Oleh Darma Putra
Buku Bali, Java in My Dreams (2004) karya penulis Perancis Christine Jordis kini sedang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Versi Indonesia buku ini diharapkan terbit awal 2009.
Demikian disampaikan penulisnya dalam diskusi buku yang diselenggarakan lembaga kebudayaan Perancis Alliance Francaise cabang Denpasar di Togamas, Selasa (16/12) malam.
Dalam diskusi tersebut, Christine yang hadir bersama suaminya Sacha Jordis (seorang illustrator) menerangkan proses kreatifnya sebagai penulis dan perkembangan mutakhir dunia perbukuan serta karya sastra di Perancis.
Sebagai penulis, Christine sudah menerbitkan lebih dari 20 buku, termasuk novel Rapture (2005), otobiografi Gandhi, dan kesan perjalanannya ke Burma (Myanmar). Karyanya diterbitkan penerbit terkemuka Perancis seperti Gallimard dan Seuil.
Christine Jordis senang bepergian dan kesan-kesannya yang diperoleh dalam perjalanan diramu dengan hasil bacaannya untuk dituangkan ke dalam buku. Sebagian besar buku yang ditulisnya dibuat dengan pendekatan spiritualitas.
“Di Burma ada horror karena opresi militer, tetapi di sana juga ada kedamaian yang dipancarkan ajaran Budha,” katanya.
“Dalam menulis saya berusha untuk memahami lebih baik tentang spiritualitas,” tambahnya.
Christine pertama kali jalan-jalan ke Bali tahun 1999 dan sejak itu langsung terpikat melihat landscape dan pesona kebudayaan pulau ini.
Saat kembali ke Perancis, Christine berminat menulis tentang Bali. Gagasannya ini mendapat sambutan dari penerbit. Dia kembali ke Bali dan mondok di desa Ubud untuk menulis dan lahirlah Bali, Java in My Dreams
Buku ini banyak menuangkan kesan dan kekagumannya pada budaya Indonesia, khususnya Jawa dan Bali. Dalam menulis, Christine banyak mengungkapkan suasana, kesan dan kenangan, tanpa merasa perlu untuk memasukkan data dan angka-angka statistik. Dia melampaui data dan statistik.
Menurut Christine, buku Bali, Java in My Dreams mendapat sambutan baik di Perancis. Namun tidak demikian halnya di Inggris karena pembaca Inggris khususnya kalangan akademik menuntut buku yang ditulis semestinya dilengkapi referensi dan data yang jelas.
Diskusi berlangsung dinamis, ditandai banyak pertanyaan dari peserta lokal dan dari peserta orang-orang Perancis. Diskusi kian mendalam karena hadirnya budayawan Perancis yang sudah hampir 30 tahun menetap di Bali, Jean Couteau, yang ikut ambil memberikan pandangannya tentang kebudayaan dan perbukuan di Indonesia khususnya Bali.
Dalam diskusi yang dipandu bareng oleh Audrey Lamou (Direktur Alliacne Francaise Bali) dan Darma Putra dibahas tentang perkembangan mutakhir sastra Perancis, masa depan buku digital, minat generasi muda Perancis dan Bali terhadap buku-buku sastra, kesiapan masyarakat Bali yang memiliki tradisi lisan yang kuat dalam menghadapi dunia cetak dan digital, serta ajeg Bali. [b]
C’est intéressant!