih, Desa Tulamben, Desa Ban, dan Desa Dukuh.
Peliputan pun dimulai sejak tanggal 14 Juni 2021 hingga 29 Juni 2021 dengan jumlah peliputan sebanyak 6 kali. Proses pencarian bahan tidak hanya dilakukan secara luring dengan langsung mampir ke desa, melainkan turut pula dilakukan secara daring dengan mengontak narasumber-narasumber terkait.
Kegiatan kemudian berlanjut dengan puncak acara Jelajah Jurnalistik berupa penguatan internal dan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan pada tanggal 2, 3, 4 Juli 2021 di Bali Kuno Camp, Desa Tangkup, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem. “Puncak acara full kegiatan penguatan internal seperti games, outbond, dan perayaan malam puncak sebagai peringatan Hari Ulang Tahun Pers Akademika,” ujar Iyan.
Selain penguatan internal, kegiatan pengabdian masyarakat turut pula dilakukan Pers Akademika. Seperti pelaksanaan Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar yang dibawakan kepada siswa-siswa SMPN 3 Sidemen serta kegiatan bersih-bersih di areal pura dan sungai. Selain itu membersihkan wilayah pura, serta ditutup pada tanggal 4 Juli.
Tidak melulu sesuai rencana, tantangan dan rintangan juga menghampiri. Terlebih, saat puncak acara Jelajah Jurnalistik berlangsung, mendadak terbit edaran surat PPKM.
“Untung, sebelumnya aku sudah punya firasat juga. Dengan pertimbangan situasi seperti ini, akhirnya kita cukup dengan panitia saja yang datang,” papar Iyan. Ia mengapresiasi respons masyarakat setempat yang menerima kegiatan Pers Akademika. “Bahkan masyarakat itu senang seperti kemarin kita terjun ke sungai untuk bersih-bersih, banyak yang bilang yang semangat,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, ujaran tentang pers kampus yang justru menggarap isu luar kampus juga menghampiri. Namun, Bagus menanggapi dengan bijak. “Semesta dari pers kampus itu sebenarnya bukan hanya kampus saja tetapi pada masyarakat dan publik. Kenapa dikatakan pers kampus liputan keluar? Karena kita ingin lebih mengaktualisasikan diri saja,” tuturnya yang kala itu duduk di salah satu tangga Bali Kuno Camp.
Lebih lanjut, ia mengatakan isu di luar kampus menjadi salah satu pecut agar pers mahasiswa tidak kaget dengan dinamika masyarakat. Pers Akademika dalam proses penerbitan karya konvergensi media tidak absen dalam peliputan isu kampus.
Melalui Jelajah Jurnalistik, ada harapan yang diselipkan Bagus. “Aku harap Akademika dapat terus mengaktualisasikan diri sebagai pers kampus. Tetap ingat mengapa kalian menjadi persma dan tidak setengah hati. Karena kalau kerjanya sudah memakai hati, ya karya yang diterbitkan dapat menyentuh hati,” tutup Bagus bijak.
Kerenn, maju terus Persma!