Oleh Pak Diah, Ni Wayan Suciati, Ni Wayan Wiartini, dan Ni Made Dewi Wirati
Sebuah tempat bernama Kubu Bali Women Crisis Center (Kubu Bali WCC). Terletak di kaki Gunung Batukaru, tepatnya di Banjar Dinas Kekeran, Desa Penatahan, Tabanan. Memasuki kawasan itu akan disambut dengan hamparan hijau persawahan yang dikelola masyarakat banjar.
Pengunjung diajak jalan kaki menuju lokasi sekitar 500 meter di jalan setapak tengah persawahan sambil menikmati panorama sawah dan gunung. Bisa juga naik motor, ada lokasi parkir di dekat Kubu Bali WCC.
Sebuah papan nama menyambut, dari sini terlihat dua pondok dari bambu dan sebuah wantila terbuka. Aula ini sering digunakan menjadi tempat singgah para korban kekerasan perempuan dan anak.
Bukan sekadar bangunan, Kubu Bali WCC dikelola oleh warga yang peduli pada isu perempuan dan anak. Ide berdirinya semangat dari Kubu Bali WCC ini berawal dari hasil kunjungan salah satu warga Banjar Kekeran, Ni Nengah Budawati ke Amerika. Ia mengikuti studi banding tentang bagaimana penanganan kasus-kasus hukum. Sejak saat itu terlintas di pemikiran beliau untuk mendirikan Kubu Bali WCC di tahun 2018.
Beberapa bangunan secara bertahap dibangun untuk melengkapi kegiatan-kegiatan yang dilakukan Kubu Bali WCC, yaitu aula sebagai tempat pertemuan yang bisa menampung 50 orang. Dua unit penginapan dengan fasilitas dua tempat tidur dan 2 kamar mandi, dapur, dan mini bar.
Dalam pergerakannya Kubu Bali WCC melakukan pendampingan hukum bagi korban kekerasan perempuan dan anak. Sebagai perintis Kubu Bali WCC, Budawati melakukan pemberdayaan sumber daya manusia setempat.
Dengan melatih warga untuk turut dan terampil menangani kasus yang melanda perempuan dan anak. Melalui pelatihan paralegal, warga didekatkan dengan isu kasus kekerasan pada perempuan dan anak. Secara tak langsung, kepedulian warga diasah dan peduli tentang isu tersebut.
Budawati sebagai direktur Bali WCC telah merekrut banyak warga setempat. Baik dari kaum perempuan dan laki-laki sebagai paralegal yang dilatih langsung oleh Budawati. Paralegal tersebut nanti diharapkan bisa melakukan pendampingan hukum bagi korban-korban kekerasan perempuan dan anak.
Sejak 2018 dibangum, saat ini Kubu Bali WCC bertahap melakukan pengembangan ekonomi kreatif. Pengembangan sebagai respon dengan masa pandemi sekarang. Sehingga, meski di tengah pandemi kaum perempuan tetap memiliki tambahan penghasilan. Melalui usaha pembuatan dupa, bantuan bibit babi, pelatihan kue, dan lain-lain.
Dengan berbekal ide-ide yang terus dikembangkan dan kegigihan membimbing warga, Budawati berharap Kubu Bali WCC bisa menjadi tempat edukasi bagi masyarakat yang ada di sekitarnya.
Desa Setara Ramah Pernikahan Nyentana
Semangat para warga terhadap penyintasan kasus kekerasan pada perempuan dan anak menetaskan desa setara gender. Desa Penatahan seperti Banjar Kekeran. Desa yang dikenal ramah terhadap pernikahan Nyentana.
Sistem pernikahan dengan pihak perempuan menjadi purusa. Sang suami tinggal di rumah perempuan. Berbeda dari sistem pernikahan yang biasa dilakukan di Bali. Meski posisi suami berstatus sebagai pradana, tapi ia tetap bertanggungjawab sebagai kepala rumah tangga.
Ada beberapa pasangan keluarga yang nikahnya menjalani sistem nyentana di Banjar Kekeran. Mereka menjalani dengan rasa tanpa beban dan saling mengisi satu sama lain. Mereka menjalani sistem nyentana ini ada beberapa sebab. Di antaranya istri yang berstatus sebagai purusa, sebelumnya sudah membicarakan pada keluarga besar, begitu pula dari pihak suami yang berstatus sebagai pradana. Bagi mereka, itu merupakan status. Namun sang suami tetap merasa bertangungjawab sebagai kepala rumah tangga.
Catatan: karya warga Desa Penatahan di Kelas Jurnalisme Warga 2021.