Teks dan Foto Anton Muhajir
Luh Putu Eka Swandewi, 23 tahun, berteriak senang membaca pesan di layar komputer jinjing (laptop) di depannya. “Hore.. Akhirnya aku berhasil,” katanya sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi. Beberapa temannya di ruangan menyambut teriakan itu dengan tepuk tangan.
Eka ikut bertepuk tangan. Dia melihat layar komputer jinjingnya. Yahoo baru saja memberinya ucapan selamat: Congratulations, Eka.
Setelah belajar menggunakan program komputer untuk kantor seperti Word dan Excel pada empat kali pertemuan sebelumnya, hari ini Eka belajar internet. “Saya ingin terhubung dengan dunia yang lebih luas untuk mencari teman yang lebih banyak,” kata Eka.
Dia tak sendiri. Sebelas peserta pelatihan yang lain juga mendapat ucapan selamat dari Yahoo. Artinya, mereka semua berhasil membuat email.
Bersama penyandang difabel lain, Eka belajar tentang internet. Mereka menyimak materi dari Agus Sumberdana, anggota Bali Blogger Community (BBC), yang memberikan pelajaran di depan. Tiap kali selesai menyimak, Eka segera mempraktikkan apa yang disampaikan Agus.
Misalnya ketika Agus meminta peserta menulis Google di side bar. Eka dan teman-temannya segera melakukannya. Di kotak pencari, peserta belajar menulis kata kunci: Cara Membuat Email.
Setelah itu, para peserta mempraktikkan apa yang mereka pelajari dari Agus dan internet tersebut. Lima anggota BBC membantu para penyandang difabel tersebut untuk belajar internet. Sebagai bagian dari pelatihan tersebut, para peserta membuat email.
Setelah masing-masing peserta berhasil, itu pun harus berulang-ulang gagal terlebih dulu, tiap peserta kemudian mencoba menulis email tersebut untuk dikirim ke teman-teman mereka.
Eka misalnya menulis ke dua tema, keduanya warga negara asing, dalam Bahasa Inggris. “Hai, this my new email. I learn make a new email today. I am learn make an email for get new friend. I send you my email, so we can keep in touch.”
Begitulah internet berguna bagi Eka. Untuk berhubungan dengan orang-orang yang dikenalnya melalui jaringan tanpa batas. Maka dia mengaku sangat senang ketika akhirnya bisa belajar tentang internet dari yang sebelumnya belajar tentang program komputer. “Kalau sudah bisa internet, saya kan bisa menjelajah ke mana-mana,” ujar Eka.
Pelatihan internet setengah hari itu sendiri dilaksanakan oleh tiga lembaga untuk penyandang cacar di Bali yaitu Yayasan Kristen untuk Kesejahteraan Umum (Yakkum), Yayasan Senang Hati, dan Yayasan Bunga Bali. Adapun pematerinya dari BBC, komunitas yang sering memberikan pelatihan internet untuk warga.
”Kami ingin memberi bekal agar teman-teman kami siap bekerja,” kata Dayu Windiyani, panitia pelatihan dari Yayasan Senang Hati.
Namun bagi Eka, mencari kerja bukan menjadi tujuan utama. Bagi Eka, yang kakinya lumpuh sehingga dia harus berjalan dengan kursi roda, hal yang lebih penting adalah agar dia lebih berdaya dan mampu melakukan apa yang orang lain bisa lakukan.
Begitu belajar tentang internet, maka Eka langsung terhubung dengan dunia yang nyaris tanpa batas tersebut. Dari ruangan di kantor Dinas Sosial Kabupaten Badung yang juga kantor Yakkum di Abiansemal, Kabupaten Badung itu, Eka langsung berkirim email untuk temannya yang sedang di Italia. Kini, Eka tak hanya melewati keterbatasan fisik, dia juga melewati batas-batas ruang.
Internet membuat Eka dan difabel lainnya melewati semua batas itu. [b]